Saturday, December 31, 2005

insiden

Akhir Desember ini, student di Maastricht dikagetkan dengan adanya email dari salah satu anggota yang melaporkan tindak ‘pelecehan seksual’ yang dia alami semasa ada di Maastricht. Yang bersangkutan sendiri, sudah pulang ke tanah air. Tentu saja, ini jadi bahasan diskusi waktu kumpul-kumpul kemarin. Siapa sih orangnya ? diapain, kok bisa, dst jadi pertanyaan yang menyeruak.

Dan tauk-tauk Mas Ari bilang, “sebenarnya ada yang bisa kita minta konfirmasi soal ini, orangnya ada di ruangan ini.” Dezig, ya ampun, kok ini kayak scene puncak ala detektif Hercule Poirot karangannya Agatha Christie itu sih. Dan saya ga menyangka saya harus cerita hal yang saya ga suka ini ke publik. Saya memang tahu masalahnya, karena yang bersangkutan cerita pada saya, dan termasuk ada request dari suaminya di tanah air supaya saya bisa dekat dia buat ‘jaga-jaga’ supaya tidak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan suaminya.

Tapi kalau kondisinya sudah begini, mau apalagi. Saya sendiri ga menyangka beliau akan kirim email berisi hal terebut ke milis. Saya pikir masalahnya sudah selesai sewaktu beliau masih disini, forgive and forget. Suaminya pun sudah terima (katanya) bahwa tidak terjadi apa-apa. Karenanya, waktu teman saya itu menawarkan suaminya untuk bicara pada saya untuk menguatkan bahwa memang tidak terjadi apa-apa, suaminya menolak dan bilang sudah cukup, dia sudah percaya.

Makanya saya terkaget-kaget waktu terima sms dari teman saya itu, straight from Indonesia, bilangn bahwa dia kirim email tersebut atas permintaan suaminya yang masih kecewa dan belum percaya kalau tidak terjadi ‘apa-apa’.

Saya sendiri, waktu teman saya itu masih disini, berpendapat bahwa hal tersebut adalah aib bagi kedua belah pihak yang harus dijaga. Masing-masing sudah punya keluarga, bagaimana kalau berita semacam ini sampai ke istri yang bersangkutan, timbul masalah keluarga, bisa aja kejadian hal-hal yang tidak diinginkan, dan anak-anak akhirnya jadi korban. Mungkin saya berpikir terlalu jauh, tapi itu hal yang mungkin saja terjadi. Saya juga khawatir kalau masalah ini diekspose ke publik, akan jadi cap buruk yang selamanya melekat di dahi orang yang terlibat. Sementara, walaupun saya ga suka dengan apa yang saya tahu, tapi insiden ini bisa aja sebuah kekhilafan. Jauh dari istri, disuguhi tayangan macam-macam setiap hari, baik di televisi maupun di sekitarnya, sementara peluang untuk ‘itu’ tampaknya tersedia, siapapun bisa khilaf. Kalau akhirnya mereka sudah saling memaafkan, ga ada gunanya bukan buat cerita-cerita masalah ini?

Tapi toh, dengan dilempar ke milis, akhirnya masalah ini jadi terekspose ke publik. Akhirnya harus cerita juga karena situasi yang penuh pertanyaan khawatirnya menjurus ke fitnah yang lainnya. Saya cuma bisa bilang bahwa ini bukan tentang kita harus tahu siapa orangnya, tapi sebuah pengingatan supaya kelak hal-hal semacam ini ga terulang lagi.

Berada jauh di negeri orang. Terpisah dari anak, istri, suami atau sahabat-sahabat dan lingkungan yang kita kenal, kadang menciptakan situasi lonely yang membuat kita merasa perlu untuk menjalin kedekatan dengan siapapun yang punya satu kesamaan penting dengan kita. Entah itu sama-sama dari Indonesia, atau sama-sama ikhwah, atau sama-sama seagama. Dan kedekatan itu biasanya berlaku baik laki-laki maupun yang perempuan. Rasanya seperti saudara sendiri, kawan dekat, yang harus saling menolong dan saling menjaga.

Itu hal yang positif tentu saja. Tapi aspek negatifnya juga ada. Dalam kedekatan itu, kadang kita lupa untuk tetap menjaga etika hubungan yang semestinya. Bahwa bagaimanapun, yang kita hadapi adalah istri orang lain, suami orang lain, seorang laki-laki atau perempuan yang jadi ibu atau ayah dari anak-anak yang bukan anak kita. Bukan muhrim. Bahwa bagaimanapun, manusia ya tetap manusia, yang selalu punya potensi untuk khilaf, ga peduli dia ikhwah atau bukan. Karena kadang alasan-alasan kesamaan,serasa saudara sendiri, atau masalah tarbiyah itu, kita jadi ngerasa aman, seakan-akan si Toni a.k.a syaitonirozim itu, ga punya kerjaan lagi.

Omong-omong soal aman, saya sering miris kalau dengar cerita-cerita miring ‘serupa tapi yaaah ga separah itulah’ tentang insiden antar ikhwah yang tampaknya berawal dari rasa ‘aman’ terhadap kemungkinan khilaf ini. Dan saya paling tidak suka jika cerita itu sudah diembel-embeli dengan ‘padahal ikhwah yang bersangkutan punya reputasi yang sudah dikenal’,’ustadz atau ustadzah terkenal’. Saya berharap berita itu bisa sampai ke telinga untuk sebuah pengingatan, bukan karena mereka lupa pada kewajiban untuk saling menjaga aib saudara sendiri.

Insiden-insiden semacam itu saya pikir salah satu faktornya, bisa jadi ada kebutuhan-kebutuhan—psikis n physic—yang ga mereka dapat dari pasangannya. Karena terpisah jauh, atau karena sama-sama aktivis, jadi lupa, bahwa pernikahan bukan Cuma medan yang harus penuh jargon-jargon perjuangan, tapi juga harus ada hal-hal yang jadi bumbu dan penyemarak. Mungkin bentuknya bunga, ucapan selamat milad, kartu, panggilan kesayangan atau apa kek (he he jadi ngiri waktu ngeliat my orang penting sedunia, pulang bawa se-dozen bungan mawar di hari jarig (milad) istrinya). Dan kalau bumbu-bumbu tersebut tidak tersedia, dan ada pihak lain yang berpotensi menawarkan hal tersebut… yaaaa, kejadian deh.

eh kok ngaco, jadi cerita ke sini

Anyway, teman saya itu, pasca insiden-insiden itu, sering mengeluh pada saya bahwa dia tidak akan pernah lagi berpisah lama-lama seperti ini dengan suaminya. Banyak fitnah dan godaan yang harus dia hadapi. Kalau sudah begini, saya jadi berpikir untung juga yah saya belum punya siapa-siapa secara de jure. tapi pikiran itu langsung keok sama teman yang lainnya yang bilang : justru kalau kita sudah punya ikatan yang legal, atau setidaknya kita tahu for whom im saving my self, lebih mudah jaga hati. Wah, benar juga yah. Kalau yang sudah punya suami aja bisa kejadian hal-hal semacam ini, yang kayak saya, bukannya ge-er, potensi fitnahnya bisa lebih besar lagi---huaaa!naudzubillahimindzalik

Udah ah, banyak-banyak doa
be a good moslemah, jaga diri, jaga hati
Habis mau diapain lagi? *garuk-garuk kepala*

Tuesday, December 27, 2005

Indonesia ?

Di kota kecil semacam Maastricht, dibandingkan dengan Den Haag misalnya, saya merasa orang-orang lebih hangat dan gampang menyapa. Saya pasti bakal mengingat ini sebagai salah satu hal yang saya suka dari etika pergaulan orang Belanda, selain cara pandang yang cenderung down to earth.

Seperti waktu suatu pagi, habis kehujanan, saya pikir yang paling enak tentu adalah minum teh hangat. jadi langsung ke vending machine tempat jual teh, kopi, susu di kampus. Lagi lihat-lihat begitu tauk-tauk ..."goeiemorgen! how are you today ? do you want anything ?" wah, itu kan bapak-bapak yang tugasnya jadi pengisi ulang semua vending machine di kampus. kalau ketemu, biasanya kita cuma saling melambaikan tangan sambil tersenyum. sesekali kalau lagi pingin yah bilang tot straks, tot ziens. "kamu mau apa? hari ini saya yang traktir," katanya dengan ceria. wuaah, beneran nih oom ? "beneran!" aku mau teh deh! met suiker? met melk ? tanyanya lagi. naah, ini namanya rejeki dari arah yang tidak disangka. thank you, this would be a wonderful start for my day, kata saya (dalam hati, besok-besok lagi ya oom!)

Atau waktu antri mengambil kopi di Guesthouse, bersama saya ada anak muda yang juga ikutan mengambil kopi. Setelah mencampurnya dengan krim dan gula, tiba-tiba orang itu mengulurkan tangannya pada saya. Hah? kenapa mas ? dia menunjuk bungkus kosong krim dan gula di tangan saya. Ooooh, rupanya dia mau bantu ngebuangin kertasnya, berhubung tempat sampahnya ada di dekat dia. wuaaah, manis sekali (wink2). Yang manis-manis seperti menolong menunjukkan arah pada oarng yang kesasar (diawal-awal kejadian ini seringkali menimpa), atau menolong menaikkan barang-barang belajaan ke sepeda (ini waktu terlalu semangat belanja sampe lupa kalau ga akan muat di sepeda), menahan pintu untuk orang lain, sepertinya juga jadi sebuah tata krama entah dia laki-laki atau perempuan. Dalam hal lalu lintas, aturan mainnya adalah yang punya mobil mendahulukan sepeda dan pejalan kaki. Jadi kalau sudah melihat kita berdiri di depan zebra cross, mobil akan langsung menahan diri untuk memberi kesempatan yang jalan kaki atau yang naik sepeda untuk menyeberang.

Dan entah karena Maastricht itu kota yang tidak terlalu padat, bukan tipikal kota untuk pendatang seperti Delft, atau juga wajah saya Indonesia sekali, jadi sering banget disapa "Indonesia?!" entah kalau lagi jalan atau sedang naik sepeda. Seperti waktu di stasiun, seorang bule tiba-tiba menyapa dengan ramah "Indonesia?!" saya bilang "ya! saya Indonesia" dia bilang lagi "Selamat datang di Belanda, Assalamualaikum. Mooi (cantik)!" wuah, siapa? saya? Indonesia? Ogah banget dibilang cantik sama orang bule, kan biasanya definisi cantik mereka itu yang aneh-aneh, sementara saya manis begini geto loch (wa ka ka ka).

Walaupun tentu aja yang nyebelin juga banyak (kalau urusan birokrasi, sama aja ngeselinnya kayak di Indonesia), tapi itu hal-hal manis yang kadang membuat saya iri. Kok etika semacam itu sulit sekali didapati yah di Indonesia. Sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak, etika gemar menolong, mendahulukan orang lain, kok hampir-hampir ga kelihatan. Mau menyeberang di Margonda atau di Ciputat aja, aduh ... butuh nyali yang besar. Yang mendisain tata kota maupun yang punya mobil tampaknya lupa kalau pejalan kaki juga punya hak yang sama.

