Thursday, November 11, 2004

menjelang perpisahan

Jam 16.50
Kantor, Ciputat

dah ga ada siapa-siapa lagi selain saya. Masih ada yang harus dikerjain, ngejar deathline buat besok.

Ga bisa menikmati sepuluh hari terakhir karena red alert. Sedih banget. Apalagi waktu hari senin temen-temen cerita kalau waktu itikaf di At-Tin, malam senin itu katanya rasanya beda. Dingin (sejuk) hingga mengantuk. Itu malam terakhir saya dalam keadaan suci. Batalin janji itikaf di At-Tin ba'da ifthar jama'i mantan Fisip 98 dan milih buat ngabisin malam di rumah. Nasibnya sama banget deh ama Vita. Shalat dan tilawah ampe kira-kira jam sebelas, setelah itu nyerah, tidur dengan niatan harus bangun jam dua as usual. Tapi ternyata bablas sampe jam setengah empat. Mamah yang biasanya bisa diandelin buat bangun malam juga senasib.

Dan saya cuma termenung di angkot, termenung lagi di 510,meresapi hawa sejuk pagi itu sambil sesekali mencuri pandang, menatap berlama-lama ke langit tenang hari itu. Terus bertanya-tanya dalam hati; semalamkah kejadiannya ? malam tadikah kau tapakkan kakiMu di langit bumi yang hina untuk menemui kekasih-kekasihmu ? oh, terkutuklah rasa kantuk yang menyergap itu. Kau datang Rajaku dan ku abaikan Engkau dalam tirai kenikmatan tidur. Betapa hinanya pengemis penjaga malam yang selalu memaksa-maksa ini ...

Saya ngerasa Ramadhan saya ga sukses tahun ini. Pertama mungkin karena dah 'ompong' duluan. 'dah siap-siap selama bulan rajab (eh, ga ding, sya'ban lah), eh minggu pertama ga ikutan puasa. Waktu orang-orang dah masuk latihan inti, saya baru pemanasan (aerobik, neng ?), eh pas lagi semangat-semangatnya, tauk-tauk red alert (again?). Ini asli diluar kebiasaan. Ga pernah sampe sebulan dua kali begini. Apa karena kecapekan yah ? ah, emangnya ngapain sih ?

Sedih, tapi mau diapain lagi. Itu memang ketentuan Allah buat putri-putri Adam. Yang bikin sedih apa yah ? pastinya karena ada sepuluh malam terakhir yang didalamnya ada Lailatul Qadr. Katanya malam itu nasib manusia untuk satu tahun kedepan ditentukan. Maka mestinya kita banyak-banyak berdoa untuk itu. Well, secara global tentu saya ingin agar Allah jadikan hidup saya sebagai rangkaian kebaikan yang berkesinambungan. Agar tiap episode adalah fragmen-fragmen ketaatan dalam rangka mengibadahi-Nya. Dimanapun saya, apapun yang saya jalani, siapapun orang yang ada disamping saya, semoga semua bagian dari rangkaian kebaikan itu.

Sedih, karena saya tidak dapat meminta itu semua dalam kondisi yang betul-betul membuat saya merasa dekat. Tentunya banyak hal-hal lain yang bisa dihitung jadi amal ibadah buat perempuan-perempuan yang berhalangan. Tapi kenikmatan ketika menyentuhkan dahi, merendahkan diri serendah-rendahnya, tidak mudah didapatkan. Apalagi dalam kondisi seperti ini.

Tapi ya sudah. Mudah-mudahan keluh kesah ini ga terhitung sebagai ketidakredhaan terhadap hukum dan ketetapan Allah. Allah Maha Tahu isi hati hamba-Nya. Hitung-hitungan matematis, ramadhan saya payah banget tahun ini, malu untuk mengharapkan agar Allah menganugerahkan keberkahan ramadhan untuk diri saya (katanya; tanda keberkahan itu adalah ketaatan yang meningkat dan akhlah yang semakin bagus). Tapi Allah Maha Penyayang, dan saya berharap, andainya apa yang ada di hati dapat meminang cinta-Nya...maka, itu pun cukuplah ...

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni, maka ampunilah kami. Ya Allah, jadikan bulan ini sebagai saksi bagi kami dalam melaksanakan kewajiban pada-Mu, dan jangan Engkau jadikan kami orang yang penat dan bersungguh-sungguh namun tidak memperoleh ridho-Mu

Thursday, October 28, 2004

Jadilah Kau Musafir atau Penyeberang Jalan

Para musafir tahu, bahwa dalam perjalanan panjanga dan melelahkan, mereka punya satu tempat yang dituju. kampung halaman. maka seindah apapun negeri yang kau singgahi, tak peduli seberapa besar nikmat yang kau dapatkan, jauh di dasar sana engkau tahu, bahwa bukan itu yang kau cari. Bahkan jika dalam negeri persinggahanmu kau temukan kepahitan, kesedihan dan kepedihan, semua tak akan cukup membuat jiwamu bermuram durja, karena kau tahu dia tak akan selamanya. masih ada kampung halaman tempat kau berisitirahat dari lelah dan penat perjalanan. Tempat persemaian jiwa dalam kenikmatan abadi bersama Dia yang kau puja. Kau bisa jatuh cinta, menyukai siapa saja dan apa saja dalam persinggahan diperjalananmu, tapi kau tak akan pernah menambatkan hatimu disana sepenuhnya. karena kau tahu, kelak akhirnya semua kau tinggalkan juga.

Para musafir mengetahui, apa dan seberapa besar bekal yang harus dibawa menuju kampungnya. Mana yang akan menyelamatkannya menempuh badai pasir dan jurang dalam, mana yang hanya akan memberatkan pendakian. Tak ada berat hatinya untuk berpaling dari apa-apa yang tidak bermanfaat untuk perjalanannya. Karena apa-apa yang kekal ada disana. Di kampung halamannya.

Seorang penyeberang jalan akan berhati-hati ketika melangkah, jangan tertabrak atau berleha-leha karena bisa berbahaya. Tak peduli apa yang kau temui diperjalanan, mata dan hatimu mengarah kesana, keseberang jalan yang jadi tujuan.


Jam 6.45 pagi di kantor, satu jam lebih awal dari jam kerja
kebiasaan baru selama puasa datang pagi-pagi, shalat dhuha abis gitu tilawah
tlus bobok lagi deh di mushalla he he he ...

Tuesday, October 26, 2004

Lagi Kangen sama At-Tiin ...

Nope, im not talking about my self. Ini karena subuh tadi di masjid sebelah rumah, imamnya memimpin doa dengan nada yang terburu-buru. Duh, rasanya seperti menawar barang di pasar dan bukannya bicara dengan Tuhan.

Saya jadi rindu untuk shalat di masjid At Tin. Bukan semata karena arsitekturnya yang cantik (God Bless you Mr. Noe'man), namun yang membuat saya betah berlama-lama shalat disana adalah suasana syahdu yang ditimbulkan oleh kepemimpinan imam shalatnya. Saya jarang benar-benar tahu apa arti ayat yang dibacakan, namun caranya membaca, menimbulkan dentingan yang menyejukkan di hati. seperti sebuah musik dari negeri antah berantah yang tanpa kita tahu artinya, kita sudah menangkap esensi kehangatannya *yang baca; Melongo Mode ON*

Tapi beneran deh, yang lebih bikin terharu lagi adalah doa yang dilantunkan tiap kali usai shalat. Rasanya kita dibawa untuk menghiba, merengek, memohon di kaki sesuatu yang sangat berkuasa atas diri kita sekaligus sangat, sangat,sangat, sangat kita cintai. Rasanya seperti berbicara pada pujaan hati yang selalu tak puas-puasnya ingin kita dengar pernyataan cintanya, rasa takut sekaligus harapan bahwa cinta yang diberikan-Nya tidak akan pernah berpaling dari kita.

Ah, rupanya masih secetek itu kerinduan saya. Sesuatu yang diaku sebagai rasa cinta rupanya masih bergantung pada faktor situasional belaka. Jika ditimpa musibah, jika merasa susah, jika di masjid indah, denting-denting ilahiah itu baru terasa.

saya jadi ingat sama sebait kerinduan ketika Rabindranath Tagore menyapa Tuhan lewat kidungnya ...

mendung datang berlapis-lapis dan langit menjadi gelap, Ah Kekasih, mengapa Engkau biarkan aku sendirian menunggu di depan pintu

di saat sibuk bekerja disiang hari aku bersama-sama orang banyak, tapi bila hari gelap dan sepi seperti ini hanya bersamaMu aku berharap


ah, orang india
emang bisa ...

