Thursday, September 30, 2004

Resensi: Atlas Budaya Islam

Judul : Atlas Budaya Islam; Menelajah Khazanah Peradaban Gemilang
Penulis : Ismail R. Al Faruqi dan Lois Lamya Al Faruqi
Judul Asli :The Cultural Atlas of Islam
Penerbit :Mizan
Harga : Rp. 600.000 (blum lunas cicilannya)
data : 554 hal. Art Paper

Pertama kali lihat buku ini waktu Dompet Dhuafa mengadakan seminar di Club Mandiri, Kebayoran Baru. Dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama begitu lihat judul dan covernya. "Bagus, Mba, buat yang suka baca buku tentang kebudayaan seperti Mba (wew! sok teu!). Buat Referensi" kata bapak yang jaga stand ngerayu. Hmm, dia ga perlu usaha keras ngegombalin saya, karena begitu baca halaman pertama, saya langsung mutusin buat beli.

Ini buku yang paling komprehensif membahas perkembangan Islam yang pernah saya baca. Tidak seperti bukunya Abdul Hadi WM yang ngebahas Islam dari apek estetika budayanya, buku ini bisa dikatakan membahas Islam dari A sampai .... Y kali ya, karena buku ini ga bicara banyak soal kenyataan perkembangan Islam dewasa ini. ya, jelaslah, karena emang bukan kesana arahnya dan juga karena penulisnya, Ismail (imigran asli Palestina) dan Lois Lamya AL Faruqi(mualaf putri dari dramawan Amerika Henrik Ibsen), dua-duanya sudah meninggal pada tahun 1986. Tepatnya Ramadhan 1986, ketika di tengah malam menjelang subuh, sekelompok orang bersenjata menerobos rumah mereka,di Philadelphia (?) membunuh pasangan ilmuwan yang disegani ini dengan tikaman pisau. Betul-betul pasangan yang sehidup semati.

Anyway, ABI secara kronologis terbagi dalam empat bahasan besar; bagian pertama adalah telaah atas realitas sejarah, dimana Islam sebagai agama, budaya dan peradaban dilahirkan.Bagian kedua merupakan pendefinisian tentang esensi peradaban Islam atau tauhid. bagian ketiga merupakan pendalaman bagian kedua, yaitu pembentukan esensi peradaban Islam menjadi sistem gagasan, sistem aktualisasi teladan (sunah Nabi), dan sistem lembaga sosial. bagian keempatnya telaah atas manifestasi Islam dalam tindakan, pemikiran dan ekspresi. ini menyangkut segala macam bentuk ekspresi mulai dari kaligrafi, seni ruang sampai seni qira'ati.

Saya mentok di bab 12 di bagian keempat yang membahas masalah ekspresi ini. Fiuh! pusing bacanya, karena ke belakang, bahasan yang menyangkut aspek teknis manifestasi ekspresi budaya Islam ini makin kumplit dan belibet. Menarik, tapi butuh kerja keras buat menangkap apa makna penggunaan struktur arabesque dalam seni ruang atau fungsi transfigurasi material dalam ornamentasi Islam... huaa! untuk urusan yang nyeni bin teknis gini, saya ga usah diajak-ajak deh! karena emang ga ngerti! cukup jadi penikmat aja.

Seperti buku referensi lainnya, yang jadi persoalan dari buku ini adalah TERJEMAHANNYA, SODARA-SODARA! bahasa-bahasa teknis dan ilmiah bertaburan di sana-sini, yang membuat pembaca awam seperti saya, harus baca berulang-ulang dan mengkaitkannya dengan keseluruhan konteks kalimat buat sekedar menangkap apa maksud semuanya ini. Kayaknya udah waktunya saya mencari kamus bahasa ilmiah terkini.*jadi ingat sama buku wajib kuliah anak Kom, Dennis McQuail yang ribet secara bahasa itu*

secara keseluruhan, ga kuciwa deh, beli buku ini. Bagus buat jadi warisan nanti ke anak-anak. Bintang berapa ya ? empat deh, yang artinya: Yak,Ini Buku Bagus Banget Sekale.