Tapi, saya tetap percaya kok bahwa ini bukan urusan mental yang taken for granted 'yaa emang kayak gitu, mau diapain lagi', saya percaya ini juga urusan sistem hidup yang bisa direkayasa, bisa memaksa tanpa sadar orang untuk berbuat baik. Dan kalau bicara merubah sistem, maka resep Aa Gym itu saya pikir salah satu alternatif yang mujarab. Mulai aja dari diri sendiri, mulai aja dari keluarga sendiri, mulai dari anak sendiri.

karena tiap manusia di beri potensi kebaikan. Tinggal apakah potensi itu bisa hidup dan berkembang dalam sistem yang kondusif. Bicara masalah keramahan, kebaikan hati, jangan salah, orang Asia tenggara, Melayu macam kita, saya pikir punya fleksibilitas dan keterbukaan yang lebih besar terhadap perbedaan dibanding orang Eropa. bukankah our great-great grandfather kita yang katanya pelaut itu adalah orang-orang kepulauan yang dari awal sudah terbiasa dikunjungi orang-orang rambut jagung atau yang matanya sipit atau yang kulitnya keling ? pastinya cuma orang-orang berhati hangat yang bisa membuat orang-orang asing itu mau datang dan datang lagi untuk berdagang, beranak pinak sampai suatu saat muncul ide bagaimana kalau kita jajah saja orang-orang baik hati ini ? he he he

Dan kalau bicara masalah penjajahan, maka mengeruk kekayaan Indonesia secara gila-gilaan untuk mengisi kas negara Belanda, bukanlah hal yang terburuk. Yang terburuk dari peninggalan 350 tahun itu adalah rusaknya sistem kehidupan dan budaya bahari Indonesia, rusaknya mentalitas dan kepercayaan diri bangsa kita. Dan itu .... saya yakin tidak akan pernah terbayar, sebanyak apapun mereka merogoh kantung untuk mengongkosi orang Indonesia untuk kuliah di Belanda. Kalau ingat betapa 'dalam' kerusakan yang ditinggalkan, pastinya sakit hati lah, tapi rugi dua kali kalau dalam sakit hati tidak bisa mengambil kebaikan, bukan ?

Saturday, December 24, 2005

bye ...

"This is it attin...i had to say good bye..." Irene berdiri di tengah kamar. Dalam balutan T-Shirt dan celana jeans, tanpa make up, wajahnya kelihatan jauh lebih muda. Wah, kok tiba- tiba jadi terharu yah. Kami berpelukan "thank you for being such a nice roomate" bisik saya. "Succes..." Kami terus cengengesan gak jelas.
Ini, orang yang dari awal saya sudah ketar ketir bakal bawa cowok ke kamar,yang dari awal saya bayangin yang 'gawat-gawat' tapi akhirnya ... empat bulan terlewati dengan baik-baik saja.
Kami memang berbeda, tapi saya tidak bisa bilang hal-hal yang jahat tentang gadis ini. Masih ingat waktu pertama kali duduk bareng saling tukar informasi kebiasaan dan keseharian masing-masing, langkah yang saya pikir sangat cerdas untuk menghindari alis yang terangkat. Masih ingat waktu dia minta ijin kalau ada teman cowoknya yang akan datang dari Madrid dan mau nginep di kamar, dan entah bagaimana ekspresi yang saya tampakkan, tapi dengan paniknya dia langsung bilang "no,no,no! he's not my boyfriend!" dan cowok itu, entah bagaimana tidak pernah sampai ke kamar kami, walau saya bilang "yaaah, kalau dia penting sekali buat kamu, aku ga keberatan dia tidur di kamar buat istirahat tapi setelah aku pergi kuliah".
Komunikasi yang kami lakukan lebih banyak bersifat metakomunikasi. Minggu ini dia buang sampah, oke kalau begitu minggu depan giliran saya, dan minggu depannya dia, begitu seterusnya. Begitu juga soal bersih-bersih kamar dan stove. Dia lebih jarang bersih-bersih, tapi kalau bersih-bersih hasilnya kinclong sekali sampai saya ga akan tega pakai kompor buat masak. Jadinya heran juga waktu Ayako tanya apa kami bagi-bagi tugas. Ga tuh, cuma saling ngebaca aja satu sama lain.

Kami sama-sama suka masak (ehmm, buat saya sebenarnya 'kepepet untuk masak'), saya akan dengan senang hati menyisakan sepotong dua potong kue untuk dia cicipi, tapi dia tidak akan pernah menawarkan masakannya buat saya "You not eat, what I eat", katanya. Jadilah kulkas kami isinya barang 'halal dan haram' he he... rak atas jatah saya, sementara daging-dagingan dan bir-bir-an milik dia ada di rak bawah.

Dia bangun jam satu siang, saya bangun subuh. Tapi kalau bangun, saya ga berani nyalain lampu kecuali lampu belajar sampai dia bangun. Saya tidur jam setengah sebelas, dia tidur jam empat. Dia akan matiin lampu kecuali lampu belajar kalau saya sudah menunjukkan gelagat mau tidur. Suatu kali sepupunya datang, nyalain komputer dan mp3, begitu saya mau shalat, saya dengar dia minta sepupunya dalam bahasa spanyol, buat matiin musik. Ini memang request dari awal. Kamu boleh dengerin lagu kapan aja, kecuali kalau aku lagi 'pray' tolong di kecilin ya volumenya.

Saya juga ingat betapa entengnya waktu dia cerita,"My parent is a catholic but they dont practice. so I am .. what you call in english? hmm... Atheis" sementara saya berusaha keras pasang tampang penuh pengertian sambil dalam hati berseru-seru "what?! gila lo yeh, emangnya gampang apa jadi atheis?!memangnya mudah nemuin jawaban buat semua persoalan di alam yang maha dahsyat ini sendirian?!"

he he
dan empat bulan akhirnya berlalu tanpa konflik berarti. Alhamdulillah.Pelan-pelan, saya lepas papan nama yang dia buat untuk pintu kamar kami. Witing tresno jalaran soko kulino,itu teori yang masih valid juga rupanya. Koridor kami tambah sepi. Tetangga kiri kanan sudah kosong. Tiba-tiba mata saya menghangat...

Sendirian itu
tidak selalu enak

Wednesday, December 21, 2005

Nggak Jelas ?

Kelihatannya, dikebanyakan orang, yang namanya belum punya pasangan alias jomblo (katanya siy itu istilah ngga bagus yah, di budaya tertentu, artinya kira kira “nggak laku” tapi jadi nge-tren sebagai orang yang ngga punya pasangan hihihi) biasanya ribut ribut masalah “nggak jelas”.
Umumnya, yang disebut sebagai hal yang “nggak jelas” itu adalah ketidak-konsistenan dari sikap seseorang yang “dimaksud” sebagai pasangan. Saya gunakan tanda kutip sebagai tanda bahwa banyak hal yang melatarbelakangi dan membumbui kata dimaksud itu. Misalkan saja, seseorang yang bermaksud menjadikan seseorang lainnya (ribet deh, bahasanya! Hehehe) sebagai pasangan menemukan sikap yang tidak kondusif (apa siy!? Hihi) dari seseorang yang “dituju”nya.
Niat menjadikan pasangan ini sekurang kurangnya ada 2: Ada yang untuk pasangan hidup dalam arti serius ingin menikah dengannya atau hendak menjadikannya pasangan “setengah hidup”. Maksudnya, kalau cocok menikah boleh juga, kalo ngga ya temenan aja. Hehehe. Ketidakjelasan ini kadang imbas dari karakter dan kebiasaan seseorang. Baik yang menginginkan seseorang menjadi pasangan maupun yang menjadi “yang diinginkan”.Misalkan saja. Ada orang yang salah paham dengan sikap seseorang yang awalnya tidak diinginkannya menjadi pasangan alias ‘temenan’ saja. Namun lambat laun ia menjadi berpikir untuk menjadikan temannya itu menjadi orang yang diinginkan menjadi pasangannya. Dengan sekian kualifikasi ternyata sang teman masuk ke dalam kategori pasangan yang ideal bagi seseorang itu. Ditambah lagi sang teman itupun disinyalir menginginkan hubungan mereka lebih pasti dari “apakah sekadar berteman” atau “diseriusin” saja.
Singkat cerita, ternyata sang teman itu menikah dengan orang lain. Dan ternyata lagi, salah seorang teman saya bilang, tidak hanya si seseorang itu yang menyangka bahwa si teman menginginkannya sebagai pasangan. Tapi lebih dari satu orang! Hehehehe.Itu baru satu contoh.
Contoh lain. Misalkan seseorang bernama Rani menaruh perhatian pada si Rano. Singkat cerita (kali ini bener bener singkat. Hihihi) mereka “selisipan” jalan. Rani lebih dulu menginginkan Rano sebagai pasangannya. Dan berhenti berharap karena menurutnya Rano tidak juga “ngeh” akan penantiannya. Saat Rano berganti menginginkannya sebagai pasangan (bukan pasangan hidup. Karena cerita ini cerita teman saya jaman SMP. Hehehe. Jadi dapat dipastikan mereka belum berpikir untuk berpasangan sebagai teman hidup)Tapi, Rani tidak lagi menginginkannya. Ia sudah mendapatkan calon pasangan lain yang diperkirakan lebih menjanjikan suatu hubungan yang jelas.
Sampai hari ini saya dan teman teman masih suka menceritakan hal itu sambil tertawa tawa. Lucu sekali. “Selisipan suka”. Sembari tidak satupun dari mereka yang mengetahui hal itu. Kok bisa? Iyalah. Masing masing pihak cerita ke temannya tanpa konfirmasi kepada yang berwenang alias bukan langsung ke masing masing orang yang mereka tuju.
Herannya. Sepertinya urusan “nggak jelas” ini kadang memang bisa jadi topik biasa dikalangan orang orang yang belum punya pasangan tetap (pasangan hidup atau “setengah hidup” itu) bahkan sampai saat ini, saat sudah tuwir (baca: tidak muda lagi) begini, saya masih saja menemukan urusan seperti ini di antara kenalan saya yang sama tuwir-nya sama saya. Hihihihi.Saya mengerti siy mengapa ketidakjelasan ketidakjelasan itu bisa hadir. Ada yang beda banget karakternya. Sampai sampai yang bermaksud sekadar baik jadi dikira “ada apa apa” atau sebaliknya. “ada apa apa” tapi dikira “sekadar memang tipikal baik hati dan gemar menolong” hehehe.
Ada yang memang malas mengklarifikasi. Atau gengsian. Atau memang senang aja memanfaatkan situasi “nggak jelas” tanpa berpikir untuk serius memikirkannya lebih jauh (kurang ajar yang ini mah. Hihihi)Entah apa sebabnya, paling tidak ke“ngga jelas”an ini bisa ditanggapi dengan 2 cara: Minimal loh. Cara pertama: Ya Tanya aja. Susah amat. Hehe. Cara kedua: Ya cuekin aja. Kalo tauk “ngga jelas” itu ngga enak kenapa harus pusing pusing mikirin yang “nggak jelas”? Hihihihi.

sambil makan bakwan jagung baca postingan di blog lama si
Ge, sahabat yang dengan manisnya suka manggil saya dengan sebutan 'sekeping hatiku' (duh, Ge..aku padamu deh). Jadi terpikir soal urusan ga jelas ini. Buat saya hal-hal semacam itu, sudahlah cukup jadi jatah siklus-ujian-standar pendewasaan dari Allah buat anak kuliahan semester dua atau tiga (there's always time for stupidity for everyone, ya kan?) . Kalau sekarang ? hmmm ...hare gene masih ga jelas ?

katanya, orang beriman
tidak melakukan
kesalahan berulang (Brothers)

jadi

maap-maap

ga berminat.

Monday, December 19, 2005

Ke Kringloop

Setelah dua hari bermalas-malasan di kamar, akhirnya saya nyerah juga. Tidur tengah malam bangun jam sembilan pagi memang menggiurkan, kalau cuma dilakukan sesekali. Tapi kalau tiap hari ? wuah, maaf-maaf deh, nggak kuat aja. Jadi pagi ini diputuskan buat mengganti udara di paru-paru saya (hiperboliknyaaa!). Musim dingin seperti ini memang siapapun bawaannya malas buat keluar rumah. Tapi toh ga jadi alasan buat ga beraktifitas. Jadi setelah sikat gigi, ganti baju langsung rapi-rapi pake mantel ke bike sheed. "Ayo Traxxy, udah cukup malas-malasannya, let's do some exercise!" mau kemana kita ? hmmm... ke Brusselsport mungkin. Sabun mandi habis, jadi kayaknnya belanja di Etos. Setelah itu bolehlah lihat2 di C1000 walaupun ga ada niatan belanja, kita masih punya cukup stok makanan. Setelah itu gimana kalau ke Kringloop? toko second hand, dan mulai berburu barang-barang yang mungkin nanti diperluin kalau pindah ke tempat baru nanti ? goed? Jadi berangkat deh kita berdua ke Brusselspoort. Menghabiskan waktu yang lumayan lama buat memilih sabun dan shampo di Etos (sambil mikir-mikir mau beli maskara ga yah ??? ha ha ganjen!), trus ke C1000 beli mie (ini perlu untuk keadaan gawat darurat), wafel (ini buat sarapan). dah terus ke Kringloop. Toko barang second hand ini ga jauh letaknya dari guesthouse. Diperjalanan saya mereka-reka apa yang kira-kira dibutuhkan. Tempat sampah, karpet mungkin kalau ada, lampu belajar... dan sampailah di Kringloop.