Al Wadud

Sejak dulu, manusia selalu dipenuhi keinginan untuk mengenali Tuhannya. Godaan untuk memanifestasikan perasaan bertuhan dalam sebuah kehadiran secara fisik telah dialami begitu lama. Karenanya orang Yunani punya dewa-dewa dengan sifat-sifat persona kemanusiaan yang dibesarkan. Zeus, sang raja para dewa adalah playboy yang kerjaannya menabur cinta gombal dan beranak dimana-mana, Hera istrinya, sang dewi kesuburan, adalah pencemburu buta yang dengan kelicikannya mampu melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Karenanya orang Hindu punya sederet patung dewa, walau mereka percaya hakikat ketuhanan jauh melebihi keberadaan patung itu sendiri.

Allah mereduksi godaan itu dengan mempekenalkan diri-Nya melalui nama-nama yang indah. Nama-nama yang dapat ditangkap dan dipahami oleh manusia. walaupun demikian, Allah menggantung persepsi kita dengan nama-Nya yang lain, 'laysa kamislihi' tidak ada yang serupa dengan-Nya. Allah Maha Pengasih, namun apapun makna yang dapat diberikan manusia tentang Pengasih, Dirinya jauh lebih besar dari pemahaman kita akan makna itu sendiri. Analoginya, ketika kita menyuruh ayam makan, kita tidak akan berkata pada ayam itu dengan bahasa kita (eh, ayam, sini luh, makan dah dimari!), tapi kita bicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh ayam itu (kerrr.. cek.. cek ...). Begitu pula halnya ketika Allah berbicara dengan manusia.

Allah Maha Mencintai. Saya kira tadinya dalam bahasa arab, itu akan berbunyi habib atau yang kedengeran samalah dengan itu, karena dalam ingatan saya yang awam, mahabbah itu artinya cinta. Namun bahasa Arab ternyata punya banyak nama untuk cinta. dan untuk itu Allah memilih kata Al Wadud, Allah Maha Mencintai. Al wadud adalah kata tentang cinta yang bermakna sebuah cinta yang perwujudannya berbentuk merasa baru memberi sedikit kepada yang dicintai walaupun sesungguhnya telah memberikan banyak, atau merasa telah banyak menerima walaupun yang diberi hanya sedikit.

Allah wadud kepada hambaNya, berarti Allah telah memberikan banyak, namun dalam banyaknya, Ia masih tetap menganggap yang diberikanNya hanyalah sepersekian dari cinta-Nya. ingatkan riwayat tentang 100 kasih sayang Allah, yang 1 diberikannya pada manusia, sisanya disimpan untuk hari pembalasan kelak. yang dengan 1 itu, seorang ibu mencintai anaknya. Kita bisa berkali-kali berbuat dosa, mengecewakan-Nya dan Ia akan mengampuni kita berulang-ulang, tidak lupa untuk memenuhi segala kebutuhan kita betapapun kita tidak pandai mensyukuri-Nya.

Jika seorang hamba wadud kepada Allah, maka walaupun nyawa ia berikan, ia menganggap itu semua bukan apa-apa dibandingkan kasih sayang yang Allah berikan padanya. Jika seorang hamba wadud kepada Allah, maka ia akan merasa telah diberi banyak walau orang lain melihat ia tidak memiliki apa-apa.

Jika kita masih merasa kekurangan dengan apa yang Allah berikan, maka itu berarti tidak ada wadud dalam diri kita.dari kata wadud ini, lahirlah turunan kata lainnya; Mawaddah

wallahu a'lam bisshowwab

inspired by Tafsir Al Misbah, Quraisy Shihab, jam 03.05. di Metro TV

Thursday, October 21, 2004

"... agar kamu bertakwa"

Hari ini ada Bu herlini di acara ifthar jama'i akhwat kantor. Beliau bicara masalah amaliyah Ramadhan. Ternyata dari penjelasan Bu Herlini kemarin, baru tahu kalau perintah berpuasa dalam Albaqarah 183 itu tidak berdiri sendirian. Ada perintah-perintah lain yang redaksi penekanannya kurang lebih sama. Satu di ayat 178, tentang Allah mewajibkan qishsash dan tujuannya sama, agar kita bertakwa. Ini adalah sebuah upaya perbaikan di level sosial. karena hikmah dari qishash adalah memelihara kehidupan. Lho ?kok gitu ? lha iyah, dari situ kita tahu betapa Islam sangat menghargai kehidupan. Maka ketika seseorang mengambil kehidupan orang lain tanpa hak, berarti dia telah melakukan kerusakan.

Trus, yang kedua diayat 180. Allah mewajibkan pada orang-orang yang sudah didatangi tanda2 kematian untuk berwasiat kepada kerabat secara ma'ruf. Itu adalah kewajiban bagi orang yang bertakwa, begitu ujungnya. Ini adalah upaya di level keluarga. Jangan sampai kematian seseorang menimbulkan permusuhan dan kerusakan dikeluarganya.

Dan akhirnya tiba lah diayat 183 itu. Allah mewajibkan kita untuk berpuasa sebagai sarana tercepat bagi orang beriman untuk sampai ke derajat takwa. Sebuah upaya perbaikan di level individu.

Subhanallah, sekali lagi lewat Alquran , Allah menunjukkan sebuah petunjuk kehidupan yang seitematis dalam kehidupan manusia. Bahwa upaya perbaikan di tingkat sosial harus diiringi upaya yang sama ditingkat keluarga dan pribadi. Gimana mungkin mau punya masyarakat yang islami kalau keluarga-keluarga yang membentuk masyarakat itu tidak hidup dalam nilai-nilai islam, gimana mau membentuk keluarga islam kalau individu-individu didalamnya tidak kommit pada nilai-nilai islam. Gimana mau punya suami (uhuk,uhuk,uhuk, ehem .. *keselek MODE*) yang soleh kalau diri sendiri masih jauh ?

Dari pembuka itu terus si ibu (Herlini, maksudnya) menguraikan hikmah khutbah Rasulullah tiap kali menjelang bulan ramadhan. Ternyata kalau au diselami ternyata penekanannya justru banyak pada aspek hubungan antara sesama. Adalah mudah mencapai target-target ibadah pribadi; mo khatam Alquran berapa kali, bangun malam, shalat sunat dan eksetra-eksetra, Namun yang paling sulit adalah melaksanakan amaliah sosial yang menyangkut hubungan sesama manusia. Dari sini sebenernya cerminan seberapa efektif amaliah pribadi itu bagi diri kita.

Contohnya soal ghibah (wah, buat negeri seribu gosip gini, pasti seru nih). Yang jelas sore itu banyak diingetin bahwa jangankan kata-kata, bahasa tubuh saja sudah cukup membuat kita jadi pemakan bangkai saudara kita sendiri. Blum lagi transfer pahala dan dosa yang bener-bener bikin rugi. ada sebuah riwayat tentang seseorang di yaumil hisab yang terheran-heran dengan pahalanya yang menggunung yang seingat dia, tak pernah dilakukannya (dengan 'bagus' si Ibu kasih gambaran "berkontainer-kontainer ..."), dan ternyata itu pahala dari orang yang menggunjingnya. dan ketika pahala dari orang yang menggunjing itu sudah habis, maka yang ditarnsfer adalah keburukan-keburukan orang yang digunjingi.

Astaghfirullah! lumayan bikin shock lah, karena biasanya saya mengilustrasikannya dengan saldo tabungan yang menyusut (mungkin ga ngefek karena ada ingetan tiap bulan pasti ada gaji masuk he he). dan ilustrasi kontainer yang gedinya segana-gana itu, jadi kebayang banget ruginya.

Dan masih banyak lagi amaliah-amaliah dalam hubungan sosial lainnya. Taujih sore itu mengembalikan kesadaran bahwa kadang kita terlalu asyik mengejar target2 ibadah personal yang kita buat dan kita terlupa pada esensi yang ingin di capai dari puasa itu sendiri.

"... agar kalian bertakwa"

Pak Quraisy Shihab mengatakan bahwa takwa itu terambil dari kata waqa-yaqi yang artinya menjauh (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan*. Umar ra mengibaratkannya dengan seseorang yang berjalanan di jalanan penuh duri, maka ia akan berhati-hati untuk menghindarinya. itulah takwa.

Kata itu terulang sebanyak 15 kali dan ada puluha kata lain yang seakar dengannya. perintah untuk bertakwa dalam Alquran terulang sebanyak 69 kali, umumnya dengan redaksi ittaqullah, perintah bertakwa kepada Allah untuk berlindung dari siksa-Nya dan sanksi hukum-Nya.

Berpisah dengan Ramadhan nanti, mudah-mudahan Allah memberi kekuatan untuk masuk kedalam golongan orang yang berhati-hati melangkah di kehidupan. jadi mereka yang dapat menarik jarak dari keinginan nafsu untuk sejenak menilai, sudah benarkah keputusan saya ? apa manfaat yang saya peroleh untuk kehidupan dunia dan akhirat saya ?

Dan tiba-tiba jadi ingat, suatu subuh di bulan Ramadhan entah tahun kapan, waktu mo siap-siap ke masjid, almarhum Bapak berkata, "Denger,denger..." saat itu dari masjid suara kaset murrotal syekh Al Ghamidi mengalun merdu dari spiker masjid mengumandangkan surat Ali Imran ayat 133

"Bergegaslah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa ..."