Apa kabar penghafal sekian banyak ayat, pelahap sekian banyak kitab dan pembahas sekian banyak qadhaya yang belum beranjak dari tahu untuk bersiap menuju mau ? (Rahmat Abdullah)

"Dan katakanlah: ya Rabbi, tambahkanlah daku ilmu." (QS.20:14)

Tuesday, September 28, 2004

510

Itu angka keberuntungan saya sekarang. 510 itu metromini kuning, seniornya metromini 509.Yang supir dan keneknya punya perkumpulan namanya personex, perkumpulan sopir (bukan supir) dan kenex (bukan kenek). Yang supir dan kenex (bukan kenek)-nya punya kaos almamater hijau bersalut bisban warna kuning, mirip seragam tim persebaya (bener kan ? kalau ga, yah Arab saudi lah yang pasti pake warna ijo). Yang motonya Bersaing di Jalanan, Bersatu di Pangkalan. Hik,hik ... gokil ga tuh!?)

Pagi-pagi orang-orang akan berkumpul di Pasar Rebo, yang tumpah ruah diguyur hangat sinar matahari, menyipitkan mata memandang ke arah Kampung Rambutan, berharap dia datang. Jangan bicara soal sopan santun, mendahulukan perempuan dan warganegara senior, homo homini lupus itu sah secara teori dan praktik kala 510 menjadi langka.

Kalau 509 itu trayeknya cuma dari Pasar Rebo, keluar di Cilandak dan berakhir di Lebak Bulus, maka sang abang bablas dari Pasar Rebo, gila-gilaan ngebut dijalan tol dan ujug-ujug keluar di Pondok Indah. Lalu tanpa sungkan dan rendah diri, dengan pede ikut ngantri di lampu merah Pondok Indah bareng sama kijang, panther,camry,bmw, volvo sampai beberapa mobil keren yang saya ga pernah lihat iklannya di tivi ataupun di koran.

510 itu yah laiknya angkutan di Jakarta. Hadir buat mengajarkan kita arti sabar (kakak! yang pake kerudung itu! bah, masuklah kau!baris dua-dua, kayak kemarin!) dan itsar (alhamdulillah! ada yang turun! ups,mas yang bertato mau duduk juga ? err ... ga pa pa .. saya diri aja ampe ciputat), qonaah juga kali ye (hu hu hu *sambil bergantung terkatung-katung di 510* ... kapan saya bisa punya camry seperti mereka itu, hu huuu kapan ada 510 yang pake ac huuu huuu ...)

Dulu waktu tahu saya bakal menjalani hari-hari saya bersama 510, sempet shock juga. waktu masih kuliah saya pernah beberapa kali ke Ciputat, tentu aja sebagai anak manis yang belum kenal dunia (ta elah) naik 509 yang masih lumayan beradab. Dan tiap kali 510 lewat berdesing-desing dengan orang-orang yang berjejal, muntah hingga ke pinggir pintu, saya pikir *nein, nein... walau apa yang terjadi, amit-amit jabang bayi mau naik yang begituan, ga sanggup deh!" dan ternyata ... Allah itu punya cara yang manis dan lucu-lucu untuk ngajarin saya banyak hal. Termasuk urusan 510 ini.

Akhirnya Allah amanahkan saya bekerja ditempat yang tiap hari 510 dengan kegilaannya berdesing-desing melintas. Gentar, sebel membayangkan keseharian macam apa yang akan saya jalani. tapi akhirnya waktu itu saya bertekad, "well, 510... jika harus dengan mu, maka denganmulah akhirnya! que sera sera!" saya pikir kenapa saya harus merana? ada lebih dari 50 orang dalam bis itu bisa bertahan menghadapi 510 dan segala keajaibannya. mengapa saya tidak bisa ? ada 50 orang lebih yang sama bertahan untuk sabar berdesak-desakan, dalam keringat dan uap badan orang lain, dalam hardikan kenek, dalam kegilaan supir yang mungkin, somehow, in another life adalah aryton senna. Allahu akbar,i will survive!