Sebenarnya, saya agak sedikit menyesal baru menemukan toko ini agak terlambat. Walau dekat dan tiap hari saya lewat, saya tidak pernah sadar keberadaannya. Kalau saya berangkat, toko ini masih tutup, dan ketika pulang, saya akan di jalur sebrang. Maka saya tidak sadar akan keberadaaannya. Baru setelah di beri tahu Nurul, saya 'ngeh' akan toko ini. Isinya barang-barang second hand yang masih lumayan bagus. Kalau punya 'mata yang bagus' ga kecil kemungkinan bisa menemukan barang-barang yang oke punya.
Isi tokonya ga jauh dari bayangan saya tentang bagaimana toko second hand seterusnya. isinya seperti toko Curious Goods-nya film horor Friday the 13th (hiiiii... ). Mulai dari yang kecil-kecil seperti asbak, tempat anting,koin, figura, jas,selimut,mainan anak,boneka, komputer,kulkas, sampai barang yang saya tidak tahu apa gunanya, ada disini . Oh, ya kenapa menyesal ? karena kalau saya tahu lebih awal mungkin saya ga akan merogoh 24 euro buat beli sepatu boot dan 29 euro buat beli winter jas di C&A (ini setelah bersabar menunggu kortingan dari 39 e). Meskipun affordable dalam budget, tapi kalau ada yang murah kenapa tidak ? diawal-awal (dan sampai sekarang) masih suka punya kebiasaan secara otomatis mengkonversi euro dalam rupiah. Jadi reaksinya akan langsung; yang bener aja! mahal amat! atau; ga kira-kira! atau; kalau di Jakarta aku bisa beli cendol berapa bungkus dengan uang segitu! atau kalau di Indonesia cuma segini harganya dst,dst sehingga saya akan berakhir dari beberapa list barang yang mau dibeli jadi satu atau dua atau bahkan tidak beli apapun. Lalu kok bisa beli sepatu dengan harga segitu ? he he itu yang namanya pembeli melankolis. Waktu lebaran sedih aja karena ga kerasa sudah lebaran. Jadi untuk menghibur diri, balik deh ke tradisi kanak-kanak :beli sepatu baru! terus soal mantel ... habis bagus aja ha ha ha... nah ada saatnya kan kita jadi pembeli tidak rasional ? tapi ga kok, mantel yang saya beli itu panjang hingga ke lutut jadi berguna banget dimusim dingin begini. kalau kehujanan, setidaknya cuma seperempat rok saya yang basah. Tapi tetap, kalau ke Kringloop harga segitu sudah dapat mantel berapa yah? mungkin modelnya ketinggalan beberapa zaman, tapi tidak sampai ke zaman batu toch? huaah.. sudah ketularan Belanda niy, jadi pelit, eh .. berhati-hati menggunakan sumber daya.
Keberadaan toko-toko second hand macam Kringloop di Belanda ini salah satu petunjuk bagaimana mereka sangat maksimal dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Waktu makan malam di Anya, kami ngumpul diruangan dengan penerangan yang 'secukupnya', waktu salah satu teman kami secara tidak sengaja menekan tombol lampu, tiba-tiba living room itu jadi terang benderang, tapi Anya minta lampunya di matiin aja,"it;s agains our idea about saving energy", katanya.. ya ampun. Tapi cerita ini lain kali aja.
Akhirnya di Kringloop itu ketemu juga barang yang dicari. Lampu belajar (3,50 e), tempat sampah (1 e), karpet(3e)--ini setelah dibantu yang punya toko mengaduk-ngaduk bergebung-gebung koleksi karpet mereka di gudang berdebu, beberapa dekorasi tapi fungsional (tempat naruh bunga kering--biar nanti kamarnya ga terlalu bau saya he he he), vas, kotak kecil, porselen anjing laut sama anaknya (naah... yang ini fungsionalnya relatif). Karena barang bawaan lumayan banyak, saya putuskan untuk membawa nya dua putaran. Saya meminta ijin kepada yang punya toko untuk titip karpet dan akan saya ambil setelah saya mengantar semua barang-barang ini ke guesthouse saya. fiuuh, capek juga. Sudah, kita cukupkan aktivitas diluar sampai sini ya ...

Sunday, December 18, 2005

Kenapa ya?

Ada yang tanya, kenapa sekarang blog ini isinya makanan melulu ? "biasanya ada sesuatu yang aku rasa setelah baca tulisan kamu..."

zeg.

dalem bo.

Tapi kenapa ya? terlalu sibuk untuk merenung ? terlalu lelah untuk membaca sesuatu yang baru ? bukannya tiap hari juga belajar hal yang baru ? ketemu hal-hal menarik yang baru ?betapa sering saya kepingin menuliskan suatu hal yang saya dapati menarik dari kuliah saya, tapi selalu berujungan pada Oaaaahm.... ngantuk ah!

tapi terima kasih masukannya

Kadang ... cuma ingin menikmati kesenangan-kesenangan hidup yang sederhana. Sesederhana kenikmatan dalam menemukan kenyataan, bahwa klepon, tempe mendoan, keripik singkong yang dulu hal biasa tanpa keistimewaan di meja makan, merasakan kehadirannya disini adalah sebuah 'petualangan' dan barang mahal. Dan saya jadi berpikir tentang banyak hal-hal sederhana 'diluar sana' yang ternyata begitu istimewa ketika saya ada 'di dalam sini'. Ternyata perpisahan, menarik diri dari realitas keseharian, adalah sebuah kebutuhan agar kesadaran itu tetap terjaga. Ketika kita punya kesadaran tentang betapa berharganya realitas 'sederhana' diluar, kita jadi lebih mudah bersyukur. Dan ketika kita mudah mensyukuri hal-hal yang kecil, maka akan terasa betapa banyak hal luar biasa yang kita punya.

Memasak itu juga tentang pengetahuan betapa itu semua tercipta dari proses yang tidak mudah. Untuk bisa merasakan kue cucur, ternyata kita harus menunggu kurang lebih 30 menit, teknik mengaduknya berbeda dengan tujuan tercipta serat-serat halus ketika di goreng nanti. Ternyata ada begitu banyak kerja di balik kue jelek--tapi lezat-- berwarna coklat penuh minyak itu. Dan dalam hidup, ada saatnya kita harus bersabar, menanti, mengaduk dengan teknik tersendiri hingga akhirnya 'kue-nya' pun jadi.

Jadi memasak itu saya pikir seperti menjalani hidup.

Tidak sekedar ukuran berapa sendok teh garam yang harus kita gunakan, tapi juga tentang melatih indera pengecap dan rasa sebanyak apa kita mau mengkombinasikannya dengan gula. Hingga pada akhirnya ketika kita makin terlatih, memasak adalah persoalan naluri. Karena ada masanya ketika kita menghadapi persoalan dan tantangan hidup, yang kita andalkan sebagai alat tiada lain naluri kita sendiri. Karena betapa banyak hal-hal yang tidak bisa dikalkulasi.

Memasak itu resep suksesnya kita dapat dari ibu, teman, majalah, Rudi Choiruddin, Siska Suwitomo, significant others. Tapi keistimewaannya selalu terletak ketika rumus baku itu bertemu kreativitas kita. Hasil akulturasinya bisa rasa baru yang dipuji orang, tapi bisa juga cuma jadi eksperimen gagal. Yang terakir, tentu harapannya adalah kita boleh gagal waktu mencoba resep yang pertama, tapi ketika kita mencoba untuk kedua kalinya, kita sudah tahu apa faktor penyebab kegagalannya. Mungkin karena kurang sabar menunggu bawangnya matang, mungkin airnya kurang banyak, lain kali garamnya se sendok, kali lain tidak usah pakai kaldu tapi gunakan saus tiram.

kalau masih gagal juga ?
Coba saja resep yang lain. Kita masih bisa hidup tanpa makan sayur asem, toch ?

*buat yang tanya .... hmmm ...yang jelas, karena ini blog saya, dengan berat hati saya harus bilang, pasrah aja ya apapun isinya ya ... he he he

Saturday, December 17, 2005

Dinner MPH

Waktu di tanya mau bawa apa ke makan malam ke tempat Anya, dengan pedenya saya langsung bilang "Aku bikin klepon deh!" padahal sumpe, kagak pernah punya pengalaman bikin klepon!pernah ngeliat sih dulu gimana si mamah bikin, tapi itu waktu jaman-jaman es de dulu. Tapi, aaah! percuma jadi penonton setia ibu Siska Suwitomo kalau bikin klepon aja ga bisa mah! Lagi pula saya pikir klepon itu Indonesia banget. dengan kelapa di luar dan didalam, it's so archipelago. jadi, mari kita liat apa yang kita punya di lemari:
santan kara (sip!)
pewarna pandan (sip!)
kelapa parut (ini beneran ada, di jual, tapi udah dalam bentuk dalam kemasan jaim
nan rapih. beda dengan produk kita yang segar, alami bin berantakan, hasil parutan
abang-abang di pasar)
gula merah
garam
tapi ga ada tepung ketan, eh bener kan pake tepung ketan?

akhirnya diputuskan benar. Jadi pulang kuliah hari terakhir sebelum liburan natal, langsung ke San Wah cari tepung ketan. pulangnya kehujanan, ketiup angin, basah dari ujung kepala sampai ujung kaki. benar-benar perjuangan untuk sebuah klepon.

Sampai di kamar langsung beraksi. Gula merah di kikir, lelehin santannya, campur sama air, buka tepung ketannya, siram! wah ... kok jadi encer gini? nggg ... tambahin .. sagu ? tambah sagu. hmmm... tidak lebih baik. terigu, mungkin? tambah terigu. lumayan, tapi tetap ga meyakinkan. lengket ga bisa dipulung. tambah lagi? nanti jadi siomay dong? tambah lagi ini, tambah lagi itu. akhirnya walaupun agak ga yakin ya sudahlah. didihkan air. pulung, isi dengan gula merah, masukkan ke air mendidih. pulungan pertama gagal, keburu berantakan sebelum masuk air. Tambah ini itu lagi. coba lagi, yes! bisa. Deg-degan mengamati nasib mereka di air mendidih. kalau semua berjalan sesuai rencana, maka dalam waktu beberapa menit akan ada bola-bola klepon mengapung di air mendidih. itu dia! diangkat dan melihat hasilnya. loh, kok ga bulat sempurna ya? mblabar mbleber gini kayak lukisan Salvador Dali ?Irene terbengong-bengong melihat saya. "are you ok?" ya, ya .. im fine. just have some feeling it shouldn't be look like this...

tapi pantang mundur deh, udah terlanjur.
Toh, saya masih punya Plan B, bikin Lumpia incase terjadi apa-apa sama Klepon. Akhirnya setelah satu jam-an, kleponnya jadi juga. Wuaw! not so bad after all!