(duh ...*hiks, kok mata ini jadi basah ?*

*Quraisy Shihab, Secercah Cahaya Illahi, Penerbit Mizan; 2001 (? lupa)

Friday, October 01, 2004

Surat dari Seorang Kakak untuk Adiknya

Assalamu'alaikum sayaaaaaangg.....
semoga jawaban ini belum terlambat.....cause i really love and care about you and always hope
that what's happens to you is always the great and the best one. Okay...
So, baca baek-baek dengan jiwa tenang dan open mind.
Oke...
sayang...
waktu seusia kamu, setiap kali aku ngobrol ama temen-temen, entah itu temen kuliah, temen liqo, temen SMU, temen senat....ujung-ujungnya selalu ngomongin soal walimah en kehidupan rumah tangga. Baik yang konsep (seperti suami seperti apa yang kita idamkan, keluarga seperti apa yang akan dibangun) sampe yang teknis macam berapa standar penghasilan (calon) suami
en barang-barang apa yang mau diminta sebagai mahar dan seserahan (waktu itu kita sempat bikin target: mahar kudu ada emasnya, en seserahan kudu ada mesin cucinya. (hehehehe....saking takutnya disuru nyuci!)
Toh, ternyata tidak sesederhana (dan juga tidak sesulit) itu kehidupan berumah tangga pada akhirnya.

Sayang,
Menikah bukan cuma mencari pasangan hidup, tempat kita berbagi rasa dan asa. Berbagi canda dan tawa. Berbagi duit (nah, ini baru asyik), berbagi rumah dan kamar...tetapi menikah itu(ehhmmmm....mikir dulu, biar gak kelihatan sok mau nasehat) adalah juga berarti upaya mencari (calon) ayah dari anak-anak kita, generasi penerus yang akan meninggalkan jejak-jejak kesalehan kita di atas muka bumi, di atas ladang amal saleh kita yang berupa hamparan dunia...

Juga berarti mencari seorang sahabat, teman curhat, tempat berbagi beban (baik beban kehidupan maupun beban dakwah).... Mencari seorang penegak di saat kita rapuh,mencari
pembimbing di saat kita menyimpang, mencari penyejuk di kala kita murka, mencari penegur di kala kita salah, dan mencari penuntun agar kebersamaan hidup berumah tangga itu dapat kekal sampai di surgaNya kelak...

Lalu, menikah juga berarti mencari titik batas dan kemampuan untuk bersabar, berkorban, tenggang rasa, simpati, empati, mengalah, bersyukur.

Menikah adalah sebuah proses panjang hidup dalam negosiasi, kompromi hingga adaptasi.
Lalu, siapa yang layak menanggung derita bersama kita? ceria bersama kita?
Bukan soal anak siapa, jebolan mana, penghasilannyaberapa, sekeren apa, atau canggihnya gimana....

Tapi
Apakah dia dan kita bisa mewujudkan rumah tangga, kelak,menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah dan penuh istiqomah

Memimpin dengan santun. Menegur dengan sabar. Mengayomi dengan ikhlas. Mendengar dengan rendah hati. Memaafkan dengan hati terbuka. Meminta maaf dengan lapang dada
Karena tidak ada artinya semua harta, jabatan, titel, suku, kebangsaan, ketampanan, kecerdasan...

Kalau tidak ada kesabaran,tidak ada tanggungjawab, tidak ada lapang dada, tidak ada komunikasi ,tidak ada canda tawa , tidak ada pengorbanan, tidak ada kepercayaan,
tidak ada prasangka baik

dan
Tidak ada keridhoan Ilahi yang utama

Mampukah kamu merajut cinta dalam cinta padaNya,dalam tilawah bersama ,dalam tahajjud berdua, dalam muhasabah sebelum tidur, dalam menghidupkan sunnah-sunnah manusia tercinta, Rasulullah SAW....

Benar, bahwa kita perlu teman hidup. Benar bahwa kita perlu penghasilan cukup bagaimana bisa hidup sakinah...kalau tidak punya duit-dan tidak tahu darimana akan dapat duit...). Benar bahwa kita merencanakan pernikahan dengan matang. Benar bahwa kita perlu mahar dan tetek bengek lainnya

Tetapi benarkah kita sudah memikirkan calon suami mana yang akan menjadi pelengkap hidup kita? Mengisi kekurangan kita, sekaligus kita isi kekurangannya? Menambah kelebihan kita, sekaligus kita tambah kelebihannya....
Agar hidup kita bahagia, sejahtera, di dunia dan semoga begitu juga kelak di akhirat

Dan ingat...

Begitu pernikahan dimulai
Argonya jalan...
Tiada lagi wali
Tiada lagi pemimpin
Tiada lagi 'penguasa'
Tiada lagi sahabat
Tiada lagi teman
Tiada lagi rahasia

Kecuali
Pada dia, suami kita

Maka, Menikah bukan UMPTN, yang bisa dilakoni secara coba-coba. Diulang tahun depan bila
gagal....karenanya, mandilah, ambil air wudhu, sholat, tilawah, bersihkan hati kamu, bersihkan pikiran, lalu bermunajat kepada Allah, mohon ampun sekaligus mohon petunjuk....
Ambil kertas, tulis ulang semua apa yang ada dalam
hati dan dalam kepala....

Insya Allah
kamu bakalan nemuin jawabannya.

Oke. Love u so much.

Fe'

*Imel dari Jamil. Uni Fe, pinjem suratnya*

Thursday, September 30, 2004

Resensi: Atlas Budaya Islam

Judul : Atlas Budaya Islam; Menelajah Khazanah Peradaban Gemilang
Penulis : Ismail R. Al Faruqi dan Lois Lamya Al Faruqi
Judul Asli :The Cultural Atlas of Islam
Penerbit :Mizan
Harga : Rp. 600.000 (blum lunas cicilannya)
data : 554 hal. Art Paper

Pertama kali lihat buku ini waktu Dompet Dhuafa mengadakan seminar di Club Mandiri, Kebayoran Baru. Dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama begitu lihat judul dan covernya. "Bagus, Mba, buat yang suka baca buku tentang kebudayaan seperti Mba (wew! sok teu!). Buat Referensi" kata bapak yang jaga stand ngerayu. Hmm, dia ga perlu usaha keras ngegombalin saya, karena begitu baca halaman pertama, saya langsung mutusin buat beli.

Ini buku yang paling komprehensif membahas perkembangan Islam yang pernah saya baca. Tidak seperti bukunya Abdul Hadi WM yang ngebahas Islam dari apek estetika budayanya, buku ini bisa dikatakan membahas Islam dari A sampai .... Y kali ya, karena buku ini ga bicara banyak soal kenyataan perkembangan Islam dewasa ini. ya, jelaslah, karena emang bukan kesana arahnya dan juga karena penulisnya, Ismail (imigran asli Palestina) dan Lois Lamya AL Faruqi(mualaf putri dari dramawan Amerika Henrik Ibsen), dua-duanya sudah meninggal pada tahun 1986. Tepatnya Ramadhan 1986, ketika di tengah malam menjelang subuh, sekelompok orang bersenjata menerobos rumah mereka,di Philadelphia (?) membunuh pasangan ilmuwan yang disegani ini dengan tikaman pisau. Betul-betul pasangan yang sehidup semati.

Anyway, ABI secara kronologis terbagi dalam empat bahasan besar; bagian pertama adalah telaah atas realitas sejarah, dimana Islam sebagai agama, budaya dan peradaban dilahirkan.Bagian kedua merupakan pendefinisian tentang esensi peradaban Islam atau tauhid. bagian ketiga merupakan pendalaman bagian kedua, yaitu pembentukan esensi peradaban Islam menjadi sistem gagasan, sistem aktualisasi teladan (sunah Nabi), dan sistem lembaga sosial. bagian keempatnya telaah atas manifestasi Islam dalam tindakan, pemikiran dan ekspresi. ini menyangkut segala macam bentuk ekspresi mulai dari kaligrafi, seni ruang sampai seni qira'ati.

Saya mentok di bab 12 di bagian keempat yang membahas masalah ekspresi ini. Fiuh! pusing bacanya, karena ke belakang, bahasan yang menyangkut aspek teknis manifestasi ekspresi budaya Islam ini makin kumplit dan belibet. Menarik, tapi butuh kerja keras buat menangkap apa makna penggunaan struktur arabesque dalam seni ruang atau fungsi transfigurasi material dalam ornamentasi Islam... huaa! untuk urusan yang nyeni bin teknis gini, saya ga usah diajak-ajak deh! karena emang ga ngerti! cukup jadi penikmat aja.