secara filosofis 510 itu samalah kayak kehidupan kita. Kadang caranya, prosesnya, jalannya tidak selalu menyenangkan, atau minimal sesuai dengan keinginan kita. Tapi begitu kita fokus pada akhir perjalanan, pada tujuan, barulah disitu kita bisa melihat keindahan nikmat yang Allah berikan. Tujuan itu tentunya kampung akhirat, dunia keabadian dimana keselamatan dan kesengsaraan menjadi kesejatian. Tujuan itu tentunya keridho-an Allah atas segala pilihan-pilihan yang kita buat, sehingga Dia jadikan kehidupan kita adalah rangkaian kebaikan yang berkesinambungan.Nope, i dont need that camry or volvo or else. May be i want it, but it doesn't mean that i need it. Karena bukan itu yang mengantarkan saya menuju sebuah kehangatan rumah atau tempat kerja yang insya allah penuh berkah. Ketika kita berfokus pada itu, kita punya energi untuk menghadapi, menjalani keadaan, seberat apapun itu. Mengubah sesuatu yang pahit, menyedihkan, tidak nyaman, menjadi sesuatu yang nikmat dalam kewajaran bahkan anugerah yang penuh berkah, jika kita pandai memilih sudut pandang.

Dan saya lupa, sejak kapan 510 jadi terlihat indah buat saya. Yah, melajulah dengan kesintinganmu, kedekilanmu, tapi tiap kali dia muncul di kejauhan dari kekumuhan pasar ciputat, 510 menjelma jadi phoenix yang indah dan mistis yang bangkit dari abunya sendiri, dia adalah Achilles, pahlawan perang troya yang akan bertarung, ngebut gila-gilaan di jalan tol. Tapi saya cinta pada siapa yang mengantarkan saya ke segelas air dingin dan bantal hangat di rumah.

ps: belakangan, entah makin terbiasa, entah memang kenyataannya ... tapi kok 510 ternyata makin lowong aja yah ?

Monday, September 27, 2004

Menjadi Ibu

Cita-cita : Menjadi ibu rumah tangga. Kening saya berkerut. saya amati lagi mahasiswi baru, junior saya, yang siang itu meminta tanda tangan saya. bukan, pernyataan ini bukan ditulis oleh seorang akhwat yang secara bergurau sering dilabeli WO , Walimah Oriented. Bahkan dari akhwat sekalipun, saya belum ketemu sama mereka yang secara official, mencantumkan menjadi ibu rumah tangga sebagai cita-citanya. Wartawan, penulis, dokter, ya. tapi ibu rumah tangga ? padahal sang junior cantik didepan saya, berpenampilan standar anak nongrong MTV.

"Karena jadi ibu itu ga mudah," inti jawaban panjang lebarnya ketika menjawab pertanyaan klise saya; kenapa sih kamu tertarik jadi ibu ? *jiee..., mirip banget ama pertanyaan wartawan gosip yaks?* . Saya kagum seharian itu-ampe sekarang juga sih- dengan keberaniannya mencantumkan cita-cita model begitu. Apa ga khawatir ya di kritik sebagai perempuan ga sadar gender yang terjebak dalam struktur patriarki dimana terjadi penetapan bahwa ranah domestik adalah milik perempuan dan ranah publik adalah teritori laki-laki *hiks, ini tipikal pernyataan mahasiswa yang puyeng dapet mata kuliah tentang gender*

Tapi, saya pikir, ketika dia melakukan pilihan itu secara sadar, merdeka, dan memahami betul arti pilihannya, entah itu sepenuhnya mendedikasikan diri pada keluarga atau berkontribusi dalam kehidupan publik karena kapabilitasnya dalam melaksanakan fardu kifayah-nya, maka sepenuhnya, ia adalah manusia merdeka.

Karena menjadi ibu itu ga mudah. Siapa di dunia yang ga setuju ? saya yakin itu walaupun belum ngalamin sendiri. menempatkannya sebagai cita-cita, sama halnya dengan keinginan kita, cita-cita kita setiap harinya untuk mencapai kesempurnaan sebagai hamba Allah. menjadikan ibu sebagai cita-cita bisa jadi merupakan kesadaran bahwa, seperti halnya menjadi hamba Allah yang baik, itu merupakan sebuah proses being dan bukannya becoming. dalam becoming akan ada garis akhir dimana semuanya akhirnya tercapai, selesai, namun being mengisyaratkan sesuatu yang tidak pernah berhenti untuk menjadi, setidaknya dalam rentang waktu manusia. ia tidak sama dengan cita-cita kanak-kanak kita seperti menjadi wartawan, dokter, insinyur. Karena setelah dewasa, kita dapati bahwa hal itu tidak cukup lagi. Setelah jadi dokter lalu apa ? kalau sudah jadi wartawan mau gimana ?

Karena menjadi ibu tidak mudah. Jawaban simel yang pasti banyak benernya dibanding salahnya. Sebagai seorang anak, ibu saya, menjadi salah satu teladan saya bukan karena semata ia sempurna dan selalu siaga sebagai ibu. ia tidak selalu siap bercerita, mendengarkan atau pun mengerti anak-anaknya. sebagai seorang anak saya menyaksikan pergulatannya, perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya untuk menjadi seorang ibu. Ia pernah tidak sabar suatu kali, pernah marah suatu kali. ada masanya ketika saya berpikiran bahwa kami tidak akan pernah saling memahami. dan baru kemarin sore saya sadar bahwa itu semua bagian dari perjalanannya menjadi ibu.

Karena menjadi ibu tidak mudah. tentu saja. ia bukan sekedar proses pembuahan, mengandung dan melahirkan, voila! jadilah anda ibu. Anak dan keluarga bukan seperangkat alat elektronik yang datang bersama buku manual penggunaannya. Butuh kecerdasan dan kepandaian untuk selalu menemukan, merumuskan, bahkan kalau perlu mengganti formula lama dengan yang baru. Formula itu bisa berupa cubitan, hukuman, dan dilain kesempatan bisa jadi berupa telinga dan hati yang terbuka. "Didiklah anakmu karena ia akan hidup di zaman yang berbeda denganmu," nasehat sayyidina Ali. nasehatnya mengisyaratkan pada semua yang terlibat dalam pendidikan anak untuk senantiasa awas dan tanggap membaca zaman.

Karenanya, jika seorang ibu saat ini mempertanyakan kemampuannya menjadi ibu, karena begitu mudah terbakar, begitu gampang kehabisan kesabaran oleh kelakuan anak-anaknya, mudah-mudahan tidak ada yang berputus asa, baik dirinya maupun orang-orang disekelilingnya. mudah-mudahan cukup ada kesadaran bahwa benturan-benturan itu, adalah bagian dari perjalanan 'menjadi' mereka. mudah-mudahan tidak ada yang berkecil hati karena dalam proses 'menjadi' , kegagalan dan kesuksesan adalah sesuatu yang bertukar dan beriringan.

*dimuat dimajalah Ummi waktu saya masih semester enam atau tujuh. Diedit lagi, dipendekin lagi seperlunya. Kalau dibaca sekarang ... kesanya sok teu banget yaks ? kek kek kek kek *

Saturday, September 25, 2004

SMS

Saudariku...sesaat ku kepak sayap cinta ku menemuimu
skedar menyapa walau lewat ikatan hati
agar kau tahu
aku mencintaimu hari ini,esok & yang akan datang
MISS U SO MUCH NIY ...

Jreng! pagi-pagi dah ditembak sama rayuan gombal! he he he hati saya selalu berbunga-bunga tiap kali dapet sms-sms cinta yang bergitu mesra dari saudari-saudari saya. Siapa yang butuh pacar kalau tiap hari ada aja yang kirim rayuan 'maut' model begini (err... sebenernya emang ga butuh pacar tapi butuh suami *tersipu*). Atau, coba bayangin gimana rasanya kalau badan ini capek pulang kerja, dan neuron dikepala ini kayaknya ga sanggup lagi menerima informasi, mata dah berat tiba-tiba ...

Aku rindu tatapan sayangmu
hangatnya menyelusup ke tiap sudut hatiku
bahagiakan dengkur tidur dan kerjapan mata di awal hari
selamat tidur keping hatiku

atau

“sekeping hati disana tetap menawanku di penjara cintanya..
menemani sendiriku di tiap titik air mata
dan lelah yang tersandar di dada.. : ‘apa kabar surga?’”

n then ...

“menghitung hadirmu sekeping hatiku..
dalam detak jantung.. dari desir aliran darah.
pada kerjap mata.. dan tiap tarikan napas..
rindu itu menyiksa.”

