Sunday, December 18, 2005

Kenapa ya?

Ada yang tanya, kenapa sekarang blog ini isinya makanan melulu ? "biasanya ada sesuatu yang aku rasa setelah baca tulisan kamu..."

zeg.

dalem bo.

Tapi kenapa ya? terlalu sibuk untuk merenung ? terlalu lelah untuk membaca sesuatu yang baru ? bukannya tiap hari juga belajar hal yang baru ? ketemu hal-hal menarik yang baru ?betapa sering saya kepingin menuliskan suatu hal yang saya dapati menarik dari kuliah saya, tapi selalu berujungan pada Oaaaahm.... ngantuk ah!

tapi terima kasih masukannya

Kadang ... cuma ingin menikmati kesenangan-kesenangan hidup yang sederhana. Sesederhana kenikmatan dalam menemukan kenyataan, bahwa klepon, tempe mendoan, keripik singkong yang dulu hal biasa tanpa keistimewaan di meja makan, merasakan kehadirannya disini adalah sebuah 'petualangan' dan barang mahal. Dan saya jadi berpikir tentang banyak hal-hal sederhana 'diluar sana' yang ternyata begitu istimewa ketika saya ada 'di dalam sini'. Ternyata perpisahan, menarik diri dari realitas keseharian, adalah sebuah kebutuhan agar kesadaran itu tetap terjaga. Ketika kita punya kesadaran tentang betapa berharganya realitas 'sederhana' diluar, kita jadi lebih mudah bersyukur. Dan ketika kita mudah mensyukuri hal-hal yang kecil, maka akan terasa betapa banyak hal luar biasa yang kita punya.

Memasak itu juga tentang pengetahuan betapa itu semua tercipta dari proses yang tidak mudah. Untuk bisa merasakan kue cucur, ternyata kita harus menunggu kurang lebih 30 menit, teknik mengaduknya berbeda dengan tujuan tercipta serat-serat halus ketika di goreng nanti. Ternyata ada begitu banyak kerja di balik kue jelek--tapi lezat-- berwarna coklat penuh minyak itu. Dan dalam hidup, ada saatnya kita harus bersabar, menanti, mengaduk dengan teknik tersendiri hingga akhirnya 'kue-nya' pun jadi.

Jadi memasak itu saya pikir seperti menjalani hidup.

Tidak sekedar ukuran berapa sendok teh garam yang harus kita gunakan, tapi juga tentang melatih indera pengecap dan rasa sebanyak apa kita mau mengkombinasikannya dengan gula. Hingga pada akhirnya ketika kita makin terlatih, memasak adalah persoalan naluri. Karena ada masanya ketika kita menghadapi persoalan dan tantangan hidup, yang kita andalkan sebagai alat tiada lain naluri kita sendiri. Karena betapa banyak hal-hal yang tidak bisa dikalkulasi.

Memasak itu resep suksesnya kita dapat dari ibu, teman, majalah, Rudi Choiruddin, Siska Suwitomo, significant others. Tapi keistimewaannya selalu terletak ketika rumus baku itu bertemu kreativitas kita. Hasil akulturasinya bisa rasa baru yang dipuji orang, tapi bisa juga cuma jadi eksperimen gagal. Yang terakir, tentu harapannya adalah kita boleh gagal waktu mencoba resep yang pertama, tapi ketika kita mencoba untuk kedua kalinya, kita sudah tahu apa faktor penyebab kegagalannya. Mungkin karena kurang sabar menunggu bawangnya matang, mungkin airnya kurang banyak, lain kali garamnya se sendok, kali lain tidak usah pakai kaldu tapi gunakan saus tiram.

kalau masih gagal juga ?
Coba saja resep yang lain. Kita masih bisa hidup tanpa makan sayur asem, toch ?

*buat yang tanya .... hmmm ...yang jelas, karena ini blog saya, dengan berat hati saya harus bilang, pasrah aja ya apapun isinya ya ... he he he

No comments: