Monday, April 24, 2006

dear friends ...


Assalamualaikum, say...

Disini sudah musim semi. Cuaca semakin sejuk dan cerah, walaupun kadang mendung, tapi aku ga bisa komplain soal itu. Karena hujannya juga mengingatkan pada hujan di Indonesia yang membuat sejuk dan nyaman. Tidak seperti musim dingin lalu dimana hujan membuat kita tambah tertekan karena dingin yang menusuk.

Bunga-bungan yang ditanam dipetak-petak halaman rumah tetangga, taman dan pinggir jalan mulai berbunga. Aku jadi lebih suka jalan ke kampus dibandingkan naik sepeda. Alam benar-benar memanjakan mata kita dengan warna-warninya. Dibukit buatan depan kampus, bunga liar kecil yang berwarna putih mulai marak jadi corak ditengah hamparan karpet rumput berwarna hijau.

Semua tampak berlomba untuk tumbuh dan berbunga.

Kadang aku sampai tertegun melihat bunga atau pohon yang seingat aku waktu musim dingin tampaknya tidak punya harapan hidup lagi. waw, you're manage to survive, gorgeous!

Kondisi hati ... tentunya tidak sebaik jika ada ditengah-tengah kalian. Rindu pastinya selalu ada, bahkan jika hari akan terus senantiasa musim semi. Tapi menjelang kepulangan dalam beberapa bulan kedepan, rasa rindu itu mulai bercampur sedikit kkekhawatiran. Khawatir ilmu yang dibawa tidak seberapa membawa manfaat, khawatir tidak siap menerima segala keterbatasan yang ada di kampung halaman setelah termanjakan dengan semua fasilitas dan kemudahan hidup di negara maju. khawatir tidak cukup keras belajar dan berusaha untuk menimba ilmu. khawatir, setelah nanti menengok ke belakang baru sadar betapa ada banyak kesempatan dan waktu yang dilalaikan.

tapi bukankah harus selalu ada ruang untuk kekhawatiran ?
tidak hanyak untuk kehidupan dunia
tapi juga akhirat semestinya
divine unsecurity
mudah-mudahan ruang kosong itu yang senantiasa menjaga kita dari takdir manusia yang tidak membawa manfaat untuk kehidupan sekitarnya, atau penyesalan kekal yang siksanya tidak tertanggungkan.

Sambil jalan ke kampus, aku ingat salah satu cerita yang aku suka tentang roda yang tidak sempurna. Ceritanya begini, ada sebuah roda yang kehilangan potongannya. Roda itu merasa tidak sempurna dan menghabiskan waktunya untuk mencari kepingan yang hilang.

sepanjang jalan dia bertanya pada bunga, pada binatang, pada serangga yang dulu tidak pernah disapanya, adakah mereka melihat kepingan roda miliknya. Dia berputar dengan lambat, cukup lambat untuk sekedar menikmati betapa banyak keindahan sederhana yang ia lewatkan kala ia berputar sempurna karena memiliki segalanya.

Hingga suatu saat, ia menemukan kepingannya. Dia tentu saja sangat gembira dan mulai berjalan dengan cepat dengan sedemikian lancarnya, sehingga ia kehilangan kesempatan untuk menyapa bunga, binatang dan serangga yang pernah mengisi ketidaksempurnaannya.

saat itulah dia sadar. ada banyak keindahan dan pelajaran dalam ketidaksempurnaan yang justru menjadikannya merasakan kecukupan yang berlimpah.

Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman baik yang datang ke tempatku. Dia mengeluhkan tentang belum datangnya buah hati dalam pernikahan yang menurutku masih berumur dini. Dan aku bahkan belum menemukan kepingan hatiku, pikirku waktu itu.