Seperti buku referensi lainnya, yang jadi persoalan dari buku ini adalah TERJEMAHANNYA, SODARA-SODARA! bahasa-bahasa teknis dan ilmiah bertaburan di sana-sini, yang membuat pembaca awam seperti saya, harus baca berulang-ulang dan mengkaitkannya dengan keseluruhan konteks kalimat buat sekedar menangkap apa maksud semuanya ini. Kayaknya udah waktunya saya mencari kamus bahasa ilmiah terkini.*jadi ingat sama buku wajib kuliah anak Kom, Dennis McQuail yang ribet secara bahasa itu*

secara keseluruhan, ga kuciwa deh, beli buku ini. Bagus buat jadi warisan nanti ke anak-anak. Bintang berapa ya ? empat deh, yang artinya: Yak,Ini Buku Bagus Banget Sekale.


Apa kabar penghafal sekian banyak ayat, pelahap sekian banyak kitab dan pembahas sekian banyak qadhaya yang belum beranjak dari tahu untuk bersiap menuju mau ? (Rahmat Abdullah)

"Dan katakanlah: ya Rabbi, tambahkanlah daku ilmu." (QS.20:14)

Tuesday, September 28, 2004

510

Itu angka keberuntungan saya sekarang. 510 itu metromini kuning, seniornya metromini 509.Yang supir dan keneknya punya perkumpulan namanya personex, perkumpulan sopir (bukan supir) dan kenex (bukan kenek). Yang supir dan kenex (bukan kenek)-nya punya kaos almamater hijau bersalut bisban warna kuning, mirip seragam tim persebaya (bener kan ? kalau ga, yah Arab saudi lah yang pasti pake warna ijo). Yang motonya Bersaing di Jalanan, Bersatu di Pangkalan. Hik,hik ... gokil ga tuh!?)

Pagi-pagi orang-orang akan berkumpul di Pasar Rebo, yang tumpah ruah diguyur hangat sinar matahari, menyipitkan mata memandang ke arah Kampung Rambutan, berharap dia datang. Jangan bicara soal sopan santun, mendahulukan perempuan dan warganegara senior, homo homini lupus itu sah secara teori dan praktik kala 510 menjadi langka.

Kalau 509 itu trayeknya cuma dari Pasar Rebo, keluar di Cilandak dan berakhir di Lebak Bulus, maka sang abang bablas dari Pasar Rebo, gila-gilaan ngebut dijalan tol dan ujug-ujug keluar di Pondok Indah. Lalu tanpa sungkan dan rendah diri, dengan pede ikut ngantri di lampu merah Pondok Indah bareng sama kijang, panther,camry,bmw, volvo sampai beberapa mobil keren yang saya ga pernah lihat iklannya di tivi ataupun di koran.

510 itu yah laiknya angkutan di Jakarta. Hadir buat mengajarkan kita arti sabar (kakak! yang pake kerudung itu! bah, masuklah kau!baris dua-dua, kayak kemarin!) dan itsar (alhamdulillah! ada yang turun! ups,mas yang bertato mau duduk juga ? err ... ga pa pa .. saya diri aja ampe ciputat), qonaah juga kali ye (hu hu hu *sambil bergantung terkatung-katung di 510* ... kapan saya bisa punya camry seperti mereka itu, hu huuu kapan ada 510 yang pake ac huuu huuu ...)

Dulu waktu tahu saya bakal menjalani hari-hari saya bersama 510, sempet shock juga. waktu masih kuliah saya pernah beberapa kali ke Ciputat, tentu aja sebagai anak manis yang belum kenal dunia (ta elah) naik 509 yang masih lumayan beradab. Dan tiap kali 510 lewat berdesing-desing dengan orang-orang yang berjejal, muntah hingga ke pinggir pintu, saya pikir *nein, nein... walau apa yang terjadi, amit-amit jabang bayi mau naik yang begituan, ga sanggup deh!" dan ternyata ... Allah itu punya cara yang manis dan lucu-lucu untuk ngajarin saya banyak hal. Termasuk urusan 510 ini.

Akhirnya Allah amanahkan saya bekerja ditempat yang tiap hari 510 dengan kegilaannya berdesing-desing melintas. Gentar, sebel membayangkan keseharian macam apa yang akan saya jalani. tapi akhirnya waktu itu saya bertekad, "well, 510... jika harus dengan mu, maka denganmulah akhirnya! que sera sera!" saya pikir kenapa saya harus merana? ada lebih dari 50 orang dalam bis itu bisa bertahan menghadapi 510 dan segala keajaibannya. mengapa saya tidak bisa ? ada 50 orang lebih yang sama bertahan untuk sabar berdesak-desakan, dalam keringat dan uap badan orang lain, dalam hardikan kenek, dalam kegilaan supir yang mungkin, somehow, in another life adalah aryton senna. Allahu akbar,i will survive!

secara filosofis 510 itu samalah kayak kehidupan kita. Kadang caranya, prosesnya, jalannya tidak selalu menyenangkan, atau minimal sesuai dengan keinginan kita. Tapi begitu kita fokus pada akhir perjalanan, pada tujuan, barulah disitu kita bisa melihat keindahan nikmat yang Allah berikan. Tujuan itu tentunya kampung akhirat, dunia keabadian dimana keselamatan dan kesengsaraan menjadi kesejatian. Tujuan itu tentunya keridho-an Allah atas segala pilihan-pilihan yang kita buat, sehingga Dia jadikan kehidupan kita adalah rangkaian kebaikan yang berkesinambungan.Nope, i dont need that camry or volvo or else. May be i want it, but it doesn't mean that i need it. Karena bukan itu yang mengantarkan saya menuju sebuah kehangatan rumah atau tempat kerja yang insya allah penuh berkah. Ketika kita berfokus pada itu, kita punya energi untuk menghadapi, menjalani keadaan, seberat apapun itu. Mengubah sesuatu yang pahit, menyedihkan, tidak nyaman, menjadi sesuatu yang nikmat dalam kewajaran bahkan anugerah yang penuh berkah, jika kita pandai memilih sudut pandang.

Dan saya lupa, sejak kapan 510 jadi terlihat indah buat saya. Yah, melajulah dengan kesintinganmu, kedekilanmu, tapi tiap kali dia muncul di kejauhan dari kekumuhan pasar ciputat, 510 menjelma jadi phoenix yang indah dan mistis yang bangkit dari abunya sendiri, dia adalah Achilles, pahlawan perang troya yang akan bertarung, ngebut gila-gilaan di jalan tol. Tapi saya cinta pada siapa yang mengantarkan saya ke segelas air dingin dan bantal hangat di rumah.

ps: belakangan, entah makin terbiasa, entah memang kenyataannya ... tapi kok 510 ternyata makin lowong aja yah ?

Monday, September 27, 2004

Menjadi Ibu

Cita-cita : Menjadi ibu rumah tangga. Kening saya berkerut. saya amati lagi mahasiswi baru, junior saya, yang siang itu meminta tanda tangan saya. bukan, pernyataan ini bukan ditulis oleh seorang akhwat yang secara bergurau sering dilabeli WO , Walimah Oriented. Bahkan dari akhwat sekalipun, saya belum ketemu sama mereka yang secara official, mencantumkan menjadi ibu rumah tangga sebagai cita-citanya. Wartawan, penulis, dokter, ya. tapi ibu rumah tangga ? padahal sang junior cantik didepan saya, berpenampilan standar anak nongrong MTV.

"Karena jadi ibu itu ga mudah," inti jawaban panjang lebarnya ketika menjawab pertanyaan klise saya; kenapa sih kamu tertarik jadi ibu ? *jiee..., mirip banget ama pertanyaan wartawan gosip yaks?* . Saya kagum seharian itu-ampe sekarang juga sih- dengan keberaniannya mencantumkan cita-cita model begitu. Apa ga khawatir ya di kritik sebagai perempuan ga sadar gender yang terjebak dalam struktur patriarki dimana terjadi penetapan bahwa ranah domestik adalah milik perempuan dan ranah publik adalah teritori laki-laki *hiks, ini tipikal pernyataan mahasiswa yang puyeng dapet mata kuliah tentang gender*

Tapi, saya pikir, ketika dia melakukan pilihan itu secara sadar, merdeka, dan memahami betul arti pilihannya, entah itu sepenuhnya mendedikasikan diri pada keluarga atau berkontribusi dalam kehidupan publik karena kapabilitasnya dalam melaksanakan fardu kifayah-nya, maka sepenuhnya, ia adalah manusia merdeka.

Karena menjadi ibu itu ga mudah. Siapa di dunia yang ga setuju ? saya yakin itu walaupun belum ngalamin sendiri. menempatkannya sebagai cita-cita, sama halnya dengan keinginan kita, cita-cita kita setiap harinya untuk mencapai kesempurnaan sebagai hamba Allah. menjadikan ibu sebagai cita-cita bisa jadi merupakan kesadaran bahwa, seperti halnya menjadi hamba Allah yang baik, itu merupakan sebuah proses being dan bukannya becoming. dalam becoming akan ada garis akhir dimana semuanya akhirnya tercapai, selesai, namun being mengisyaratkan sesuatu yang tidak pernah berhenti untuk menjadi, setidaknya dalam rentang waktu manusia. ia tidak sama dengan cita-cita kanak-kanak kita seperti menjadi wartawan, dokter, insinyur. Karena setelah dewasa, kita dapati bahwa hal itu tidak cukup lagi. Setelah jadi dokter lalu apa ? kalau sudah jadi wartawan mau gimana ?