"Ya ampun ... pada romantis amat sih temen-temenmu ?" kata temen saya yang lain, sambil cekikikan buka-buka inbox hp saya. Yang punya pikiran jail dengan tampang full of curigation, dengan galak nanya, "sapa nih ?" tenang mbak, saya belum ketemu ama makhluk beda alam yang sah secara hukum diperkenankan kirim-kirim yang model begituan kek kek kek ... kalaupun ada ...sudah ditindaklanjuti secara hukum, pasti.

Selama ini saya suka dianggap dan seringkali menganggap saya orang yang romantis. Tapi belakangan jadi makin ragu sama persepsi saya sendiri. Karena begitu dapet sms-sms yang gombal begitu ... gubrak! ga tau mo bales apa. mo bilang ... jika kau lihat bintang ... ih, Peter Pan banget. lagi juga kalo orangnya di pantai, di Lembang or dimana gitu yang bisa ngeliat bintang, lha kalau dipuncak yang udah paciweh gitu ? mana bisa dia ngebedain yang mana bintang yang mana bohlam ?!

Dari sekian sms yang datang, dikit-dikit walau ga valid saya bisa ngebedain, mana yang asli romantis bawaan orok, mana yang sedang 'magang' jadi orang yang lebih romantis. kayak begini ...

Bila kita bersama mengemban amanah dakwah
denganmu kulihat semua berwarna indah
denganmu wahai saudariku...
denganmu ...
love u ... met tidur =)

Ini dikirim sama teman dekat saya yang saya kenal sebagai bagian dari left brain regime. sistematis, logis, dingin (?). Contohnya kita bisa lihat dari kalimatnya. Ada ripitasi yang menandakan dia ga tau mo ngomong apa lagi ( denganmu wahai saudariku ... denganmu ...n then dia stuck.. mo ngomong apa lagi yah ? ya udah selamet tidur aja... hiihi) orangnya sendiri emang simple, kalau ngomong, kalau curhat sama dia yang fokus. Harus ada solusi yang dihasilkan. Gaya komunikasi yang maskulin kan ? (jadi orang yang maskulin ga romantis yah ?)

Atau ada juga yang sekedar 'me too' itu kayak sms dibawah ini, yang udah berapa kali saya terima, tapi dari orang yang beda-beda (duh, mudah-mudahan jadi amal jariah buat yang pertama bikin, karena membahagiakan orang lain dengan sms ini). Err... saya juga masuk golongan yang ini sih, karena itu tadi... mungkin saya romantis secara situasional dan .. err.. personal juga kali ye. Jadinya kelabakan kalau mo ngebales yang beginian *hey, kamu yang dikepala saya, yang suka ngegombal itu, dimana kamu ?!*

pa kabar cinta ? semoga selalu berpeluh rinduNya
pa kabar hati ? semoga selalu bersih dari noda
pa kabar iman ? semoga selalu melangkah maju
selalu ada Allah di tiap nafas kehidupan ..miss u

Yang sedikit std bisa aja bunyinya gini

Have a nice sleep
hope u had a better day for tomorrow
don't forget to pray for me ...

Tapi entah yang dengan susah payah dikarang, entah yang sekadar forward-an, tetep aja bahagia tak terkira, tiap kali sadar ada tali ukhuwah yang cukup kuat diantara hati-hati yang ada, untuk sekedar mengirim kita sebuah sms mesra seperti ini

pa kabar cinta ?
semoga Allah senantiasa menjadikan harimu penuh berkah dan hidayah,
semoga Allah mengampuni segala dosa dan memberimu tempat di surga

haaaaaah ...
senengnya digombalin
*ge sayaaaang .... sms-nya semua ketrima ... ma kasiy ya cinta =)

Friday, September 24, 2004

soulmate

Di pagi yang masih buta, Dia telah bisikan bahwa kita akan berlayar dalam sebuah perahu berdua. Dan tak ada satu jiwapun di dunia yang dapat menyela tali yang telah ditautkannya pada kaki kita.Berlayar di samudera tak bertepi, kau dan aku membaca gelombang menerjemahkan gugusan bintang.Hingga arah perjalanan menjadi sedikit pasti menuju akhir dunia yang tak abadi. Dan ada saatnya di suatu masa kita terbebas dari perbudakan puisi dan kata-kata.

Belum tibakah saatnya ? masih adakah tugas yang harus dikerjakan ? lihat, senja telah menyelimuti pantai bersama pudarnya burung-burung camar terbang kembali ke sarangnya. siapa yang tahu kapan rantai-rantai akan diputuskan, dan sang perahu, laksana cahaya mentari terbenam yang meredup, lenyap ke dalam gelap malam.

Thursday, September 23, 2004

September Setahun Lewat ...

Hari ini satu tahun Bapak meninggal. hiks, ga kerasa dah satu tahun ayahanda bokap pergi melanjutkan perjalanannya. tadi malam, sebelum tidur, sempet kepikiran dan akhirnya bertanya retoris sama mama. "Mah, Bapak lagi ngapain yah sekarang ?" aneh kan ?actually, pertanyaan itu juga kedengeran aneh buat kuping saya sendiri. pertanyaan itu biasanya muncul kalau kakak saya lagi 'ngilang' ke hutan buat penelitian, atau ketika kakak saya yang perempuan pindah ke tempat suaminya, menambahkan satu lagi aura sepi di rumah. Tapi buat orang yang sudah meninggal ? lagi ngapain disana ? sedang ongkang-ongkang kaki menikmati segala amalan baiknya selama dunia ? God, please, say yes.

Sudah hampir tidak pernah bermimpi bertemu Bapak lagi. Dulu, waktu Bapak baru 'pulang', beberapa kali saya bermimpi tentang dia. Tidak bicara, tidak mengatakan sesuatu. hanya diam dan kadang-kadang tersenyum. Wajahnya bersinar kuning langsat, sama seperti dulu ketika meninggal. Pak Taufik, staff IT disini, yang tujuh turunan betawi asli itu bilang"Katanye, kalo kagak ngomong berarti emang bener didatengin, tapi kalau gimane-gimane itu biasanye, jinnye," wuaks!

kalo begitu ? alhamdulillah...

anyhow ...
berpisah, dipisahkan dari orang-orang yang kita sayang lewat kematian, perpisahan atau (ehem) kasih yang tak sampai, ternyata tidaklah seburuk yang dibayangkan. Dulu saya mengira bahwa kematian bapak atau mamah saya, akan jadi sebuah kepedihan yang tak tertahankan. membayangkannya saja sudah bisa membuat saya tersedu, menggigil karena sedih. Saya ingat, waktu kecil dulu saya tidak akan bisa tidur sebelum bapak pulang. Atau ketika bapak tertidur pada saat mengeloni saya, saya akan diam-diam mengintip memandang perutnya yang naik turun. bersiaga, jangan-jangan tidur akan mencuri kehidupannya.

Dan ternyata Bapak saya meninggal.
kepedihannya memang tidak tertahankan. Tapi jauh-jauh hari kami sudah dipersiapkan. Bapak waktu itu banyak mengingatkan bahwa tiap yang berjiwa pasti akan mati. Bahwa tidak ada yang perlu disesalkan, tidak ada yang perlu ditakuti "Bapak, sudah titipkan mamah dan kalian semua sama Allah," dan siapakah sebaik-baik penjaga selain Allah ? sementara itu, Mamah, membantu kami dalam menjalani proses kepulangan itu. Ketika saya menangis karena tidak tahan melihat begitu banyak selang di setiap lubang tubuhnya, Mamah mengingatkan "jangan begitu, kita orang beriman, kita tidak seperti itu kalau diberi ujian ..."

Dan akhirnya Bapak saya meninggal.
tapi ternyata selalu ada kata usai.Tidak hanya untuk pesta, tapi juga untuk sebuah kesedihan. Dan saya yakin, kalau Bapak melihat ini, dia pun tidak akan senang melihat anaknya bermellow-mellow ria dalam sesuatu yang memang sudah jadi kepastian dari Allah. Bapak seorang yang romantis yang dengan lancar bisa menceritakan dari awal hingga akhir cerita pertemuannya dengan mamah saya. Tapi seingat saya, dia tapi tidak pernah terjebak pada kenangan yang melankolik.