Aku suka berpikir tentang komentar "mungkin Allah menilai kita belum siap untuk itu" yang sering dilontarkan jika ada keinginan yang tak terwujudkan. Ingin menemukan pasangan, ingin memiliki keturunan, ingin kekayaan atau ketenaran. Jika benar adanya Allah menahan semua itu karena kita belum memiliki kapabilitas untuk menjalani semua itu, bahwa kita akan menyia-nyiakan anugerah itu karena ketidaksiapan kita, lalu apa penjelasan tentang mereka yang bercerai, mereka yang gagal menanam benih-benih kemuliaan di dada anak-anak mereka, atau mabuk dalam kegelimangan harta? jika pada prinsipnya mereka diberikan itu semua karena mereka" sudah siap" dan memiliki "kapabilitas" untuk menerima semua kenikmatan itu ?

aku lebih percaya bahwa dalam semua kondisi yang Allah berikan pada hakikatnya adalah ujian yang didalamnya tentu saja ada kenikmatan, jika saja kita mau memberi sedikit waktu untuk 'berputar lebih lambat'.

Jiwa yang tidak siap dengan kefakiran yang Allah berikan hanya akan membawa pada kondisi yang mendekatkan pada kekafiran. Dan mereka yangn tidak menyiapkan jiwa dalam kekayaan pastinya akan terjebak dalam kekufuran.

Dalam hati aku yakin, kita manusia akan selamanya jadi roda yang selalu kehilangan kepingannya. kita akan selalu bertanya pada pada Tuhan, pada semua, dimana kepingan yang hilang itu. Jika Tuhan menginginkan kebaikan pada kehidupan dunia dan akhirat kita, aku yakin kita akan dibantu-Nya untuk menangkap keindahan dan pelajaran dari ketidaksempurnaan dengan bertanya pada bunga-bunga.

wassalam
kepingan hatimu

My Favourite Part (The Little Prince-Antoine De Saint Exupary)

But it happened that after walking for a long time through sand, and rocks, and snow, the little prince at last came upon a road. And all roads lead to the abodes of men.

"Good morning," he said.
He was standing before a garden, all a-bloom with roses.
"Good morning," said the roses.
The little prince gazed at them. They all looked like his flower.
"Who are you?" he demanded, thunderstruck.
"We are roses," the roses said.
And he was overcome with sadness. His flower had told him that she was the only one of her kind in all the universe. And here were five thousand of them, all alike, in one single garden!
"She would be very much annoyed," he said to himself, "if she should see that . . . She would cough most dreadfully, and she would pretend that she was dying, to avoid being laughed at. And I should be obliged to pretend that I was nursing her back to life--for if I did not do that, to humble myself also, she would really allow herself to die. . ."
Then he went on with his reflections: "I thought that I was rich, with a flower that was unique in all the world; and all I had was a common rose. A common rose, and three volcanoes that come up to my knees--and one of them perhaps extinct forever . . . That doesn't make me a very great prince . . ."
And he lay down in the grass and cried.

---------------------------
It was then that the fox appeared.
"Good morning," said the fox.
"Good morning," the little prince responded politely, although when he turned around he saw nothing.
"I am right here," the voice said, "under the apple tree."

"Who are you?" asked the little prince, and added, "You are very pretty to look at."
"I am a fox," the fox said.
"Come and play with me," proposed the little prince. "I am so unhappy."
"I cannot play with you," the fox said. "I am not tamed."
"Ah! Please excuse me," said the little prince.
But, after some thought, he added:
"What does that mean--'tame'?"
"You do not live here," said the fox. "What is it that you are looking for?"
"I am looking for men," said the little prince. "What does that mean--'tame'?"
"Men," said the fox. "They have guns, and they hunt. It is very disturbing. They also raise chickens. These are their only interests. Are you looking for chickens?"
"No," said the little prince. "I am looking for friends. What does that mean--'tame'?"
"It is an act too often neglected," said the fox. It means to establish ties."
"'To establish ties'?"
"Just that," said the fox. "To me, you are still nothing more than a little boy who is just like a hundred thousand other little boys. And I have no need of you. And you, on your part, have no need of me. To you, I am nothing more than a fox like a hundred thousand other foxes. But if you tame me, then we shall need each other. To me, you will be unique in all the world. To you, I shall be unique in all the world . . ."
"I am beginning to understand," said the little prince. "There is a flower . . . I think that she has tamed me . . ."
-----------

"My life is very monotonous," the fox said. "I hunt chickens; men hunt me. All the chickens are just alike, and all the men are just alike. And, in consequence, I am a little bored. But if you tame me, it will be as if the sun came to shine on my life. I shall know the sound of a step that will be different from all the others. Other steps send me hurrying back underneath the ground. Yours will call me, like music, out of my burrow. And then look: you see the grain-fields down yonder? I do not eat bread. Wheat is of no use to me. The wheat fields have nothing to say to me. And that is sad. But you have hair that is the color of gold. Think how wonderful that will be when you have tamed me! The grain, which is also golden, will bring me back the thought of you. And I shall love to listen to the wind in the wheat . . ."
The fox gazed at the little prince, for a long time.

"Please--tame me!" he said.
"I want to, very much," the little prince replied. "But I have not much time. I have friends to discover, and a great many things to understand."
"One only understands the things that one tames," said the fox. "Men have no more time to understand anything. They buy things all ready made at the shops. But there is no shop anywhere where one can buy friendship, and so men have no friends any more. If you want a friend, tame me . . ."
-----------------


So the little prince tamed the fox. And when the hour of his departure drew near--
"Ah," said the fox, "I shall cry."
"It is your own fault," said the little prince. "I never wished you any sort of harm; but you wanted me to tame you . . ."
"Yes, that is so," said the fox.
"But now you are going to cry!" said the little prince.
"Yes, that is so," said the fox.
"Then it has done you no good at all!"
"It has done me good," said the fox, "because of the color of the wheat fields." And then he added:
"Go and look again at the roses. You will understand now that yours is unique in all the world. Then come back to say goodbye to me, and I will make you a present of a secret."

The little prince went away, to look again at the roses.
"You are not at all like my rose," he said. "As yet you are nothing. No one has tamed you, and you have tamed no one. You are like my fox when I first knew him. He was only a fox like a hundred thousand other foxes. But I have made him my friend, and now he is unique in all the world."
And the roses were very much embarassed.
"You are beautiful, but you are empty," he went on. "One could not die for you. To be sure, an ordinary passerby would think that my rose looked just like you--the rose that belongs to me. But in herself alone she is more important than all the hundreds of you other roses: because it is she that I have watered; because it is she that I have put under the glass globe; because it is she that I have sheltered behind the screen; because it is for her that I have killed the caterpillars (except the two or three that we saved to become butterflies); because it is she that I have listened to, when she grumbled, or boasted, or ever sometimes when she said nothing.

Because she is my rose.

(dan tiba-tiba air mata saya meleleh ...)

Monday, April 10, 2006

Cool Reminder

Narrated Abu Darda: Kathir ibn Qays said: I was sitting with Abu Darda in the mosque of Damascus. A man came to him and said: Abu Darda, I have come to you from the town of the Apostle of Allah for a tradition that I have heard you relate from the Apostle of Allah . I have come for no other purpose. He said: I heard the Apostle of Allah say: If anyone travels on a road in search of knowledge, Allah will cause him to travel on one of the roads of Paradise. The angels will lower their wings in their great pleasure with one who seeks knowledge, the inhabitants of the heavens and the Earth and the fish in the deep waters will ask forgiveness for the learned man. The superiority of the learned man over the devout is like that of the moon, on the night when it is full, over the rest of the stars. The learned are the heirs of the Prophets, and the Prophets leave neither dinar nor dirham, leaving only knowledge, and he who takes it takes an abundant portion.( Abu Dawud, Book 25, Number 3634 )


Giao Yo!
semangat, gal!

Sunday, April 09, 2006

Wat een lekker weer, zeg!

Ah, cuaca bagus sekali hari ini. Sinar matahari meruah menerangi kamar, hangat meresap diwajah. Kalau dalam bahasa sunda, duduk sambil menikmati hangatnya matahari yang suam-suam dari balik jendela kaca seperti ini, 'moyan' --berjemur--namanya.

Cuaca, pergeseran posisi matahari, adalah ayat-ayat kauniyah yang terbaca jelas di negeri ini. Subhanallah. Bandingkan dengan Indonesia yang tidak memiliki perubahan yang signifikan setiap bulannya dari matahari yang menyambangi kita. Dan kenikmatan itu, katanya, baru terasa setelah kita mengalami kehilangan. Kalau hidung sudah mampet karena pilek, baru terasa nikmatnya bisa bernapas dengan lega. Kalau matahari sudah menjauh, baru terasa betapa besar nikmat yang Allah berikan dengan menempatkan kita diposisi terbaik dalam lintang khatulistiwa.