Habis itu langsung di sambung dengan bikin Lumpia ala saya. Sebenarnya ga suka lumpia yang isinya rebung itu. baunya aneh aja. Lagi pula rebung disini mahal dan agak susah nyarinya. makanya saya selalu bikin dengan kentang dan wortel, sayuran favorit. kombinasi mereka berdua selalu enak dan warnanya juga cantik. Dan berdasarkan pengalaman, lumpia coba-coba ini tidak mengecewakan rasanya di lidah internasional. Jadinya, kalau di bawa ke international dinner seperti ini, tidak malu-maluin harkat dan martabat bangsa *gubrak!*
dan inilah lumpianya ....
oh ya bahan-bahannya?
kulit lumpia (dah jadi dong, mau bikin sendiri gitchu? ma kasi deh)
wortel dipotong kotak
kentang dipotong kotak (tp kalo mo improfisasi bikin segitiga, setengah lingkaran,jajaran genjang, juga boleh)
bawang bombay
bawang putih
merica
garam
gula
daun bawang
telur

selebihnya tau laah diapain ....
akhirnya dua-duanya di bawa ke tempat Anya. Hasilnya ? he he he... seperti yang diharapkan.
Oh ya, Caroline dari Colombia bawa starter chip n dip pake alpukat, Issabel dari peru bawa kentang mayonaisse isi ayam, Catherine bawa vlai buat dessert, Marriette bawa puding semolina (?) tradisional dutch, bergizi dan katanya biasa dikasih buat anak-anak, astri bawa tempe mendoan dan tumis kangkung, elida bawa ayam bumbu bali, Xu Jing bawa semacam dimsum isi jamur dan udang, Else bikin sup prei, beni bawa nasi (yaaa harap maklum saudara-saudara he he). Ga semuanya di foto, karena kelupaan. tapi, tanpa bermaksud ethnosentris, masakan Indonesia is the best!

Tuesday, December 13, 2005

Nothing Like Holiday ...

Diseases due to malnutrition are far from eradicated. Recent studies concerning the industrialized world predict that in the near future four out of ten people will be overweight. In many developing countries obesity is a serious problem as well. However in those countries obesity is not the only problem concerning people’s diets. In those countries public health officers are often confronted with kwashiorkor, marasmus, iron deficiency and other diseases due to an inadequate diet. In many communities it is women and female children who run the highest risks of such diseases.

You work as the public health officer for an NGO in the southernmost district of North Z*. In your daily work you are far too often confronted with (mostly female) patients who suffer from symptoms that, in the medical handbooks, are ascribed to insufficient diets*.

After years of discussion the North Z’s Ministry of Health finally agrees to (co-)finance a multi-disciplinary research team, including two experienced researchers. They will have to get insight in the background of the insufficient diets of the women and girls in your district. The idea is that in a later stage interventions based on the findings of each of these studies will be designed (and maybe even implemented).

You are asked to select the two most promising candidates for the research posts. After having shifted through a huge amount of applications you pick out three interesting candidates. One is a social psychologist. The second has been trained in the explanatory model approach. The third one is a so called “critical anthropologist” specialized in gender issues and other forms of social differentiation.

You select two of them.

Since you are also responsible for supervising them you write each of the two a letter describing briefly the (diet-related) problems you are facing and explaining what your expectations are with regard to their research projects. In the letter you suggest some preliminary research questions, each of which is accompanied by a short explanation. Of course you try to get the most out of each researcher and therefore you encourage them use their own particular expertise/approach to the fullest. That means that your suggestions for the preliminary research questions (and the short explanations) correspond with the approach the researcher is familiar with. In your letter you also express your concern about the shortcomings of the researcher’s approach. You explain what your critique is and you suggest ways in which these shortcomings could be dealt with.


* You can pick your own example of a country and a district. You are also free to choose the dietary problem that you feel is most relevant to your example. You are also allowed to choose an entirely different topic, but please discuss that with me first!


Formulate the answers to these questions on approx. 10 pages. Font: 11 pnts. Space between lines: 1½.

Hand in your paper before the fifth unit starts. You can leave your paper in my mailbox. Of course you can also hand it over to me personally.
Good luck, and do not forget to enjoy your holidays as well!!!

Oh dont worry, Anya

We'll just gonna having fun. no doubt

Saturday, December 10, 2005

MAKAAAAAN!!!


Gak tahu kenapa habis lihat YM kok malah jadi agak lonely dan senewen, am I on my periode already? jadinya daripada bete, mendingan kita masak-masak...hmmm tempe mendoan ?there's no remedies of homesick like tempe








how about this fancy 'looks like' cake fruit ? ini cuma hun kwue a.k.a ongol-ongol yang di furnish pake buah kiwi yang udah kematangan, terlalu lama di simpan di kulkas. ternyata, penampilannya lumayan juga ...



Ini kue ketan srikaya yang asli lekker banget. Yang buat... pastinya highly profesional bukan amatiran yang baru kenal kompor kayak kita kali yeee... ini dikasih Nurul pas tadi siang main ke rumahnya.









Lalu giliran main course-nya. well, sebenarnya tadi ke tempat Nurul karena lagi ngidam pingin banget makan udang. Dan pucuk di cinta ulam tiba (saaaah,bahasa-nya kita) beliau punya. Tadinya mau bikin udang pakai saus asam manis, tapi karena keburu maghrib ya sud deh, di ceburin aja langsung udangnya.

dan VOILA!!

Kira-kira, siapa yah yang enak buat diajak makan bareng ? apakah ....

Bapak ini ?

Mas yang ini ?

atau ....

yang ini ??


he he ...

nggak kok... panggil AYAKO!!!!

Thursday, December 08, 2005

Time Fly ...

Karena kangen, selasa malam saya dan Ayako sepakat untuk makan malam bareng."just have light dinner talk as we use to do" tulisnya dalam email. ya ampun,, sebulan ini rasanya kayak kuli, pergi pagi pulang sudah gelap. Ayako juga lebih banyak tenggelam di perpustakaan. kami jarang ketemu kecuali dalam keadaan terburu-terburu di koridor.

Jadi gitulah, ternyata kangen itu tiga setengah jam lamanya. Jam setengah delapan kami mulai makan-makan di tempat saya dengan sushi, ayam jamur dan salad. Ngobrol-ngobrol tentang habis kuliah ini mau gimana dan jadi apa, sudah ke Winterland blum, punya foto Zwarte Piet?, historical speech of Limburg, Indonesia, Jepang, siapa yang paling cool, Leonardo Dicaprio atau Josh Harnett yang main di Pearl Harbour itu, sampai kemudian sampai pada kesepakatan ga ada yang ngalahin bapak-bapak ganteng era 80-an macam Sean Connery, Harrison Ford dan Robert Redford. Jam sebelas malam, baru sadar kalau kami sudah lama sekali menghabiskan waktu di meja makan.

Hmmmf... ga terasa sudah masuk empat bulan. sepertiga dari perjalanan. Di guesthouse semua sudah mulai siap-siap. ada yang mau liburan natal, ada yang pulang, banyak juga yang pindahan. Callista menghadiahi saya sumpit cantik karena besok dia pulang. Karen, Mei Ting sudah mulai nge-pack, balik ke Hongkong dan Singapore. Irene tanggal 23 nanti akan kemali ke Madrid. Mereka semua anak-anak short course 4 bulanan. Yang lain sudah merencanakan main ke Finland, Paris, Venesia. "do you plan to spend your christmast holiday somewhere?" tanya Charrissa. Cuaca dingin begini sapa juga yang seneng jalan-jalan. Maastricht aja belum khatam di jelajahi. Saya dan Ayako punya rencana untuk mengunjungi beberapa kota di provinsi Limburg seperti Hasselt dan Heerlen. Mungkin juga ke Achen lagi buat mulai koleksi oleh-oleh buat semua yang dikangenin. Tapi yang jelas, ada agenda khusus dengan teman di Amsterdam dan Delft buat ziarah ke Granada di Spanyol.

Ayako dan juga saya, ga berhasil meminta pindah ke kamar single di guesthouse. Ayako, alasannya ingin kamar yang lebih murah, saya pindah karena ga ada jaminan dari guesthouse kalau roomate saya selanjutnya adalah muslim. Yang terakhir ini jadi penting buat saya setelah mengevaluasi dampak ruhiyah setelah empat bulan yang kayaknya ga terlalu menenangkan. Jadilah kami berdua harus membuat keputusan yang sebelumnya kami pikir sudah selesai, tidak ada diskusi. Pindah dari guesthouse yang nyaman dan mahal ini. Maybel dan Eric, karena cukup sabar dan cukup cepat bergerak, akhirnya berhasil pindah ke kamar yang lebih murah.

Anya sudah memberi kuliah tentang persiapan membuat master thesis yang prosesnya dimulai Januari nanti.

akhirnya ...

sudah empat bulan

Saturday, December 03, 2005

Natal

Desember berarti Natal. Centrum sudah ramai dengan hiasan natal. di Guesthouse saya dua pohon natal sudah bersinar-sinar dengan cerah. Tipikal natal banget lah. tapi ada yang beda antara Christmast di Belanda dan di negara lainnya. Disini anak-anak dapat hadiah Natal dua kali. Yang pertama tanggal 6 Desember dan yang kedua tanggal 25 Desember itu. Kok bisa ? bisa, karena disini ada yang namanya Saint Nicholas dari Spanyol dan datang naik kuda (yang datang tanggal 6) dan ada yang namanya Kerstman (Bapak Natal a.k.a Sinterklas) dari North Pole, datang dengan kereta salju yang datang tanggal 25. Ada satu lagi karakter yang populer (bahkan sepertinya lebih populer dari dua tokoh lainnya) yaitu yang mereka sebut Zwarte Piet (Piet Hitam).
Dulu, berdasarkan gambaran disebuah buku terbitan tahun 1850, katanya Zwarte Piet (Pete) itu budak Saint Nicholas yang kemudian dibebaskan dan akhirnya mengabdi sebagai pelayan Saint Nicholas. Biasanya orang tua akan cerita pada anak-anaknya, bahwa kalau tahun ini mereka baik, Zwarte Piet dan Saint Nicholas akan memberi hadiah, tapi jika mereka nakal, Zwarte Piet akan memukul mereka dan membawa mereka ke Spanyol. Kenapa Spanyol ? ini ada kaitannya dengan sejarah reconquista di Spanyol, tempat paling logis buat orang Eropa saat itu tentang darimana asalnya budak kulit hitam.

Aneh juga sih, melihat cerita aslinya Zwarte Piet ini kelihatannya tidak terlalu menyenangkan. Tapi justru dia yang mondar-mandir di televisi jadi bintang iklan, film kartun, show. Saint Nicholas-nya sendiri kayaknya cuma jadi pelengkap penderita aja.Orang Belanda tampaknya juga menikmati sekali men-cat wajah dan tubuh mereka dengan warna hitam, bibir merah menyala dan berpakaian serba warna-warni mencolok mata. Clara sampai terkaget-kaget waktu melihat seorang pelayan wanita di Kruidvart memakai kostum ini. Dia bilang kok bisa-bisanya orang ini lebih hitam dari saya, padahal saya dari Afrika! he he si ibu nih, suka polos aja.

Waktu bicara tentang ini sama Catherine, saya tanya apa hubungannya Zwarte Piet dan Saint Nicholas dengan ajaran kristen. Dia bilang ga ada. Desember ini sendiri asal mulanya kan memang dari pesta pagan di musim dingin. Dalam tradisi Belanda, Saint Nicholas ini juga banyak kesamaan dengan Wuotan/Odin. Odin juga punya semacam asistan yang berperan jadi 'social control', sama-sama hitam juga, cuma namanya Hugin/Munin. Waktu 'Kristen' datang, ya jadilah cerita ini termasuk yang diadopsi.

Walaupun ada kritik tentang penggambaran Zwarte Piet yang disebut-sebut agak berbau rasis, tapi tokoh ini tetap bertahan tuh. Mungkin karena kehadirannya jadi alternatif karakter Natal yang mendunia saat ini; Sinterklas. Kalau mau tahu lebih lengkap ceritanya, ada disini ya http://en.wikipedia.org/wiki/Zwarte_Piet#Origin

Wednesday, November 30, 2005

Lewat Lebaran ...