Karena menjadi ibu tidak mudah. Jawaban simel yang pasti banyak benernya dibanding salahnya. Sebagai seorang anak, ibu saya, menjadi salah satu teladan saya bukan karena semata ia sempurna dan selalu siaga sebagai ibu. ia tidak selalu siap bercerita, mendengarkan atau pun mengerti anak-anaknya. sebagai seorang anak saya menyaksikan pergulatannya, perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya untuk menjadi seorang ibu. Ia pernah tidak sabar suatu kali, pernah marah suatu kali. ada masanya ketika saya berpikiran bahwa kami tidak akan pernah saling memahami. dan baru kemarin sore saya sadar bahwa itu semua bagian dari perjalanannya menjadi ibu.

Karena menjadi ibu tidak mudah. tentu saja. ia bukan sekedar proses pembuahan, mengandung dan melahirkan, voila! jadilah anda ibu. Anak dan keluarga bukan seperangkat alat elektronik yang datang bersama buku manual penggunaannya. Butuh kecerdasan dan kepandaian untuk selalu menemukan, merumuskan, bahkan kalau perlu mengganti formula lama dengan yang baru. Formula itu bisa berupa cubitan, hukuman, dan dilain kesempatan bisa jadi berupa telinga dan hati yang terbuka. "Didiklah anakmu karena ia akan hidup di zaman yang berbeda denganmu," nasehat sayyidina Ali. nasehatnya mengisyaratkan pada semua yang terlibat dalam pendidikan anak untuk senantiasa awas dan tanggap membaca zaman.

Karenanya, jika seorang ibu saat ini mempertanyakan kemampuannya menjadi ibu, karena begitu mudah terbakar, begitu gampang kehabisan kesabaran oleh kelakuan anak-anaknya, mudah-mudahan tidak ada yang berputus asa, baik dirinya maupun orang-orang disekelilingnya. mudah-mudahan cukup ada kesadaran bahwa benturan-benturan itu, adalah bagian dari perjalanan 'menjadi' mereka. mudah-mudahan tidak ada yang berkecil hati karena dalam proses 'menjadi' , kegagalan dan kesuksesan adalah sesuatu yang bertukar dan beriringan.

*dimuat dimajalah Ummi waktu saya masih semester enam atau tujuh. Diedit lagi, dipendekin lagi seperlunya. Kalau dibaca sekarang ... kesanya sok teu banget yaks ? kek kek kek kek *

Saturday, September 25, 2004

SMS

Saudariku...sesaat ku kepak sayap cinta ku menemuimu
skedar menyapa walau lewat ikatan hati
agar kau tahu
aku mencintaimu hari ini,esok & yang akan datang
MISS U SO MUCH NIY ...

Jreng! pagi-pagi dah ditembak sama rayuan gombal! he he he hati saya selalu berbunga-bunga tiap kali dapet sms-sms cinta yang bergitu mesra dari saudari-saudari saya. Siapa yang butuh pacar kalau tiap hari ada aja yang kirim rayuan 'maut' model begini (err... sebenernya emang ga butuh pacar tapi butuh suami *tersipu*). Atau, coba bayangin gimana rasanya kalau badan ini capek pulang kerja, dan neuron dikepala ini kayaknya ga sanggup lagi menerima informasi, mata dah berat tiba-tiba ...

Aku rindu tatapan sayangmu
hangatnya menyelusup ke tiap sudut hatiku
bahagiakan dengkur tidur dan kerjapan mata di awal hari
selamat tidur keping hatiku

atau

“sekeping hati disana tetap menawanku di penjara cintanya..
menemani sendiriku di tiap titik air mata
dan lelah yang tersandar di dada.. : ‘apa kabar surga?’”

n then ...

“menghitung hadirmu sekeping hatiku..
dalam detak jantung.. dari desir aliran darah.
pada kerjap mata.. dan tiap tarikan napas..
rindu itu menyiksa.”

"Ya ampun ... pada romantis amat sih temen-temenmu ?" kata temen saya yang lain, sambil cekikikan buka-buka inbox hp saya. Yang punya pikiran jail dengan tampang full of curigation, dengan galak nanya, "sapa nih ?" tenang mbak, saya belum ketemu ama makhluk beda alam yang sah secara hukum diperkenankan kirim-kirim yang model begituan kek kek kek ... kalaupun ada ...sudah ditindaklanjuti secara hukum, pasti.

Selama ini saya suka dianggap dan seringkali menganggap saya orang yang romantis. Tapi belakangan jadi makin ragu sama persepsi saya sendiri. Karena begitu dapet sms-sms yang gombal begitu ... gubrak! ga tau mo bales apa. mo bilang ... jika kau lihat bintang ... ih, Peter Pan banget. lagi juga kalo orangnya di pantai, di Lembang or dimana gitu yang bisa ngeliat bintang, lha kalau dipuncak yang udah paciweh gitu ? mana bisa dia ngebedain yang mana bintang yang mana bohlam ?!

Dari sekian sms yang datang, dikit-dikit walau ga valid saya bisa ngebedain, mana yang asli romantis bawaan orok, mana yang sedang 'magang' jadi orang yang lebih romantis. kayak begini ...

Bila kita bersama mengemban amanah dakwah
denganmu kulihat semua berwarna indah
denganmu wahai saudariku...
denganmu ...
love u ... met tidur =)

Ini dikirim sama teman dekat saya yang saya kenal sebagai bagian dari left brain regime. sistematis, logis, dingin (?). Contohnya kita bisa lihat dari kalimatnya. Ada ripitasi yang menandakan dia ga tau mo ngomong apa lagi ( denganmu wahai saudariku ... denganmu ...n then dia stuck.. mo ngomong apa lagi yah ? ya udah selamet tidur aja... hiihi) orangnya sendiri emang simple, kalau ngomong, kalau curhat sama dia yang fokus. Harus ada solusi yang dihasilkan. Gaya komunikasi yang maskulin kan ? (jadi orang yang maskulin ga romantis yah ?)

Atau ada juga yang sekedar 'me too' itu kayak sms dibawah ini, yang udah berapa kali saya terima, tapi dari orang yang beda-beda (duh, mudah-mudahan jadi amal jariah buat yang pertama bikin, karena membahagiakan orang lain dengan sms ini). Err... saya juga masuk golongan yang ini sih, karena itu tadi... mungkin saya romantis secara situasional dan .. err.. personal juga kali ye. Jadinya kelabakan kalau mo ngebales yang beginian *hey, kamu yang dikepala saya, yang suka ngegombal itu, dimana kamu ?!*

pa kabar cinta ? semoga selalu berpeluh rinduNya
pa kabar hati ? semoga selalu bersih dari noda
pa kabar iman ? semoga selalu melangkah maju
selalu ada Allah di tiap nafas kehidupan ..miss u

Yang sedikit std bisa aja bunyinya gini

Have a nice sleep
hope u had a better day for tomorrow
don't forget to pray for me ...

Tapi entah yang dengan susah payah dikarang, entah yang sekadar forward-an, tetep aja bahagia tak terkira, tiap kali sadar ada tali ukhuwah yang cukup kuat diantara hati-hati yang ada, untuk sekedar mengirim kita sebuah sms mesra seperti ini

pa kabar cinta ?
semoga Allah senantiasa menjadikan harimu penuh berkah dan hidayah,
semoga Allah mengampuni segala dosa dan memberimu tempat di surga

haaaaaah ...
senengnya digombalin
*ge sayaaaang .... sms-nya semua ketrima ... ma kasiy ya cinta =)

Friday, September 24, 2004

soulmate

Di pagi yang masih buta, Dia telah bisikan bahwa kita akan berlayar dalam sebuah perahu berdua. Dan tak ada satu jiwapun di dunia yang dapat menyela tali yang telah ditautkannya pada kaki kita.Berlayar di samudera tak bertepi, kau dan aku membaca gelombang menerjemahkan gugusan bintang.Hingga arah perjalanan menjadi sedikit pasti menuju akhir dunia yang tak abadi. Dan ada saatnya di suatu masa kita terbebas dari perbudakan puisi dan kata-kata.

Belum tibakah saatnya ? masih adakah tugas yang harus dikerjakan ? lihat, senja telah menyelimuti pantai bersama pudarnya burung-burung camar terbang kembali ke sarangnya. siapa yang tahu kapan rantai-rantai akan diputuskan, dan sang perahu, laksana cahaya mentari terbenam yang meredup, lenyap ke dalam gelap malam.

Thursday, September 23, 2004

September Setahun Lewat ...