Ah, cuaca bagus sekali hari ini...
Saya ingat sebuah kisah tentang Rasulullah SAW yang menolak kekayaan abadi namun lebih memilih untuk kenyang sehari dan lapar sehari "agar dalam keadaan kenyang aku bisa bersyukur dan dalam keadaan lapar aku bisa bersabar." nikmat itu akan terasa ketika kita pernah mengalami kehilangannya. Indah sekali bagaimana Islam mendidik umatnya. Kita punya bulan Ramadhan, sekedar jeda dari segala kenikmatan keseharian yang mungkin kita abaikan untuk kita syukuri dalam setahun. sebuah lambung yang terisi. Dan berbuka puasa pun Allah sandingkan sebagai kenikmatan terbesar yang dirasakan oleh seorang muslim yang sama besarnya dengan kenikmatan yang ia dapat ketika pada suatu ketika nanti ia bisa bertemu dengan-Nya.

Beruntung juga ada hari-hari yang dinamakan musim dingin, karena jadi sadar betapa nikmatnya hidup dalam limpahan udara yang hangat. Lapar, sedih, kecewa, gagal, ga punya duit, jauh dari sahabat, bete, kehujanan, mati lampu (emang pernah gitu di Belanda?) semua perlu sesekali hadir dalam hidup agar kita bisa merasakan nikmat-nikmat yang Allah hadirkan dalam sepiring makanan lezat, tawa, jus buah, rekening di bank, selimut hangat, susu coklat, atau sahabat yang selalu setia untuk sekedar bertanya "bagaimana kabarnya hari ini? ingin berbagi?"

ah, wat en lekker weer, zeg...

Tuesday, April 04, 2006

Biblio-something

Koneksi internet di rumah masih belum beres. Jadinya hanya mengandalkan signal yang tertangkap dari tetangga kiri kanan yang kadang tidak di protect. Itupun lemah sekali. Jadi terasa juga ya kehilangan ritual ngobrol pagi-pagi dengan teman-teman di Jakarta yang lumayan jadi obat kangen.

Het is Lente, katanya. Sudah masuk musim semi. Suhu sedikit beranjak naik, walaupun jadi sering turun hujan. Beberapa pohon sudah mulai menunjukkan tanda-tanda hidup kembali, masa-masa musim dingin yang katanya menaikan level stress orang-orang Eropa sudah mulai melangkah pergi.

Banyak yang terjadi. Sudah ketemu Ayako lagi, sempat makan malam dan pergi ke Gym bareng (setelah berbulan-bulan bikin janji), sudah tahu apa yang akan terjadi di serial Grey's Anatomy dua episode ke depan (thank's to Benny yang sudah mendownload gratisan he he), sudah nraktir kebab dengan agak-agak nggak ikhlas (habis miladnya kapan, traktirannya kapan).

Hal lain yang menarik karena akhir Maret sampai tanggal 2 April kemarin ada Boekenfestijn atau festival buku di Maastricht. Jelas penasaran ingin tahu seperti apa sih yang namanya festival buku di Belanda. Saya pikir saya beruntung karena setelah melihat jadwalnya, tampaknya festival buku ini hanya diselenggarakan setahun sekali di kota-kota tertentu di Belanda dan Belgia. Di Belanda festival buku hanya ada di Maastricht, Utrecht, Leuven, Amsterdam, Rotterdam, dan Eindhoven.

Di Maastricht, festival buku ini mengambil tempat di Forum MECC, tidak jauh dari rumah dan tentu dekat sekali dengan kampus. Jadi hari Jumat seusai kuliah, saya dan Astri memutuskan untuk melihat-lihat.