well, moral lesson yang diperoleh tahun kemarin, jelas sangat sangat banyak. dari berbagai kehilangan yang saya alami, dari berbagai macam perpisahan yang terjadi, akhirnya Allah mengajarkan saya banyak hal. bahwa kadang pelajaran terbaik tentang kehidupan, justru kita dapat ketika Allah memasukan kedukaan dalam kehidupan kita. Bahwa seberat apapun ujian, Allah tidak akan pernah memberikan ujian yang tidak sanggup kita atasi, bahwa segala kepedihan yang menimpa, bisa jadi adalah bukti kasih sayang-Nya. untuk menghapus dosa, untuk meningkatkan derajat kita dengan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang Ia berikan untuk kita. Belajar tentang apa arti optimisme yang mestinya terpatri di dada setiap orang beriman. belajar percaya pada janji Allah bahwa setelah kesulitan ada dua kemudahan. Ada rahmat bagi orang-orang yang sabar. Dan berkali-kali Allah mengingatkan mereka yang goyah dengan kalimat "dan sungguh, janji Allah itu benar" (inna wa'dallahi haqqu). Dan yang tak kalah penting, pelajaran dari September tahun kemarin adalah ... bahwa kadang kita menderita bukan karena kita mencintai, tapi kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita (quote from anis matta)



"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mngucapkan 'Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (2:154-157)

“(Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Al Mulk: 2)

Wednesday, September 22, 2004

DARI FAIZ ...

SURAT UNTUK PRESIDEN BARUKU

Kepada Yang Terhormat
Bapak SBY
Di tempat

Assalaamu'alaikum.
Apa kabar, Pak? Aku berharap Bapak baik-baik saja
seperti aku saat ini.
Bapak, namaku Faiz. Sekarang aku duduk di kelas III
SD. Aku suka sekali
membaca dan menulis. Alhamdulillah aku sudah
menerbitkan dua buku. Tahun
lalu aku mengirim surat pada Ibu Presiden. Kata orang
suratku lucu. Ibu Mega
sempat juga membalasnya.

Bapak sayang, selamat ya sudah dipilih rakyat sebagai
Presiden Indonesia
yang baru. Selain bersyukur, aku tahu Bapak pasti
deg-degan. Soalnya menjadi
Presiden itu kan susah. PR-nya banyak sekali, lebih
banyak dari PR seluruh
murid sekolah di dunia ini.

Aku tahu juga sedikit tentang PR itu, Pak.
Misalnya PR bagaimana membuat
rakyat tersenyum. Kan susah ya Pak. Kalau semua harga
mahal, untuk makan, berobat dan sekolah saja susah,
bagaimana rakyat mau tersenyum?
Apalagi cari pekerjaan pun sukar sekali.
Kudengar di luar negeri banyak tenaga kerja
kita yang disiksa.
Terus juga PR untuk membuat negeri
kita lebih aman.
Agar jangan banyak orang jahat berkeliaran, apalagi bawa
bom segala. Kami takut sekali.

Kalau bisa nanti negeri kita tidak mendapat rangking I
lagi untuk korupsi.
Sedih kalau ingat itu. Padahal teman teman kecilku
banyak yang harus
berjuang di jalanan. Padahal negeri kita kaya.
Makanya
aku harap Bapak bisa
peka dan tegas. Mimpiku sih ingin punya presiden yang
dekat sekali dengan
rakyat.
Tidak malu makan di warung, sering jalan ke
tempat kumuh, ngobrol
dengan orang kecil seperti aku dan sering tersenyum.

Bapak yang ganteng dan pintar,
Betapa berat menjadi presiden yang tumbuh dari duka
lara rakyat. Apalagi
rakyatnya selalu berharap terus seperti aku. Ya
seperti yang Bapak bilang,
Bapak tak bisa berjuang sendirian, tapi bersama kita
bisa! Aku yakin itu!
Aku juga ingat kata Bunda, kalau kita menjadi orang
baik dan punya hati yang
bersih, kita akan dicintai tidak hanya di bumi tapi
juga di langit. Makanya
aku berdoa semoga nanti tak ada lagi airmata duka.
Hanya ada pelangi di mata
kita. Seperti lagu yang sering Bapak nyanyikan itu
loh.