Iedul Fitri kemarin jelas momen yang istimewa. ini sebagian fotonya. Pukul delapan pagi, saya sudah ke El Fath Moskee. Teman-teman juga ternyata sudah ada disana duluan. Masjidnya dua lantai, kami yang perempuan shalat dilantai atas. Bapak-bapak dilantai bawah. Menjelang pukul sembilan orang semakin banyak yang berdatangan. Paling banyak sih kayaknya yang dari Maroko. Tapi yang dari Afrika juga banyak. Wanita keturunan Maroko menggunakan mantel (abaya?)dengan semacam kapucin (tutup kepala) diujungnya, saya perhatikan demikian pula dengan kaum lelaki. Bedanya yang perempuan menggunakan warna-warna seperti merah muda dan biru, sementara bapak-bapak warnanya lebih netral seperti putih atau abu-abu.Pukul setengah sepuluh shalatnya dimulai. Dan seperti biasa, pasti ada anak kecil yang nangis he he he, biasanya saya dan kakak saya pulang shalat akan menghitung-hitung berapa bayi yang nangis Iedul Fitri ini. Habis shalat Ibu-ibu membagikan kue-kue manis. Makanya Iedul Fitri di Belanda juga dikenal sebagai Pesta Gula (bahasa belandanya lupa) karena kebiasaan mereka masak yang manis-manis. hmmm, di Indonesia berati mestinya Pesta Santan dong yaa...
Pulangnya ke Wisma Duta di Wassenar. Dan malamnya makan-makan ala Lebaran di tempat Bang Hasanul. Dan akhirnya foto-foto ...

Sunday, November 27, 2005

lontong sayur! akhirnya ...


yes! akhirnya sukses juga masukin foto! dari kemarin2 gitu loh nyobanya... oh ya ini foto lontong sayur yang dirindu-rindukan itu. Waktu mau main ke Delft, sudah request sama Uni Rini buat dibikinin lontong sayur. dan Uni yang baik hati itu mengabulkannya dengan senang hati. Eh, waktu kita main ke Den Hague, things just get better karena 'orang pentingn sedunia' ternyata sudah menyiapkan gule. subhanallah, hebat juga si Bapak!

Hmmm ...yummi

winter time

Cuaca makin buruk. Kemarin-kemarin saya masih bersimpati sama ikan atau daging yang disimpan di kulkas. Betapa menderitanya mereka tinggal dalam suhu seperti itu. Tapi sekarang saya merasa mereka jauh lebih beruntung dari manusia di Belanda. Karena disini, cuaca dengan suhu sedingin kulkas itu masih ditambah dengan angin yang saya jamin bisa merontokkan payung paling tangguh sedunia. Untuk pertama kalinya saya beryukur bahwa berat saya … kg. karena kalau lima kilo saja kurang dari itu, saya pikir selalu ada kemungkinan saya terbawa terbang. Matahari ada, namun tidak berfungsi dengan baik. Jadi dalam terang benderang, saya mengepul-ngepul seperti es krim tiap kali menghembuskkan napas.

Dan akhirnya saya harus menerima kenyataan bahwa ketahanan fisik yang saya andalkan untuk menghadapi dingin dan hujan selama ini,sudah mencapai level maksimal. Jadi, pulang pergi menyebrangi sungai Maas, bersepeda bersama traxxy, bagaimanapun bukan pilihan yang paling bijak. Naik bis? Aduh, ga tahu kenapa yah setiap kali naik bis disini saya bawaannya kok mau m*****h. Padahal tentu aja bis disini lebih bagus lah appearance-nya dibanding 510 yang dekil bin dekumel itu. Alergi sama supir yang rapi kali ya ? he he. Dan sebenarnya naik sepeda itu sangat membantu dalam lift up my mood yang kadang suka kebawa bete sama cuaca. Jadi naik bis setiap hari juga bukan favorit saya. Alhamdulillah ada Daru yang dengan baik hati membolehkan saya ikut tidur di kamarnya di Hotel Randwijk yang terletak pas didepan kampus. Kamarnya Daru double room, ada dua ranjang tapi Daru hanya tinggal sendiri. Jadi lah saya—apa tuh namanya?—kommuter ? baru pulang ke kamar dua hari sekali.

Cuaca memang topik yang menarik. Saya tidak bisa membayangkan pedihnya jadi orang miskin atau tuna wisma disini. Saya yakin menggelandang tanpa rumah, atau tinggal di rumah kardus yang tiap hujan bocor dimana-mana, pasti tidak menyenangkan. Tapi setidaknya di Indonesia tidak ada cuaca ‘sekejam’ ini. Kita tidak dipusingkan dengan outfit dan segala persiapan menghadapi musim dingin. Tiap kali keluar rumah harus bersiap dengan mantel, pakaian dua lapis (jangan lupa long jhon), sepatu boot, tutup kepala hingga telinga karena dinginnya cuaca bisa bikin pusing, sarung tangan dan syal untuk menutupi hidung dan mulut dari terpaan angin. Waktu masih naik sepeda, seringkali saya sampai dikampus dengan wajah kebas karena dingin.

Melihat musim dingin seperti ini, jadi ingat pada cerita Gadis Kecil Penjual Korek Api-nya Hans Christiaan Andersen. Saya tidak pernah habis pikir kenapa cerita semuram itu bisa masuk kategori dongeng untuk anak-anak. Bukannya dongeng harus membuat pembacanya bahagia? Gadis miskin akhirnya jadi permaisuri bersepatu kaca ? makhluk buruk ternyata pangeran tampan nan baik hati? Hidup bahagia selamanya? Dan mati pelan-pelan di tengah dinginnya salju dalam pengharapan akan makanan dan kehangatan, sama sekali tidak masuk kategori itu. Ada disini, semakin membuat saya mengerti penderitaan anak kecil penjual korek api itu.

Saya terkejut waktu merasakan sesuatu yang menyesakkan dada ketika main ke Achen. Menggigil dalam mantel wol dan bersarung tangan ditengah suhu 9 derajat celcius, saya melihat seorang bapak-bapak berdiri berjualan makanan yang tampaknya seperti hotdog. Tidak memakai ‘gerobak’ dorong atau kedai jalan, tapi berdiri dengan tabung gas di punggung, dan tubuh yang menyangga kompor yang didesain melingkari pinggangnya. Orang itu jadi kios berdiri dengan payung besar yang juga disangga tubuhnya. Berdiri dalam dingin, membolak-balik hotdog seharga 80 sen ditengah-tengah hilir mudik orang berbelanja. 80 sen!tidak sampai satu euro! Entah kenapa rasanya kasihan sekali. Saya tahu tidak semestinya saya mengasihinya. Orang itu melakukan pekerjaan terhormat dan sama sekali tidak tercela. Pastinya juga menerima tunjangan dari negara seperti umumnya di negara kaya. Tapi saya merasa tenggorokan saya tersumbat melihatnya berdiri membolak-balik hotdog ditengah kelimpahan materi. Negeri ini kaya, pendapatan per kapitanya melimpah, tidak semestinya ada warga negara mereka yang berdiri dalam dingin yang menggigit tulang seperti ini, menjual makanan seharga 80 sen. Semestinya tidak boleh ada wanita tua duduk ditengah dingin tanpa mantel, syal dan sarung tangan yang melindunginya dari dingin, mengemis meminta belas kasihan. Mestinyakan sekolah disini tidak terlalu susah, sistem sosialnya menunjang seseorang untuk berprestasi sebaik mungkin dibidang apapun yang mereka suka, sehingga seseorang bisa melakukan sesuatu yang lebih besar manfaatnya daripada menjual hotdog 80 sen ?

Ah, jadi ingat juga bahwa saya merasakan hal yang sama ketika suatu kali seorang tukang cobek lewat didepan rumah, lalu bapak saya berkata, “coba bayangin,berapa orang yah yang butuh cobek hari ini ?” waktu itu saya tidak mengerti mengapa saya sedih melihat tukang cobek atau tukang patri. Mungkin juga karena pertanyaan bapak saya itu. Iya, ya... seberapa besar harapan hidup dari menjual barang yang mungkin diganti lima tahun sekali ? berapa orang yang pancinya bocor hari ini ? sementara mereka harus makan tiap hari dan bayar kontarakan setiap bulan. Saya ingat waktu SD dulu saya suka membeli jajanan yang namanya Cilok. Itu makanan yang terbuat dari sagu kenyal, di makan dengan saus kacang bercampur saus sambal yang kental. enak tapi tentu aja ga sehat he he. Dan tenggorokan saya juga tercekat ketika melihat bapak-bapak yang sama, dengan sepeda yang sama, masih menjual cilok yang sama, sementara saya sudah lulus SMA, kuliah ditempat idaman saya, kerja, dan yang lainnya. Banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup saya dan bapak itu kok masih juga menjual cilok ? tidak kah waktu berbaik hati menawarkan kesempatan lain ? mobilitas lain ?

Mereka yang tahu betapa kayanya Indonesia pasti juga merasakan sesuatu yang menyesakkan dada kalau melihat kemiskinan yang berserakan. Mereka mungkin berpikir, negeri ini begitu kaya. Dengan gunung, laut dan hal-hal indah lainnya, mestinya mereka bisa cukup kaya untuk membuat waktu menciptakan kesempatan bagi penduduk mereka untuk tidak terjebak melakukan hal-hal yang ‘putus asa’ seperti berkeliling menjual cobek, cilok, mencuri jangkar kapal atau mempreteli marka jalan untuk bertahan hidup ?

Dan mungkin juga mereka berpikir, untungnya, Tuhan memberi orang-orang kulit perunggu ini matahari yang setia

*kemarin salju turun buat yang pertama kalinya. waktu Oktober, mereka bilang kami beruntung karena Oktober yang biasanya banyak hujan, tahun ini hangat dan bersinar. dan mereka juga bilang kalau kami beruntung, musim dingin ini juga akan ada salju. hmmm.. we're so lucky then*

Friday, November 18, 2005

puisinya faiz

masih ingat kan anak kecil yang menang lomba menulis surat untuk presiden itu ? saya paling suka main ke tempatnya. main deh. ini salah satu puisinya (izin ya faiz, puisinya kakak pinjam, abis bagus sih!)

PERTANYAAN TENTANG CINTA

Apakah cinta
selalu menyediakan airmata?

Apakah cinta
selalu menyediakan harapan?

rindu yang berdenyut di nadi
rela dan maaf di sanubari,
uluran tangan tanpa pamrih
kurasa itu cinta

dan ketika kau memutuskan
untuk memeluk Tuhan
di sepanjang jalan berliku
kurasa itu paling cinta

(Desember 2003)

Thursday, November 17, 2005

anggur masam ...

Ini copy paste dari blognya Poppy

CASE 1 Getting married is like going to a restaurant with friends. You order what you want, then when you see what the other fellow has, you wish you had ordered that.
CASE 2 At the cocktail party, one woman said to another, "Aren't you wearing your wedding ring on the wrong finger??" The other replied, "Yes, I am. I married the wrong man."
CASE 3 Before a man is married, he is incomplete. Then when he is married, he is finished.
CASE 4 Marriage is an institution in which a man losses his bachelor's degree and the woman gets her master's status.
CASE 5 A little boy asked his father, "Daddy, how much does it cost to get married??" And the father replied, "I don't know son, I'm still paying for it."
CASE 6 Young son : "Is it true, Dad, I heard that in some parts of Africa, a man doesn't now his wife until he marries her?" Dad : "That happens in most countries son."
CASE 7 Then there was a man who said, "I never knew what real happiness was until I got married, and then it was too late."
CASE 8 A happy marriage is a matter of give and take; the husband gives and the wife takes
CASE 9 When a newly married man looks happy, we know why. But when a ten-year married man looks happy, we wonder why. Affair ?
CASE 10 Married life is very frustrating. In the first year of marriage, the man speaks and the woman listens. In the second year, the woman speaks and the man listens. In the third year, they both speak and the neighbours listen.
CASE 11 After a quarrel, a wife said to her husband, "You know, I was a fool when I married you." And the husband replied, "Yes, dear, but I was in love and didn't notice it."CASE 12 A man inserted an 'ad' in the classified : "Wife wanted". The next day, he received hundreds letters. They all said the same thing "You can have mine."
CASE 13 When a man opens the door of his car for his wife, you can be sure of one thing : either the car is new or his wife is new.
CASE 14 A woman was telling her friend : "It is I who made my husband a millionaire." "And what was he before you married him?" the friend asked. The woman replied, "A multimillionaire."