Ternyata yang namanya boekenfestijn itu sangat sederhana atau dalam istilah lain, fungsional sekali. Di pintu masuk yang ditandai dengan pembatas plastik pengunjung yang membawa tas besar dipersilahkan menitipkan tasnya. Pengunjung disediakan keranjang dan juga trolli untuk dibawa masuk ke area boekenfestijn. Area-nya sendiri dibatasi dengan kerangka-kerangka besi yang berfungsi sebagai partisi portable. Masuk ke dalam dari pintu masuk berjajar meja-meja panjang berisi buku-buku dalam berbagai macam kategori. Ada kategori reizen & atlassen (travelling), kunst & art (seni), hobby, medische & new age (istilah yang terakhir tadinya ga ngerti, tapi setelah dilihat ternyata isinya soal reiki, yoga dan sebangsanya), novel dan literure, kamus, varia (aneka macam, termasuk puzzle,mainan anak-anak, buku tulis dsb), sejarah, agama dan banyak kategori lainnya.

Yang menarik adalah boekenfestijn ini memang seperti janjinya, een grote ontdekking (a big discovery), why pay more?! dan ternyata beneran a great discovery dan murah banget! buku Milestones of 20th Century yang hardcover dengan tebal hampir 400 halaman harganya hanya 2,50 euro! selain membeli buku itu (tentu saja), banyak juga coffe table picture book yang asli keren banget. Akhirnya setelah menimbang-nimbang saya putusakan untuk men-drop buku sejarah komplit Perang Dunia II dan menggantinya dengan 100 Great Wonders of The World dan The Art of National Geographic (isinya ilustrasi-ilustrasi terbaik yang pernah di muat di NG). Ada juga Junior Chronicle of the 20th century, hampir sama dengan buku Milestone itu, hanya saja ini lebih concise dan lebih banyak gambar karena memang untuk anak-anak. Dan semua ini hardcover dengan kertas artpaper! huik,huik.. Ooh yang di Jakarta, envy me! Sebenarnya saya mencari buku yang berkaitan dengan seni dan arsitektur islam. Tapi saya kurang beruntung karena dari hasil browsing hanya menemukan beberapa yang menggunakan bahasa Belanda. Jadi walaupun bagus, khawatirnya tidak akan terlalu bermanfaat. Astri yang lebih teliti dan lebih sabar berhasil menemukan buku dengan tema Islam yang lumayan bagus untuk dijadikan referensi.

Di meja dengan kategori popular science, saya menemukan buku-buku hardcover dengan sampul menarik karangan Francis Fukuyama (Our Posthuman Future, salah satunya), ada Mind Over Matter; Conversation with the Cosmos, Deeper than Darwin, Cassel's Law of Nature, A Brief history of the Human Race, buku-buku tentang rekayasa genetik, buku-buku tentang teori evolusi dan kritiknya, The Origins of Creativity, The Mystery of Thing, Endangered Minds, ada juga buku-buku 'lucu' seperti The Sourcebook of uneXplained (yang agak sedikit menyesal kenapa saya beli, karena kalau dibaca malam-malam ada rasa-rasa gimanaaa gitu) dan The Science of Harry Potter (the nimbus two thousand's ability to fly no longer seems so incredible in light of the discovery of "gravity-shielding effects"; masa? yu mas bi joking rait?). Saking bagusnya sampul buku-buku ini, saya yakin mereka yang tidak terlalu tertarik dengan fisika atau bioteknologi (seperti saya) pasti juga senang kalau punya salah satu, salah dua atau salah tiga dari buku ini (yang bilang dont judge the book by it's cover, jangan dekat-dekat deh).

Pindah ke meja literatur klasik, ternyata lebih seru lagi. Novel-novel klasik seri Wordsworth di jual dengan harga hanya sekitar 1-2 euroan. Ada Uncle Tom's Cabin yang historikal itu, yang Harriet Becher Stowe-nya oleh Abraham Lincoln sebut-sebut sebagai little lady who started the great civil war. Ada The Odyssey-nya Homer, yang walaupun sudah beberapa kali baca tapi kayaknya seru juga kalau punya,Wizard of The Oz yang filmnya bagus (Judi Garland as Dorothy) dan penuh makna itu, The Hunchback of Notre Dame, English Fairy Tales, ada Journey to the centre of the earth-nya Jules Verne (walaupun sebenarnya yang dicari-cari cerita yang dibawah laut yang ada kapten Nemo-nya), ada The Little Prince-nya Antoine De Saint Exupary, Tale of Two Cities punya Charles Dickens dan ada Little Women karangan Louisa May Alcott yang dulu film kartunnya pernah diputar (lupa stasiun TV mana) dan saya suka banget.