Hari ini satu tahun Bapak meninggal. hiks, ga kerasa dah satu tahun ayahanda bokap pergi melanjutkan perjalanannya. tadi malam, sebelum tidur, sempet kepikiran dan akhirnya bertanya retoris sama mama. "Mah, Bapak lagi ngapain yah sekarang ?" aneh kan ?actually, pertanyaan itu juga kedengeran aneh buat kuping saya sendiri. pertanyaan itu biasanya muncul kalau kakak saya lagi 'ngilang' ke hutan buat penelitian, atau ketika kakak saya yang perempuan pindah ke tempat suaminya, menambahkan satu lagi aura sepi di rumah. Tapi buat orang yang sudah meninggal ? lagi ngapain disana ? sedang ongkang-ongkang kaki menikmati segala amalan baiknya selama dunia ? God, please, say yes.

Sudah hampir tidak pernah bermimpi bertemu Bapak lagi. Dulu, waktu Bapak baru 'pulang', beberapa kali saya bermimpi tentang dia. Tidak bicara, tidak mengatakan sesuatu. hanya diam dan kadang-kadang tersenyum. Wajahnya bersinar kuning langsat, sama seperti dulu ketika meninggal. Pak Taufik, staff IT disini, yang tujuh turunan betawi asli itu bilang"Katanye, kalo kagak ngomong berarti emang bener didatengin, tapi kalau gimane-gimane itu biasanye, jinnye," wuaks!

kalo begitu ? alhamdulillah...

anyhow ...
berpisah, dipisahkan dari orang-orang yang kita sayang lewat kematian, perpisahan atau (ehem) kasih yang tak sampai, ternyata tidaklah seburuk yang dibayangkan. Dulu saya mengira bahwa kematian bapak atau mamah saya, akan jadi sebuah kepedihan yang tak tertahankan. membayangkannya saja sudah bisa membuat saya tersedu, menggigil karena sedih. Saya ingat, waktu kecil dulu saya tidak akan bisa tidur sebelum bapak pulang. Atau ketika bapak tertidur pada saat mengeloni saya, saya akan diam-diam mengintip memandang perutnya yang naik turun. bersiaga, jangan-jangan tidur akan mencuri kehidupannya.

Dan ternyata Bapak saya meninggal.
kepedihannya memang tidak tertahankan. Tapi jauh-jauh hari kami sudah dipersiapkan. Bapak waktu itu banyak mengingatkan bahwa tiap yang berjiwa pasti akan mati. Bahwa tidak ada yang perlu disesalkan, tidak ada yang perlu ditakuti "Bapak, sudah titipkan mamah dan kalian semua sama Allah," dan siapakah sebaik-baik penjaga selain Allah ? sementara itu, Mamah, membantu kami dalam menjalani proses kepulangan itu. Ketika saya menangis karena tidak tahan melihat begitu banyak selang di setiap lubang tubuhnya, Mamah mengingatkan "jangan begitu, kita orang beriman, kita tidak seperti itu kalau diberi ujian ..."

Dan akhirnya Bapak saya meninggal.
tapi ternyata selalu ada kata usai.Tidak hanya untuk pesta, tapi juga untuk sebuah kesedihan. Dan saya yakin, kalau Bapak melihat ini, dia pun tidak akan senang melihat anaknya bermellow-mellow ria dalam sesuatu yang memang sudah jadi kepastian dari Allah. Bapak seorang yang romantis yang dengan lancar bisa menceritakan dari awal hingga akhir cerita pertemuannya dengan mamah saya. Tapi seingat saya, dia tapi tidak pernah terjebak pada kenangan yang melankolik.

well, moral lesson yang diperoleh tahun kemarin, jelas sangat sangat banyak. dari berbagai kehilangan yang saya alami, dari berbagai macam perpisahan yang terjadi, akhirnya Allah mengajarkan saya banyak hal. bahwa kadang pelajaran terbaik tentang kehidupan, justru kita dapat ketika Allah memasukan kedukaan dalam kehidupan kita. Bahwa seberat apapun ujian, Allah tidak akan pernah memberikan ujian yang tidak sanggup kita atasi, bahwa segala kepedihan yang menimpa, bisa jadi adalah bukti kasih sayang-Nya. untuk menghapus dosa, untuk meningkatkan derajat kita dengan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang Ia berikan untuk kita. Belajar tentang apa arti optimisme yang mestinya terpatri di dada setiap orang beriman. belajar percaya pada janji Allah bahwa setelah kesulitan ada dua kemudahan. Ada rahmat bagi orang-orang yang sabar. Dan berkali-kali Allah mengingatkan mereka yang goyah dengan kalimat "dan sungguh, janji Allah itu benar" (inna wa'dallahi haqqu). Dan yang tak kalah penting, pelajaran dari September tahun kemarin adalah ... bahwa kadang kita menderita bukan karena kita mencintai, tapi kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita (quote from anis matta)



"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mngucapkan 'Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (2:154-157)

“(Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Al Mulk: 2)

Wednesday, September 22, 2004

DARI FAIZ ...

SURAT UNTUK PRESIDEN BARUKU

Kepada Yang Terhormat
Bapak SBY
Di tempat

Assalaamu'alaikum.
Apa kabar, Pak? Aku berharap Bapak baik-baik saja
seperti aku saat ini.
Bapak, namaku Faiz. Sekarang aku duduk di kelas III
SD. Aku suka sekali
membaca dan menulis. Alhamdulillah aku sudah
menerbitkan dua buku. Tahun
lalu aku mengirim surat pada Ibu Presiden. Kata orang
suratku lucu. Ibu Mega
sempat juga membalasnya.

Bapak sayang, selamat ya sudah dipilih rakyat sebagai
Presiden Indonesia
yang baru. Selain bersyukur, aku tahu Bapak pasti
deg-degan. Soalnya menjadi
Presiden itu kan susah. PR-nya banyak sekali, lebih
banyak dari PR seluruh
murid sekolah di dunia ini.

Aku tahu juga sedikit tentang PR itu, Pak.
Misalnya PR bagaimana membuat
rakyat tersenyum. Kan susah ya Pak. Kalau semua harga
mahal, untuk makan, berobat dan sekolah saja susah,
bagaimana rakyat mau tersenyum?
Apalagi cari pekerjaan pun sukar sekali.
Kudengar di luar negeri banyak tenaga kerja
kita yang disiksa.
Terus juga PR untuk membuat negeri
kita lebih aman.
Agar jangan banyak orang jahat berkeliaran, apalagi bawa
bom segala. Kami takut sekali.

Kalau bisa nanti negeri kita tidak mendapat rangking I
lagi untuk korupsi.
Sedih kalau ingat itu. Padahal teman teman kecilku
banyak yang harus
berjuang di jalanan. Padahal negeri kita kaya.
Makanya
aku harap Bapak bisa
peka dan tegas. Mimpiku sih ingin punya presiden yang
dekat sekali dengan
rakyat.
Tidak malu makan di warung, sering jalan ke
tempat kumuh, ngobrol
dengan orang kecil seperti aku dan sering tersenyum.

Bapak yang ganteng dan pintar,
Betapa berat menjadi presiden yang tumbuh dari duka
lara rakyat. Apalagi
rakyatnya selalu berharap terus seperti aku. Ya
seperti yang Bapak bilang,
Bapak tak bisa berjuang sendirian, tapi bersama kita
bisa! Aku yakin itu!
Aku juga ingat kata Bunda, kalau kita menjadi orang
baik dan punya hati yang
bersih, kita akan dicintai tidak hanya di bumi tapi
juga di langit. Makanya
aku berdoa semoga nanti tak ada lagi airmata duka.
Hanya ada pelangi di mata
kita. Seperti lagu yang sering Bapak nyanyikan itu
loh.

Selamat berjuang, Presiden baruku. Aku akan selalu
mendoakan Bapak. Tapi
kalau Bapak salah, biarpun Bapak Presiden, Doktor dan
Jendral berbadan
tegap, aku boleh menegur ya? Dan Bapak jangan marah
ya, sebab itu aku
lakukan karena cinta.
Jakarta, 21 September 2004


Salam hormat
Abdurahman Faiz
Kelas III SDN 02 Cipayung, Jakarta Timur

God Bless Indonesia ...

yup, looks like the new man has arrive. Biar blum selesai, dari hasil Quick Count, kayaknya Indonesia akan punya presiden baru. Yah, walau tentu aja kuciwa karena bukan pak Amien (yang soleh, pinter dan matanya bagus itu hihihi ...) yang akhirnya naik tapi Indonesia sudah memilih. selamat! selamat. selamat?
Allah Maha Tahu. Harapannya cuma satu. Semoga Dia tidak menghukum segala kelemahan dan kemaksiatan yang kita lakukan dengan memilihkan untuk ummat ini, seorang pemimpin yang dihatinya tidak ada cinta. kepadaNya, ataupun kepada ummat ini.


Sunday, September 19, 2004

rapat.. rapat

Hari ahad tapi rapat dikantor. ga pa pa dunk, jadinya itungannya lembur he he he ...
mengevaluasi plus merencanakan lagi program kerja untuk tahun anggaran berikutnya. Disini kami pake kalender hijriyah. Jadi tahun anggaran baru dimulai dari Ramadhan sampe Sya'ban. BTW, emang tahun anggaran berikutnya aku masih disini ?

from the bottom of my heart ? hopefully....