---
he he, kok jadi bahas tema2 kayak gini sih dari kemarin? he he ga tauk juga kenapa. joke diatas ga familiar sih sama kehidupan orang Indonesia. kalau baca itu kan kayaknya married itu suck banget. tapi dalam kenyataan di kehidupan saya jarang sekali tuh nemuin kehidupan pernikahan yang pelakunya depress sampe muncul joke kayak gitu. rata-rata yang saya tanya--termasuk yang saya copy paste blognya--pasti bilang menikah itu enak, ibadah dan belajar ikhlas terhadap satu sama lain. see...

saya ingat waktu nenek saya meninggal, kakek saya begitu terpukul sampai-sampai kesehatannya ikut drop, ingatannya, psikisnya juga melorot drastis dan sekitar satu tahun berselang, beliau menyusul nenek.

Disini, yang suka bikin saya feelin blue bukan pasangan muda yang bersemangat memamerkan api cintanya membara dimana-mana, tapi saya suka terharu kalau papasan sama pasangan kakek-kakek dan nenek-nenek yang berbelanja, nyebrang jalan, atau sekedar duduk di halte menunggu bis, dalam diam sambil berpegangan tangan. isn't that sweet ? maksudnya, bangun tiap pagi dan melihat satu wajah yang sama for the rest of your life ? i dunno ...pasti namanya bukan lagi cinta. entah, persahabatan ? persaudaraan ?

Yang nyiptain joke itu mengingatkan saya sama cerita srigala dan anggur masam. tau ceritanya ? ada srigala yang ingin makan anggur. tapi sayang pohon anggur terlalu tinggi buat dicapai. makanya, karena kesel, dia ngedumel ke semua binatang yang dia temuin, "anggurnya asem,anggurnya asem... pahit, ga enak" ha ha ha. kayaknya yang bikin joke diatas salah satu contohnya.

karena kalau semua married beneran kayak gitu, ga mungkin poppy kasih komen diujung joke seperti ini :
...anyway married is not too bad like all points laaa...Wanna Try ?

wanna sih pay, tapi merindukan lontong sayur dan sate ayam aja udah cukup membuat menderita. menambah satu orang lagi didaftar 50-hal-yang-saya-harap-ada-disini?
let me think about it =)

*but of course, hidup kita, kadang sama seperti bajaj di Jakarta. Cuma Tuhan dan sopir bajaj yang tahu dia mau belok kemana ha ha*

Wednesday, November 16, 2005

Who's talk about lonely ?

Loneliness Quotient: 28%

Your Personalized Assessment Report:

An LQ of 28 is on the lower end, and this is quite a good thing. You may experience occassional loneliness, but you are definitely on the healthier side of the spectrum. Your relationships with friends are not a source of loneliness for you. You are doing well in this area. Your family is also not a source of loneliness for you. Sometimes family can put a strain on your life, but in your case things seem to be okay. Your romantic life, however, is a source of some dissatisfaction. It is imperative that improvements be made in this area to lower your LQ. Finding a guy to share your life with will help. You're a bit shy, which will be an obstacle in finding satisfying romance, but you should overcome this. Thankfully you live in an area where there are your type of people around. Finally, a bright spot for you is that you don't suffer any major insecurity issues. This fact helps keep your LQ lower than what it might have been.

Take the Loneliness'>http://www.datingdiversions.com/lq.html">Loneliness Quotient Test at Dating Diversions


Your dating personality profile
You matched the following traits:
Religious - Faith matters to you. It is the foundation that you build your life upon. You trust that God has a plan for you.--yeap.couldn't say more about it
Practical - You are a down-to-earth individual who is not impressed with material excess. You care about the stuff of like that really matters.--that so me
Big-Hearted - You are a kind and caring person. Your warmth is inviting, and your heart is a wellspring of love.--aaaaaah.... ga segitunya... but hey, thanx

Your date match profile:
You match with men who have following traits:
Practical - You are drawn to people who are sensible and smart. Flashy, materialistic people turn you off. You appreciate the simpler side of living.--wow,you know alot didn't yah ?
Religious - You seek someone who is grounded in faith and who possesses religious values. You believe that a religious person can enhance your life.--setuju.
Traditional - You aren't looking for someone who is sexually repressed. You want someone who is adventurous under the covers.--hmmm...you mean someone like Batman? hehe ..

Your Top Ten Traits, Ranked
1. Religious
2. Practical
3. Big-Hearted
4. Conservative
5. Traditional
6. Intellectual
7. Wealthy/Ambitious
8. Adventurous
9. Outgoing
10. Sensual

Your Top Ten Match Traits, Ranked
1. Practical
2. Religious
3. Traditional
4. Big-Hearted
5. Shy
6. Intellectual
7. Adventurous
8. Funny
9. Romantic
10. Sensual

I have met that kinda guy as i recall. it's Charles Ingalls from Litle House on The Prairie. O boy, I am hopeless. that man was already dead.

Saturday, November 12, 2005

Orang Islam di Eropa

Tanggal 15 nanti insya Allah ada studium generale dari Prof.Dr.Tariq Ramadan. Tempatnya di collegezaal-nya UM yang di Tongersestraat. itu dekat tempat saya. wuah, seneng banget dan mudah-mudahan bisa datang buat lihat beliau. Pertama kali baca tentang bapak ini seingat saya di majalah Hidyatullah dan dari situ langsung terkagum-kagum dan ingin tahu lebih jauh tentang pemikirannya. beliau itu cucunya imam syahid Hasan Al Banna tea (kata Astri, oh yang bikin al ma'tsurat itu yah ?*dezig!*).

Ga tahu deh apa kedatangan beliau itu ada hubungannya dengan kejadian kerusuhan di Paris beberapa waktu lalu. Tapi yang jelas, mengamati perkembangan Islam di Eropa itu memang menarik. Saya kaget waktu baca sebuah artikel tulisan Christiato Wibisono di Suara Pembaruan yang diposting di milis. kaum imigran Timur Tengah justru berani menuntut hak eksklusif, separatis dan sektarian secara agama, sosial dan budaya. Mereka memberlakukan syariah di kota-kota, di mana Islam adalah mayoritas dan tidak mengakui hukum perdata yang sudah berlangsung sejak zaman Napoleon. wuah ? masak sih ? kok ga pernah dengar yah ada kota di Eropa yang memberlakukan syariat Islam ? minta daging ada label halalnya aja ga bisa. Yang jelas kemudian ada reaksi dari bang Anto yang menjawab rasa jengah saya waktu baca artikel ini. karena merasa ada sam ting wong aja sama analisanya kalau mengkait-kaitkan antara pembunuhan Theo van Gogh di Belanda beberapa waktu lalu, bom di Madrid, London sampai kerusuhan di Paris sebagai mata rantai mikro dari jihad global kelompok garis keras Islam di seluruh dunia. Ah gak segitunya kaleee...itu menyederhanakan persoalan namanya. Tapi sudah, yang jelas ga tertarik buat bahas tulisan ngaco gtu.

Waktu akan berangkat ke sini,ada yang bilang ga usah khawatir di maastricht itu banyak orang maroko dan turki kok, orang ga aneh lagi melihat perempuan berjilbab. dan betul juga. di kampus saya berseliweran anak-anak kedokteran dan kebidanan yang berjilbab. satu dua saya kenal juga akhirnya. mereka rata-rata dari belgium atau ga jerman. biasanya sudah generasi kedua atau ketiga imigran dari Turki. Kalau yang Maroko, rata-rata warga negara Belanda. salah satunya mba-mba resepsionis di guesthouse saya.

Tadinya ga tahu kalau dia itu muslim, sampai suatu ketika waktu Ramadan kemarin, saya komplain karena kulkas dan lampu dapur saya mati. "im fasting this month, i had to take breakfast very early in the morning, n i dont want to disturb my roomate by turn on the light." dia trus bilang "Oh, ya.. saya juga puasa!" ya, jadilah tahu kalau si mba itu muslim.

Waktu ke Gementee juga saya dilayani sama mba-mba yang cantik sekali seperti Nova Eliza. saya tanya anda asalnya darimana? karena pasti bukan belanda. dia bilang dia orang Maroko dan balik tanya kamu muslim (ya, ampun si mbak! gak lihat nih kudungan ?) dan dia bilang dia juga pakai jilbab sehari-hari, tapi tidak ditempat kerja.

Di kampus saya sendiri, tidak ada kesulitan untuk menunaikan shalat. karena kami bisa shalat di masjid (buat definisi orang indonesia mah, itu mushalla) rumah sakit yang nyambung dengan kampus. Biasanya saya akan bertemu kaum lelaki kalau saya shalat during peak hour, yaitu waktu awal shalat. karena mushalanya kecil (mungkin untuk 10-15 orang) dan tempat wudhunya satu, yang perempuan biasanya akan datang setelah peak hour tersebut.

dan tentu aja, momen terbaik untuk bertemu dengan komunitas islam di maastricht adalah waktu shalat idul fitri kemarin. aduh, jadi bungah aja melihat mereka semua. Waktu itu saya shalat di Al Fath Moskee, masjidnya orang Maroko.Orang Turki shalat di masjid turki yang letaknya berdampingan dengan Al Fath. aneh banget kan ? waktu saya tanya kenapa, ternyata di masjid turki mereka khutbah dengan bahasa turki, dan di masjid maroko, khutbah dalam bahasa arab. Jadi yang orang turki lebih comfort buat shalat di tempat yang pake bahasa merekalah. Kalau bacaan alquran sama aja, pakai bahasa arab. hanya beda dalam pelafazan kayaknya.

Namanya minoritas, diawal-awal saya punya expektansi yang tinggi. mengingat kalau di Indonesia, kalau ketemu yang jilbaban pasti seneng banget. langsung tukeran salam, tanya-tanya. Dan begitu disini, saya berharap saya dapat kondisi yang serupa. tapi .... ternyata nggak tuh. Paling mentok kalau papasan ya bilang assalamualaikum, ada yang cukup sampai senyum, dan ada juga yang bikin senyum kita ga selesai dan menguap diudara karena ga ada sambutan. Tapi kalau ketemunya waktu shalat biasanya akan lain. bapak-bapak biasanya akan menyapa "sister, do you want to take wudhu?", "sister,have you finished your shalat?" dan ada satu pertanyaan yang lama-lama bikin kesel, yaitu "sister, are you from Malaysia ?" arrrgh,c'mon, walaupun bagaimanapun meskipun apapun yang terjadi, indonesia itu negara dengan populasi muslim terbesar gitu loh, masa tidak kepikiran?

Tapi jangan berpikir juga kalau semua orang Islam disini taat semua. waktu puasa kemarin Irene bilang kalau dia punya banyak temen Turki yang muslim but they did not practice. contohnya si syahid. Syahid bilang alasannya ga puasa karena dia badannya kurus, nanti kalau puasa dia bisa sakit. saya pernah ketemu sama si syahin ini dan ... kalau dia kurus, aming apa dong namanya. Atau tukang doner kebab halal yang ga tahu kapan waktu buka puasa tiba karena dia ga puasa. padahal secara penampakan arab sekale.

Dan ga semua juga warga imigran itu punya status sosial terhormat seperti dokter atau perawat. Karena sejarah datangnya imigran ke Eropa itu karena kebutuhan tenaga buruh, Sperti di Perancis itu, yang cuma jadi tukang bangunan, penjaga wc atau kriminil juga banyak.