Pokoknya keren banget deh seksi literatur klasik ini. Beberapa buku kumpulan karya Geoge Elliot, William Shakeaspeare, Edgar Allan Poe, Jane Austen dan beberapa pengarang lainnya yang tebalnya kalau kata anak abg segede-gede gedi juga ada, dijual hanya seharga 6 euro-an. Tadinya ingin beli tapi dipikir-pikir sangat tidak handy sekali untuk dibaca diangkot atau dimasukan ke dalam tas. Lagipula Shakeaspeare gituloh, yang bahasa inggrisnya sophisticated banget, sementara my english as broken as my heart, jadi terima kasih deh.

Dari situ pindah ke barisan buku novel-novel baru. Ada beberapa buku Tom Clancy yang akhirnya saya ambil, dan juga Stephen L Carter yang berjudul The Emperor of Ocean Park. Sebenarnya tidak tahu siapa Carter ini, tapi berhubung di sampulnya ada label Jhon Grisham's Today Show Pict jadi pastinya keren lah. Hardcover-nya Stephen King juga ada. Lagi-lagi dengan harga menggiurkan.

Buku-buku farmasi dan kedokteran juga banyak. termasuk buku Gray's Anatomy dan Sobota yang besar-besar dan bagus-bagus itu (hanya 16 euro sajah), buku-buku pediatrics, gynecolog, nursing dan sebangsanya. Tapi buku kesehatan masyarakat hampir tidak ada sepertinya. Satu-satunya buku yang berhasil saya temukan hanya Health and Ilness in the Community, yang lainnya... nihil.

Sampai dirumah, setelah membongkar semua buku yang saya beli jadi teringat tulisan Putu Wijaya dalam Selisik yang mengulas bukunya Tom Raabe yang berjudul Biblioholism, The Literary Addicition. Kalau kamu punya hasrat untuk membeli, membaca, menyimpan, dan mengagumi buku yang cenderung berlebihan, hasrat itu disebut biblioholisme --sedang orangnya disebut biblioholik (seperti alcoholic untuk pecandu alkohol, dan workaholic untuk pecandu kerja).

Tapi kita tahu bukan bahwa yang terlalu berlebihan selalu tak baik. Karenanya, seperti dia tulis, ada dua jenis biblioholisme yaitu bibliomania (gila buku) dan bibliofil (cinta buku). Beda antara keduanya adalah niatan atau motivasi dalam membeli buku. Seorang bibliomania membeli buku hanya untuk menumpuknya, sedang bibliofil mengharap dapat menguras isi dan kebijakan dari buku-bukunya.

Contohnya Boulard ahli hukum asal Perancis pada abad ke-18. Sampai meninggalnya, Boulard memiliki 600 ribu sampai 800 ribu jilid buku. Dan ketika diloakkan, semuanya baru habis setelah lima tahun. Masalahnya: ia tak membaca buku yang ia beli.

Tapi, haruskah kita membaca semua buku yang kita beli? berapa persen buku milik kita yang harus kita baca agar bisa ada dilevel bibliofil? Sembilan puluh persen? Lima puluh persen? Atau hanya dua puluh persen? Jawabannya kata Tom Raabe akan berbeda setiap orang, hanya orang itulah yang tahu apakah ia gila atau cinta.

Tapi mudah-mudahan jangan sampai jatuh pada level biblionarsisis (biblionarcissist). Asal katanya dari mitologi Yunani tentang pemuda amat tampan bernama Narcissus --saking tampannya sampai-sampai ia jatuh cinta pada ketampanannya yang ia lihat terpantul dari sebuah kolam. Terus menerus menatap kolam, tak makan dan minum sampai akhirnya mati, dan berubah menjadi bunga Narsisis. Nah biblionarsisis ini adalah orang-orang yang mengkoleksi buku --enskilopedi komplet dengan lemari khusus, misalnya-- hanya untuk berlagak, bermegah-megah, pamer, dan mengagumi diri sendiri. Menurut agama, itu riya' (atau kita ganti saja istilahnya menjadi biblioriya'?).

Hmm..
Am I?
Are you?

sst.. jawabannya simpan sendiri-sendiri saja kalau begitu