Tapi tetap aja, godaan untuk meloncat dan mencoba sesuatu yang saya pikir "kayaknya saya tercipta untuk itu deh!" kadang masih timbul. walau kemudian dipendam dalam-dalam kalau ingat betapa banyak nikmat-nikmat yang dengan nyata ataupun terang-terangan Allah berikan lewat tempat ini. hey, ingat dong non, dimana lagi tempat kerja yang bisa kasih harga layak, plus shalat berjamaah setiap waktu, plus ceramah dan kultum, plus muhasabah tiap tiga bulan, plus tahsin tiap minggu! feel it's so abundant. Kemewahan yang sangat, sangat, sangat berlimpah, meruap setiap harinya disini. Hanya kadang pandangan manusia kita yang terlalu sempit, membuat kita kehilangan kemampuan untuk melihat anugerah-anugerah dari yang Maha Halus.

wahai pemilik hati, tetapkan hati ini pada agamaMu ...

Friday, September 17, 2004

ngomongin Torey ....

dah lama banget ga nengokin blog. jadi mutung gara2 selalu ditolak karena paswordnya salah.

hmm... kemarin sakit. Keluhan utamanya demam, sakit dibagian dahi, dan tonsil membengkak.
kemungkinan sih sedikit kecapekan. dr. Yuni bilang "makan aja yang banyak ..." yah si dokter, ada juga demam ga ilang, ndut iya ...

mungkin karena hari Ahad pulang balik jakarta-bogor, isi daurohnya anak akper. rencananya hari selasa mo puasa daud, jadi dari rumah ga sarapan. padahal dari hari senin sore ga makan-makan. ujung2nya pusing dan niatan puasa dibatalin. hah! gotcha! tau sendiri hukum biologis yang berlaku buat attin. ga sarapan artinya masuk angin! boleh deh ga makan seharian, asal pagi keisi. Rabunya diajak mba Yayuk ke makan n pulang dah malam. Dan waktu saya ga kuat nyentuh air karena dinginnya, padahal jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam... baru deh nyadar bahwa ada sam ting wong nih kayaknya. bener aja, semaleman demam dan besoknya otak saya nyerah buat ngasih komando badan ini untuk bergerak ke kantor.Walhasil berbaring seharian di tempat tidur. Alhamdulillah menyelesaikan Kevin-nya Torey Hayden n buku baru Ust. Rahmat Abdullah, Untukmu Kader Dakwah.

Seminggu sebelumnya saya menghadiri ceramah umumnya Torey Hayden, It's My Life di Depdiknas. Buat yang terpesona sama sihir imajinasi JK Rowling, atau detail sejarah dalam petualangan Karl May, jelas Torey itu diluar hitungan. Vita bilang, membosankan, terlalu naratif. well, sometimes real life, indeed not too full of suspense. tapi dalam torey hayden ada kegigihan sekaligus kejujuran akan keterbatasan. pengakuan akan adanya keputusasaan yang secara manusiawi bisa menyergap kapan saja. Justru 'pengakuan' akan keterbatasan diri, penerimaan itu yang justru jadi kekuatan setiap orang untuk terus bertahan menjalani apa yang dicita-citakan. dan waktu saya ketemu orangnya langsung, apa yang saya persepsikan didepan mata, tidak terlalu berbeda dengan apa yang saya persepsikan dari bukunya. Tampil jauh dari kategori modis, Torey tampak seperti ibu-ibu yang biasa ditemui di mall. matanya biru, kecil, namun hangat. Senyumnya tulus. rambutnya tidak berglombang lembut seperti di bukunya, tapi lurus (thanks God, bukan direbonding!) yang semakin menambah kesan bahwa Torey bukan tipikal orang yang mengikuti perkembangan di majalah mode. sama sekali tidak tampil dengan aura intelek, Torey lebih sering membuat kami tertawa dengan bahasa tubuhnya yang lepas dan santai. mereka yang hadir, yang kebanyakan mahasiswa psikologi, psikolog atau mereka yang berkecimpung di pendidikan anak dengan kebutuhan khusus (walaupun yang datang dengan motivasi yang lebih ngepop, minta tanda tangan, seperti saya contohnya, juga banyak) tentu saja antusias bertanya soal teori dan metodologi. Torey dengan rendah hati mengatakan bahwa 'im not part of ur history, ur society, im not even ur religion, i dont even understand ur language. it would be very arrogant for me to come here n said to u; thisthe best way, my way is the best way for u..." intinya dia ngebalikin lagi, bahwa masalah orang indonesia, orang indonesia sendiri yang punya solusinya. apa yang dia terapkan, mungkin berhasil disana, tapi tidak menjamin akan berlaku sama disini. (hah! so listen about that
mr.Bush!) padahal biasanya, bule, entah karena superioritas identitas sebagai negara maju, entah karena self konsep bangsa kita yang begitu jongkok sehingga mendewakan segala yang datang dari mulut bule, selalu tampil penuh teori, cerita yang menyiratkan yang sebaliknya dari apa yang dikatakan Torey.

menatap dia, kemudian mengingat kelakuan presidennya dan geng presidennya, saya jadi teringat pada salah satu bagian dibukunya. "mereka yang berkuasa berpikiran sempit, bodoh, dan kekanak-kanakan." keluhnya pada Dr. Rosenthal. "karena orang yang berpikiran luas, cerdas dan dewasa, terlalu sibuk bekerja" jawabnya. salut for Torey ...

Wednesday, September 08, 2004

JOMBLO

sepi itu
tak pernahkah ia datang diam-diam menyergap hatimu
mengiris kehangatan dan mencelupkannya ke dalam beku ?
aku sedang
dan pedihnya menggoyahkan bulir kesabaranku satu demi satu

-----------------------

beberapa hari ini topik ym ama vita ga jauh dari topik kegemaran para jomblo. soal jodoh. lucu juga kalau mencoba menganalisa fenomena kecocokan 'chemistry', aura and etc dari yang sebuah ikatan yang namanya jodoh. subhanallah

jadi inget ama omongan seorang temen "kalau aja jodohku pake alarm yang langsung bunyi kalau dia mendekat, pasti urusannya jadi gampang"

he he he
Allah pasti tersenyum denger itu semua ...

*buat yang sedang dalam penantian. semoga bisa bersikap iffah untuk sebuah izzah

Tuesday, August 24, 2004

kebun langit

kebun langit adalah senoktah surga
Luruhlah dosa bersama langkah menujuNya
Tersebut nama setiap mereka pada kumpulan makhluk suci yang bertasbih menjura
kebun Langit adalah senoktah surga
Ada seribu malaikat merubung dengan doa membumbung,katanya
Terberkahilah mereka yang berada didalamnya
kebun Langit adalah danau pendulangan jiwa
Dan setiap kita adalah pencari mutiara

-----
Kapan ingatnya mengaji, mungkin tidak terlalu ingat lagi. Hanya sekelebat bayangan remaja tanggung dan canggung berseragam abu-abu bersimpuh lutut di mushalla sekolah. “Kita belajar bersama yuk..” bujuk seorang kakak kelas pada kami bersepuluh.
Berkelebat firasat bahwa bukan membahas rumus fisika atau penghitungan logaritma yang akan kami lakukan. Namun ada sesuatu yang membuat kepala terangguk tenang pada ajakan si kakak kelas yang tersenyum menawan.
“Hanya belajar mengaji, mungkin belajar a-ba-ta-tsa seperti masih kecil dulu di mushalla dekat rumah, atau madrasah sepulang sekolah. Jadinya akan menyenangkan, itu pasti.”
Dan mengajilah kami bersepuluh.
Sebulan, dua bulan, lima bulan, dan datanglah bosan.
Banyak PR. Harus nemenin Mamah belanja.Yah, hujan. Aduh, ngaji yah ? aku lupa kalau ini harinya ??
Perkenalkan, kami adalah para diplomat magang dalam mengarang alasan.

Tak ada yang membuat kami bertahan selain rasa sungkan.
Semua jadi membosankan, kering dan hampa.
Temen ngaji gue ga asyik, sok ngatur n kagak gaul. Mbak? Wuih minta ampun galaknya!
Ah, senoktah kebun langit yang dijanjikan mendatangkan ketenangan, rupanya masih jauh dari bayangan.

Rupanya kami tidak mencari. Kami hanya berharap diberi.
kebun langit tak akan kau rasakan jika tak kau ciptakan.
Pergolanya adalah keikhlasan pada Tuhan
Pagar nya adalah pengertian, kesetiaan dan kelapangan.
Rasakan pijakan kakimu yang menghenyak lembut diatas rumput kasih sayang yang kau tanam
Dan berbisiklah pada mereka tentang yang kau rasakan
“Aku cinta kau, Demi Tuhan”
Dan kebun langit itu
Tinggal kau hiasi dengan doa dan bintang-bintang pengharapan
Semoga kelak firdauslah yang akan terwariskan.