Kalau baca tulisan CW itu, kesannya umat Islam di Eropa gimanaaa gitu.saya jadi ingat waktu ikut acara buka puasa bersama di pusat budaya unimaas. aduh, anak smu bisa bikin acara buka puasa yang lebih mutu daripada ini deh. Kalau soal makanan sih ga masalah, tapi konsep acaranya itu loh yang ga jelas. mereka mau ngapain sih ? berhubung waktu itu yang datang bukan cuma orang Islam, tapi ada juga mahasiswa belanda, itali dan lainnya, mbok yah acara intinya dipakai untuk mengenalkan Islam gitu loh. saya ingat, cuma ada cowok manis (ehem!) yang ngebuka acara itu selama lima menit dengan menjelaskan islam berlandaskan ayat pertama surat Al-Alaq: Iqra! dari penjelasan yang cuma sebentar itu terus diem deh, nungguin maghrib. pas maghrib datang ya makan-minum. Kami yang dari Indonesia terus menunggu-nunggu kapan dipanggil untuk shalat. sampai akhirnya lamaa banget baru kami bertanya sama salah satu anak Maroko kenalan bang Hasanul. Ga ada acara shalat maghrib ? eh dia balik nanya, memang biasanya gimana? lhoo? gimana si mas ini...walhasil akhirnya kami shalat maghrib juga.

Setelah itu acaranya putar filem dokumenter. film yang pertama lumayan, ceritanya tentang tiga orang muslimah di Belanda yang pergi kemping di pinggir pantai.Tapi selama film itu berlangsung dan sesudahnya ga ada diskusi mendalam soal isu-isu yang ada didalam film tadi. saya malah lebih asyik diskusi dengan mahasiswa psikologi asal belanda yang tanya-tanya soal jilbab dan sebangsanya. dia kaget waktu saya bilang muslimah di Indonesia bisa menikmati hidup seperti apa adanya. Kemping doang mah biasa banget, kami bisa pergi ke gunung berhari-hari menggembol carrier yang beratnya lebih dari 5 kilo. Masa sih ? menurut kami memakai jilbab itu mengekang kalian, makanya melihat mereka (muslimah2 di film itu) kemping seperti itu aneh sekali. Wah, dia ga tahu kelakuan akhwat di Indonesia seperti apa (wink2).

Begitulah, sepanjang film kami bisik-bisik soal apa arti memakai jilbab dan betapa buat kami itu adalah sebuah kebebasan dan kontrol sepenuhnya terhadap tubuh kami sendiri. Setelah film yang menarik tadi, dilanjutkan dengan film yang muram soal perang di Chechnya. aduh, saya ga ngerti apa maksudnya mereka pasang film itu. dan saking bosannya, rombongan dari Indonesia memutuskan untuk pulang duluan sebelum acara selesai.

Dan sepanjang perjalanan pulang, sambil kehujanan dan kedinginan saya bertanya-tanya, masyarakat muslim di sini bagaimana sih, ngapain aja sekian lama mereka disini ? Tapi begitu baca latar belakang kehadiran mereka di Eropa paska PD II (terpicu oleh tulisan CW tadi) jadi ngerti deh, bahwa perjalanan umat islam di Eropa itu masih jauuuuh dan panjang buat sekedar memberi makna yang signifikan pada masyarakat Eropa.

Makanya terkaget-kaget membaca tulisan itu, karena kalau melihat kenyataan disini, kayaknya analisa model CW begitu omong kosong banget. Jauh panggangan dari sate! mas Anto bilang: tidak reliable dan tidak valid.


mimpi itu datang juga

Tadi malam mimpi pulang ke Indonesia!! dalam mimpi itu saya dah pesan tiket, mau pulang buat liburan, dan telepon mamah, teteh, mba dan aa buat sediain semua menu ala lebaran, ketupat sayur, semur daging, kerupuk udang, sambal goreng ati, siomay, pempek, sate ayam di gang tiga, es cendol elizabeth dan semuanya dan ternyata (dalam mimpi itu) tiket saya ketinggalan, lalu ceritanya naik sepeda dari Schipol, Amsterdam ke guesthouse ambil tiket, balik lagi, eh paspornya ketinggalan, balik lagi ke guesthouse dan sebelum ketahuan KLM-nya masih menanti atau tidak, saya udah bangun duluan ....

huhuhu ....

lalu paginya dapat quetioner dari Catherine, temanya: MPH Homesickness

just right about the time ....huhu... huhu ...

ketupat sayur, sambal goreng ati, rendang, semur, kerupuk udang, pempek Arundina, nasi uduk mpok marni, cakwe lampu merah cibubur, siomay dan batagor dimana saja, bakso atom ciputat, sate ayam gang tiga, lontong sayur betawi di deket pom bensin depan LKC,boloo2, bu gendong, warung steak and shake...

i miss u all DESPERATELY .....

*the end of honeymoon phase between me and netherland*

Wednesday, November 09, 2005

Pertanyaan yang aneh ...

Pertanyaan ini dilontarkan Lozan, anak Irak warganegara Jerman yang ambil biomedik di Unimaas.

dia: "are you married ?"
saya: "No, not yet, but I will" (nyengir)
dia: "so you have a boy friend?'
saya: (Hah?nah lo! lagi sih pake ngomong gitu) "ayyyyy ...Im not sure.NO! I dont have a boyfriend"
dia: "so you have someone on your mind?"
saya:*menyipitkan mata--n then garuk2 kepala--duh, coba saat ini saya bisa manjat dan lihat isi kepala saya sendiri--garuk2 dagu--rolled my eyes--garuk2 kepala lagi---akhirnya ....*
"No. I dont think so"

heran juga, susah amat jawabnya.

Jadi ingat kalau pernah dapet pertanyaan serupa lebih kurang tiga tahun yang lalu dari 'orang penting se-dunia' waktu harus memutuskan 'perkara penting se-dunia'.

dan masih sama aja cara menjawabnya.

payah.


Monday, November 07, 2005

nyuri2 waktu

Lagi dikelas Epiinfo. kita lagi break setengah jam karena Martien baru nyadar materi pelatihan yang tadi dibagi2in ke kita terlalu complicated *alhamdulillah! akhirnya nyadar juga!* pusing karena kedinginan, rok, celana panjang, sepatu dan kaus kaki semuanya basah! (pagi ini hujan dan menurut perkiraan cuaca akan terus begitu selama satu minggu) dan kayaknya akan seperti ini karena seminggu ini training epiinfo dimulai dari jam 9 sampai jam 5 sore. tewas deh!

wuah, om martien dah datang dengan modul baru...
break is over!
kembali dalam penderitaan sampai jam lima sore nanti..

Tuesday, November 01, 2005

Bahasa Pengingatan

Ahad kemarin ikut pengajian online lagi. Saya bisa bilang, ini salah satu hiburan ruhani saya disini. Selalu ada yang rasa yang menyusup ke relung hati tiap kali punya kesempatan 'hadir' dimajelis-majelis seperti ini. Tak peduli materi yang disampaikan sudah saya dengar, sudah saya baca puluhan kali.

Manusia itu pelupa, makanya ripitasi pengingatan itu penting dalam kehidupannya. Allah, Yang Maha Tahu, menunjukkan betapa mudahnya kita lupa lewat pengingatan berulang-ulang soal janji indah tentang surga dan ancaman neraka. ripitasi, pengingatan, dari berbagai sudut dari berbagai sisi, dan akhirnya kita bisa temukan, Islam itu bak kristal yang dari sudut manapun kita pandang, selalu ada perspektif baru, selalu ada keindahan baru yang kita temukan. Tak akan pernah bosan.

Maka, seperti yang dikatakan Jeffrey Lang di bukunya Struggling to Surrender, Al Quran itu seolah-olah tahu pikiran dan suara hati orang yang sedang membacanya. satu ayat bisa jadi begitu personal dalam situasi yang kita hadapi. pernahkan mengalami seperti itu ? lagi bingung, frustasi, bete, buka Al Quran dan kita dibuat terheran-heran dengan betapa ayat yang disaat lain 'ga bunyi', tiba-tiba pada momen itu rasanya 'nyesss' aja di hati.

Jadi, begitulah bahasa pengingatan. Bermain melalui simbol, tanda, momen. Saya pernah ingat satu pertanyaan yang diajukan seorang sahabat, pada seorang sahabat lainnya yang juga menuntut ilmu di negeri ini, sebelum saya. "Apa yang mengingatkan kamu tentang kami ketika ada disana?". itu pertanyaan yang manis sekali. Dan saya ikut terpikir iya, yah, apa yang akan mengingatkan saya tentang mereka jika suatu saat saya akan terpisah ribuan mil jauhnya.dunia ini penuh bahasa simbol.

saya ingat saya selalu suka bau tanah kering yang tersentuh hujan karena itu mengingatkan saya pada kesenangan mandi hujan waktu kecil, jika main ke daerah puncak, bau asap yang sangat khas dari tungku masak di dapur tradisional rumah-rumah penduduk, mengingatkan saya pada liburan sekolah dirumah nenek di Garut.Dan ketika disini, air mata saya meleleh ketika pada suatu kumpulan majelis ilmu, tiba-tiba saya mengingat mereka, wajah-wajah mereka, senyuman, taujih, nasihat, senda gurau, keseleboran, kegilaan tapi balik lagi saling mengingatkan untuk beristighfar.Ah, betapa saya merindu mereka ...

namun tentunya yang membuat saya terenyuh adalah kesempatan yang Allah berikan. Dalam jarak ribuan mil jauhnya dari sebuah tempat yang saya namakan rumah, tempat iman ditanam dan disemai, Dia masih mengumpulkan saya kembali dalam majelis yang penuh keberkahan kasih sayang-Nya. Mengingatkan saya pada sebuah kenyataan yang menenangkan, bahwa seasing apapun semua ini bagi saya, tanah ini adalah kepunyaan-Nya, kekuasaan-Nya. tak ada satu inchi pun yang lepas dari pengawasan-Nya. saat itulah saya ingat, saya tidak pernah sendirian dan tidak semestinya merasa kesepian...

"Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah) dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membencimu ...Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim dan Dia melindungimu ? dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk ?" (QS.Ad-Dhuha)

Thursday, October 27, 2005

Sepuluh Hari Yang Tak Terhitung Lagi ...

Tadi pagi melongok kalendar. Saya mengernyitkan kening. Berapa hari lagi ? tadi malam, malam keberapa ? ganjil ? genap ? Betapa mudahnya waktu menyublim dalam hitungan jam kuliah, exam, jadwal belanja dan perpustakaan.

beberapa waktu kemarin saya kirim sms kepada sepada seorang sahabat di jakarta. Saya bilang, aku mulai 'capai' dikau tahu apa obatnya ? Yah. capai. bukan kelelahan fisik, tapi entah apa namanya. yang jelas lebih sulit daripada berkilah ini fase pre period yang memang biasanya bikin mood jadi jelek.

dan suatu pagi, dia kirim balasan :bagaimana hari ini ? merasa lebih baik atau capek? saranku, ketika dikau merasa lelah, pikirkan bahwa sekarang ini kau sedang menjalani apa yang menjadi impian-mu, yang tidak semua orang diberi kesempatan sedemikian. Jalani dengan kegembiraan, hei, kau kan attin kami yang ceria,lucu, dan cerdas. Diatas semua itu ALLAH ada bersamamu, doa kami-orang2 yang mencintaimu-selalu menyertaimu. BERSEMANGAT!ALLAHUAKBAR!

katanya, sabar itu dilahirkan dari jiwa yang senantiasa bersyukur.

terbaring di mushalla rumah sakit akademi, berpikir tentang syukur dan sabar

Wednesday, October 26, 2005

sukses!

Alhamdulillah, akhirnya proposal research selesai, dan kemarin baru presentasi. Ini exam untuk unit research. Heran juga, secara sederhana sih belajar bikin tesis. tapi karena sejak menulis hingga persiapannya dirancang serius, mau ga mau bawaannya serius juga mengerjakannya. Dan hari-hari terakhir menjelang presentasi jadi rada senewen karena semua dosen maupun teman yang kuliah tahun kemarin semua bilang " Wah, selasa kalian presentasi yah ? gud lak yah.", "mudah-mudahan sukses." dan sebangsanya yang malah bikin senewen karena jadi mikir, aduh, memang segitunya yah? ini kan cuma presentasi power point biasa gitu loh.

Tapi karena beberapa hari sebelumnya Hannerieke mendatangkan seorang profesor muda nan pandai (iyalah, profesor) a.k.a suaminya khusus buat ngelatih kita presentasi, saya jadi menangkap pesan, oh, dia mau kami benar-benar serius soal ini. Ditambah lagi Clive Lawrence, guru kursus bahasa inggris (gampangnya gitu) anak MPH juga sudah minta kami presentasi di pertemuan. Mengkoreksi grammar , suara, lafal ('health' should be using your tongue) mengingatkan untuk tidak lupa 'to put emotion on your presentation' ah, dibikin gila deh dengan semua ini. Saya ga akan se-senewen ini kalau aja semua orang tidak bikin kesan ini penting. Ditambah lagi hannerieke bilang Anya Krumeich, Math Candell dan mungkin juga Mickey Chenault akan datang. Mau ngapain lagi kalau nggak nanya-nanya. dan mereka semua orang-orang yang bikin kita suka takjub sama logika berpikirnya.

Dan akhirnya hari H-nya datang juga. Bulak balik latihan presentasi di LINK sama Clara dan Elida dari jam sepuluh, saling kasih pujian buat encourage satu sama lain. dan teng, jam setengah dua akhirnya datang. Kelompok kami yang pertama. hasilnya ? he he he he ....Orang bule tuh kadang suka bikin gimana. Ga tanggung-tanggung kalau muji.

Hannerieke "nice presentation, well structured also, I really like ur presentation. I see ur enthuasiasm, you really enjoy yourself, rileks, good respons to the question, good management on time, u must have done alot of hard,hard, work on it." (huhuhu you tell me, maam) Anya bilang: "nice presentation. with this so much sheet (ada 30an lembar) i can still follow what you deliver, which is not an easy thing to do. I can still follow you and that mean this is a nice one." he he tuh, kan kalau udah digituin bingung kan responnya gimana, harus lebih mature daripada senyum-senyum salting kan, iyalah master gitu loh. Pingin bilang komen standar "ah, enggak, biasa aja." kan ga cool banget. Anya nanya hal-hal yang "Anya banget"--seorang constructivist sempurna--, yang saya pikir cuma ngasih perspektif alternatif penelitian kami. Cukup melegakan, karena saya yang kebagian urus-urus soal theoretical framework sudah deg-degan kalau-kalau ada yang salah dengan teori yang kami pilih dan model yang kami buat. Dosen yang satunya--lupa namanya-- cuma nanya masalah kenapa ada bagian penelitian yang menggunakan FGD instead deep interview, dan Elida yang urus soal methodologi bisa kasih jawaban yang memuaskan. Jadi secara keseluruhan, ga ada masalah dengan isi, dan presentasi kami bagus. Alhamdulillah.

Puas. Karena memang mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Walaupun hasilnya tidak bagus, saya yakin saya akan tetap puas. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah mereka tahu betul bagaimana membuat kami bersungguh-sungguh dan sangat menghargai semua itu. apapun hasilnya. Jadi ini rupanya salah satu kunci kemajuannya. put a lot of effort, put a lot of appreciate.

Saya ingat waktu di wisuda, tak henti-hentinya saya menatap wajah-wajah yang antusias akan pengalaman baru di atas balkon. menyanyikan lagu "Pahlawan Muda", "I Have A Dream" dan lainnya.Berjanji akan buka kepala buka mata buka telinga sungguh-sungguh dengan apa yang dijanjikan oleh nama besar Universitas Indonesia. dan betapa antusiasme itu, janji itu kadang-kadang terlupakan oleh banyak hal yang baiknya tidak usah dibahas disaat-saat happy seperti ini he he he. Yang jelas waktu itu, saat wisuda, saya menyesal. saya tahu bahwa hanya sedikit keseriusan yang saya curahkan dalam waktu-waktu saya di kampus, dan betapa kadang saya kehilangan antusiasme karena tidak tahu apa guna dan maksud mata kuliah yang saya ambil. dan terbersit janji kalau diberi kesempatan, saya akan lebih sungguh-sungguh belajar.

Rupanya Allah menguji saya untuk belajar menepati janji.

Kemarinnya lagi baru terima nilai exam unit I dari Anya. Alhamdulillah, nomor dua dari yang paling bagus. Tinggal lebih serius dan kerja lebih keras di unit-unit berikutnya.

*sepuluh hari terakhir. terbayang teman-teman di Indonesia yang pasti sudah merancang-rancang akan itikaf dimana...*

Saturday, October 22, 2005

next unit

ketika membuka webmail, sudah ada pengumuman dari Mariette Cruijsen kalau time table unit 3 tentang epidemiologi sudah bisa didownload. Masya Allah! full! lima hari dalam seminggu, rata2 --unit kemarin masih ada satu hari kosong-- dimulai pukul 8.30 atau 9.00 dan baru berakhir pukul 15.30 atau ga jam 17.00. glek. matahari saja baru menampakkan wibawanya sekitar pukul 8.07, alias baru remeng-remeng.

kordinatornya: Martin van Dongen. itu bapak2 dengan suara nge-bass dengan penampakan seperti Einstein. pernah kasih lecture soal sampling. saya ga akan sanggup cerita 10 % aja dari isi kuliah itu. lebih baik baca buku aja langsung. kata Muhammad, anak Sudan yang tahun lalu ambil MPH (sekarang lagi siap2 mo ambil PhD), Martin van Dongen aja udah berat. Martin itu punya banyak hal di kepalanya yang ingin ia bagi tapi bukan seorang komunikator yang baik. persoalan lain, epidemiologi sendiri sangat banyak muatannya. dan mereka mau mentransfer itu dalam waktu kurang dari satu bulan ? this is going too much. tipsnya, kata dia lagi, focus on the theory, do not pay all ur attention to assignment (on training ?). gubrak. gimana maksudnya mas ? ini unit dimana exam kami berupa pertanyaan katanya (unit 1 sama Anya krumeich presentasi dan essay, unit 2 dengan Hannerieke van derBloom research proposal dan presentasi)

unit ini juga isinya antara lain pelatihan spss dan EpiInfo. duh, spss lagi, statistik lagi. mata kuliah yang dulu hanya berkat rahmat Allah Yang Maha Esa, saya bisa lolos dengan hasil ngepas. me and number, i think God never create us for each other. it belong to some one else in the world like marie currie may be, but obviously not me.

tapi lihat sisi positifnya.kami akan begitu sibuk hingga lupa untuk merindukan kampung halaman dan handai taulan, bukan ?
so, epi or not epi ...
mangga atuh ...

Friday, October 21, 2005

roti goreng isi sosis

ini sih sebenarnya akal2an spaya keliatan sedikit usaha gitu loh buat nyumbang ta'jil iftar (buka puasa). tapi memang alasannya bisa dibenarkan kok. kalau saya masak dirumah berarti harus pulang dulu yang akan sangat membuang waktu dan tenaga. akhirnya saya putuskan untuk masak dirumah Nurul. Sampai disana langsung tanya punya tepung panir ga? ada roti ga? punya telur ? minyak goreng? hihi ga niat amat sih nyumbang. semua kecuali roti ada.oke, daku segera terbang ke Plus dibelakang rumah Nurul. balik dan langsung ngegeratak dapurnya. ada apa tuh, gilingan kue? bungkus2 sosis pake roti, goreng, potong sambil dibantu Elida n Nurul akhirnya roti gorengnya jadi juga. Bang Hasanul bilang rotinya enak, buatan siapa ?buatan ade (Nurul)? bisa dijual nih--sang koki nyengir bahagia--soalnya Nurul ada rencana buat bikin bisnis kue.

resepnya ditulis karena mas Ari tanya-tanya dengan sungguh2 gimana bikinnya. Maklum, sebagai lajang temporal, blio juga harus masak sendiri dan sejauh ini hasilnya eatable semua. gud job, Mas! sekaligus terinspirasi dari dapurnya teh inong yang suka saya intipin itu. resepnya feasible untuk diaplikasikan dilapangan dengan rasa yang sudah teruji validitas dan realibilitasnya itu (huhuy, hannerieke-tutor saya di unit ini --pasti bangga sekali krn saya sukses mengaplikasikan metode perencanaan riset)

jadi gini bikin cemilan ta'jil atau teman nonton tipi yang tktp(tinggi kalori,tinggi protein) itu, mas;

bahan:
roti
sosis (aku beli sosis turki yang namanya tavuk apa gitu.enag soalnya)
telur
tepung panir
garam
n merica

rotinya digepengin sampai tipis, gulung sosis didalamnya, masukin ke dalam campuran telur yang udah dikasih garam dan merica, n then go on to tepung panir. goreng,angkat, iris serong biar nyeni dikit, suguhin pakai sambal asam manis atau yang pedes, pasti tambah sip, n voila! here come the roti goreng. bon appetite!

Thursday, October 20, 2005

Kesiangan!!

kagak sahur deh aye!huhuhuhu ...

seeingat daku ini pertama kali dalam sejarah perpuasaan melewatkan sahur--ampe ditulis di blog!--huhu jadi inget my mommy. Pasti Blio mikirin aku deh--ngaku deh mom!--terharu biru kalau denger cerita anaknya ga sahur karena ga ada yang bangunin-pasti mamah bilang teng teungieun nya, meni karunya pisan anaking, nu geulis,nu bager...*sundanese only*

secara retrospective ceritanya gini ...

ini gara2 kemarin tewas setelah pulang dari kampus. jam lima langsung nyerah begitu liat bantal. rencana belanja jadi gagal karena saya baru bangun jam setengah tujuh, lima belas menit lagi azan maghrib, belum masak, belum bikin ta'jil, ga ada air panas buat bikin teh manis, huaaa kalau ga ingat di indonesia bbm naik, udah nangis kali--hiks,cemen sekale. di kulkas masih ada yoghurt, jus dan coklat tapi dingin semua, lagi batuk n mild cold, bad idea kalau nekad minum itu duluan.

tapi lima belas menit masih lumayan, dgn tampang masih ngantuk saya nguplek bikin pisang goreng pake pisang ambon--dunno how they call it right here but surely it's pisang ambon to me--ngejerangin air, eh salah nyalain stove, in case airnya mendidih malah poci ekspresso-nya Irene yang menggelegak--kata irene, thank u, now i can drink a coffe--ya wis, itung2 amal (yee, amal kok ga niat gitu).

azan dari komputer menggema sebelum semua matang.duh,duh... samber gelas, ambil poci air, bismillah, glek2 eh baca doa dong neng, ya,ya Allahumma lakashumtu ... alhamdulillah...
itu acara iftarnya.

tapi karena tidurnya kesorean, matanya masih kuat melek sampai malam. selesai tarawihan, akhirnya baca da vinci code pinjeman dari Ayako--maaf dunia,baru sekarang ngebaca-- sampai lewat tengah malam. n that's how, saya jadi kesiangan. Alarm di jam disetel jam lima, alarm di hp disetel jam lima lewat lima, subuh jam enam lewat 20. Daku memutuskan lima menit lagi deh bangunnya... eh kebablasan sampai jam enam lewat 26. huhuhuhu...

jadi inget rumah. dulu alarmnya kalau ga bapak ya mamah. ga pernah seisi rumah kompak kesiangan. Makannya walau kadang diem2an, karena masi antara ada dan tiada, tapi tetep semangat karena makan rame2. sekarang, sambil makan terbengong2 ngeliatin kepala irene yang nyembul dari balik selimut, sesekali kedengeran suara pintu yang ditutup, mungkin anak lain yang baru pulang setelah keluyuran malam, atau juga yang mau pipis,walaupun yang ini kemungkinannya tipis, karena daku biasanya yang pertama bangun dan menggunakan toilet, tanya aja ama jin di toilet, pasti dia setuju *jin di toilet mengangguk2*

hari ini iftar bersama, alias open fasting together at nurul's, ga nyumbang masakan karena masih harus diskusi sama Elida n Clara soal proposal n presentasi. cuma beli sosis dari toko turki buat digoreng--males banget deeeh loo--n then mo nginep di daru's at randwijck hotel, jadi insya Allah ga kesiangan lagi karena sekarang ada temen yang bisa bangunin buat makan sahur bersama....