Thursday, August 19, 2004

nol`

kosong hampa tak ada apa-apa aku tak merasa bahkan tak juga luka menganga yang tersembunyi di lubang jiwa apakah yang menggumpal lekat disudut perih itu air mata ?aku bahkan tak pernah ingat namanya seperti apa rasanya hangat matahari ?hangat menjerat namun ternyata sepi ah, sudah kita simpan saja dikotak ingatan toh, kuncinya sudah lama kubuang apakah ini hampa ?karena tak ada apapun yang tersisa tak juga segumam duka

Wednesday, August 18, 2004

nama saya: teni martini

“Ibu, ini apa ?” tangan kecilnya menggapai-gapai mencari ujung jilbab saya. Matanya yang terbeliak karena kelopak mata tertarik oleh dahi yang menghulur jauh diatasnya, berputar-putar gelisah. “Ini jilbab namanya,” kata saya. Bahkan tak perlu berpura-pura riang menghadapi anak seperti Teni Martini. “Jilbab, buat apa ?” kejarnya. Usianya kurang lebih empat tahun. Hobinya melihat buku penuh gambar dan warna. Pinta dia untuk menirukan jingle Fanta Electric dan tubuhnya yang tertelentang diatas ranjang Rawat Inap akan bergoyang riang. Teni menderita hidrosefalus sejak lahir. Suatu kondisi dimana infeksi mengakibatkan cairan dalam otak tidak mengalir lancar. Tertahan, mengumpul dan menekan tengkorak kepala hingga mencapai lingkar kepala yang besar. Efeknya tentu saja otak tidak berkembang maksimal karena tertekan cairan. Jangan bicara tentang kecerdasan pada anak-anak yang mampu bertahan saja sudah suatu mukjizat. Kepala Teni harus dipasang selang permanen yang mengalirkan cairan dari otaknya ke lambung.

Tapi Teni tidak seperti balita hidrosefalus pada umumnya. Biasanya mereka lemah, tergolek tak berdaya dengan semangat kehidupan yang muram. Teni hidup dengan gembira. Selesai operasi, sebuah pelukan dari dokter dituntutnya. Ketika syuting operasinya oleh sebuah stasiun televisi rampung, ditagihnya pelukan dari orang-orang televisi yang mereka penuhi dengan heran.
Saya bicara pada ibunya, bapaknya dan juga kakak perempuannya. Sekedar memuaskan keingintahuan, Allahkan yang secara otomatis menyuntikkan hormon kebahagiaan, ataukah lewat orang-orang dewasa ini benih-benih itu tertanam dan kemudian tersemai sempurna dalam jiwa seorang bocah hidrosefalus ?

Yang saya lihat adalah penerimaan dan kasih sayang tak bersyarat. Tak peduli kepalamu menggembung sebesar apa nak, engkau adalah anggota keluarga yang juga punya hak suara.”Kelau keluarga lagi ngumpul, dia akan kesal kalau tidak diajak mengobrol,” kata ibunya.
Dan saya teringat pada anak-anak yang bunuh diri karena dilukai hatinya oleh hardikan dan cemoohan orang-orang yang mestinya memberikan mereka kasih sayang. Anak-anak yang tak cukup lentur jiwanya oleh penolakan karena tak cukup kesabaran orang dewasa menyemai bibit penerimaan.

Teni, suatu saat kelak, berdirilah tegak dan buat orang tuamu bangga dihadapan Tuhan karena mereka tak pernah tinggi hati untuk menerima keadaan.

Mas Piet

19 November

Selamat Datang Mas Piet!

Senin itu agak sedikit lemas sebenarnya buat saya yang baru seminggu sebelumnya kena typhus. Namun hari itu ada yang membuat hati saya terlonjak dari tempatnya dan mempush semangat saya, ketika dari balik rimbunnya pagar wareng mushalla, saya mengenali sosok wajah yang sudah lama saya kangeni keberadaanya di Mushalla.

Mungkin untuk anak FISIP angkatan 2000 dan 2001 Mas Piet tidak terlalu banyak berarti. Mas Piet mungkin cuma sekedar laki-laki yang hampir setengah baya, tugasnya ngurus mushalla, ada sandal hilang, tas hilang datang ke Mas Piet, Mas Piet ngedumel ngalor-ngidul sebentar, maki-maki maling sialan yang nggak pernah tobat itu dan setelah itu ya … nasib anda sendiri dong, Alhamdulillah kalau barangnya bisa ketemu, kalau nggak ya mudah-mudahan cukup berharga untuk dikonversi dengan dosa-dosa yang juga tak kalah banyaknya.

Namun buat saya Mas Piet sedikit (jangan banyak-banyak nanti ge-er) lebih dari itu. Kalau ada yang bilang bahwa semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru, maka Mas Piet, kalaupun dia guru … adalah guru yang sanggup membuat otak sederhana anda (dan saya) ngacir karena “aduh Mas Piet nggak ngerti, nggak nyampe…!”


Belum mengalami ? berarti interaksi anda dengan Mas Piet belum cukup dalam. Kalau Albus Dumbledore-nya Harry Potter kata-katanya perlu direnungi sekerut dua kerut lipatan dahi, baru bisa dimengerti, maka kata-kata Mas Piet …untuk saya mungkin musuh kecantikan kulit wajah yang ketiga setelah matahari dan debu.

Dan ketika Mas Piet pergi, tiap kali saya melangkah kedalam mushalla terasa ada yang sesuatu kosong. Bukan mushalla itu sendiri. Mushalla tetap kokoh, tetap bersih, rumputnya masih hijau, bunga sepatunya masih sama, dan burung-burung pipit masih tetap ramai. Tapi keapikannya, kebersihannya tidak lagi sama dan yang lebih tidak tergantikan saya rasa, ‘jiwa dari mushalla’ itu yang hilang. Dan selama berminggu-minggu saya rindu salamnya Mas Piet, gerundelannya Mas Piet terhadap para pengguna lantai atas yang tidak pernah sadar kebersihan, cita-cita islam rahmatan lil alaminnya Mas Piet, epistemologi dan aksiologi kain pelnya Mas Piet …

***ini sebuah gerundelan hati tentang seorang marbot mushalla Al Hikmah FISIP UI bernama mas Pitoyo. Salah satu orang yang dulu, waktu jaman-jamannya kuliah, tak henti-hentinya membuat saya pusing karena ocehan filosofis tingkat tingginya berkelindan diantara seliweran kain gombal yang dengan berseliweran membersihkan mushalla. Ketika saya menginjak semester lima, Mas Piet mulai hijrah, rupanya idealisme menjaga dan membersihkan mushalla, bagaimanapun harus mengalah. Piramida Abraham Maslownya, belum lagi sempurna mencapai segitiga. Seingat saya, seorang pemuda pendiam jangkung menggantikannya.

Kepada Seorang Anak Berhati Surga

“Ibu!” itu Idris.
Suaranya menyambut saya riang di tangga menuju kantor.
Idris kakak dari Abdul Gina, balita yang matanya mencotot keluar karena retinoblastoma. Sebelum matanya diangkat dioperasi, Gina selalu murung dan berdiam diri.
Kakaknyalah, ya Si Idris itu, bocah sembilan tahun berbaju kumal dengan mata ceria, yang selalu dengan bersemangat menggodanya.
Berusaha mengalihkan perhatian si adik dari sakit yang mendera, atau pandangan kasihan mereka yang lewat yang menusuk hatinya.
Mungkin karena terlalu sering bersama, sang kakak tak lagi mencium bau busuk yang mulai menguar dari luka di mata adiknya, atau, itu kah kasih yang begitu besar yang mengalahkan rasa jijik dan mual ?
entahlah.
Namun anak kecil yang penyayang selalu sedap disaksikan sebagai tontonan menawan.
Dan saya ingin bersimpuh menatap matanya,
“Adik sayang, ajarkan kakak tentang mencinta …”

taman

taman punya kita berdua
tak lebar luas kecil saja satu tak kehilangan lain
dalamnyabagi kau dan aku cukuplah
taman kembangnya tak berpuluh warna
padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki
bagi kita itu bukan halangan
karena dalam taman punya berdua
kau kembang aku kumbang
aku kumbang kau kembang
kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan manusia
Chairil Anwar, Maret 1943




Dari sekian banyak puisi chairil anwar yang beberapa dicurigai sebagai jiplakan, puisi ini adalah salah satu favorit saya. Entah, mungkin tiap kali saya membacanya saya teringat rumah, teman-teman atau harapan saya terhadap diri saya sendiri dalam memandang arti kebahagiaan. bahwa sakinah, ketenangan, tidak pernah ditentukan oleh fasilitas dan kemegahan, namun keberkahan yang didapat dari niat yang lurus dan usaha terus menerus jualah yang menentukan, apakah rumah kita akan jadi sepetak kebun surga atau sebatas musium guci saja.