Selamat berjuang, Presiden baruku. Aku akan selalu
mendoakan Bapak. Tapi
kalau Bapak salah, biarpun Bapak Presiden, Doktor dan
Jendral berbadan
tegap, aku boleh menegur ya? Dan Bapak jangan marah
ya, sebab itu aku
lakukan karena cinta.
Jakarta, 21 September 2004


Salam hormat
Abdurahman Faiz
Kelas III SDN 02 Cipayung, Jakarta Timur

God Bless Indonesia ...

yup, looks like the new man has arrive. Biar blum selesai, dari hasil Quick Count, kayaknya Indonesia akan punya presiden baru. Yah, walau tentu aja kuciwa karena bukan pak Amien (yang soleh, pinter dan matanya bagus itu hihihi ...) yang akhirnya naik tapi Indonesia sudah memilih. selamat! selamat. selamat?
Allah Maha Tahu. Harapannya cuma satu. Semoga Dia tidak menghukum segala kelemahan dan kemaksiatan yang kita lakukan dengan memilihkan untuk ummat ini, seorang pemimpin yang dihatinya tidak ada cinta. kepadaNya, ataupun kepada ummat ini.


Sunday, September 19, 2004

rapat.. rapat

Hari ahad tapi rapat dikantor. ga pa pa dunk, jadinya itungannya lembur he he he ...
mengevaluasi plus merencanakan lagi program kerja untuk tahun anggaran berikutnya. Disini kami pake kalender hijriyah. Jadi tahun anggaran baru dimulai dari Ramadhan sampe Sya'ban. BTW, emang tahun anggaran berikutnya aku masih disini ?

from the bottom of my heart ? hopefully....

Tapi tetap aja, godaan untuk meloncat dan mencoba sesuatu yang saya pikir "kayaknya saya tercipta untuk itu deh!" kadang masih timbul. walau kemudian dipendam dalam-dalam kalau ingat betapa banyak nikmat-nikmat yang dengan nyata ataupun terang-terangan Allah berikan lewat tempat ini. hey, ingat dong non, dimana lagi tempat kerja yang bisa kasih harga layak, plus shalat berjamaah setiap waktu, plus ceramah dan kultum, plus muhasabah tiap tiga bulan, plus tahsin tiap minggu! feel it's so abundant. Kemewahan yang sangat, sangat, sangat berlimpah, meruap setiap harinya disini. Hanya kadang pandangan manusia kita yang terlalu sempit, membuat kita kehilangan kemampuan untuk melihat anugerah-anugerah dari yang Maha Halus.

wahai pemilik hati, tetapkan hati ini pada agamaMu ...

Friday, September 17, 2004

ngomongin Torey ....

dah lama banget ga nengokin blog. jadi mutung gara2 selalu ditolak karena paswordnya salah.

hmm... kemarin sakit. Keluhan utamanya demam, sakit dibagian dahi, dan tonsil membengkak.
kemungkinan sih sedikit kecapekan. dr. Yuni bilang "makan aja yang banyak ..." yah si dokter, ada juga demam ga ilang, ndut iya ...

mungkin karena hari Ahad pulang balik jakarta-bogor, isi daurohnya anak akper. rencananya hari selasa mo puasa daud, jadi dari rumah ga sarapan. padahal dari hari senin sore ga makan-makan. ujung2nya pusing dan niatan puasa dibatalin. hah! gotcha! tau sendiri hukum biologis yang berlaku buat attin. ga sarapan artinya masuk angin! boleh deh ga makan seharian, asal pagi keisi. Rabunya diajak mba Yayuk ke makan n pulang dah malam. Dan waktu saya ga kuat nyentuh air karena dinginnya, padahal jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam... baru deh nyadar bahwa ada sam ting wong nih kayaknya. bener aja, semaleman demam dan besoknya otak saya nyerah buat ngasih komando badan ini untuk bergerak ke kantor.Walhasil berbaring seharian di tempat tidur. Alhamdulillah menyelesaikan Kevin-nya Torey Hayden n buku baru Ust. Rahmat Abdullah, Untukmu Kader Dakwah.

Seminggu sebelumnya saya menghadiri ceramah umumnya Torey Hayden, It's My Life di Depdiknas. Buat yang terpesona sama sihir imajinasi JK Rowling, atau detail sejarah dalam petualangan Karl May, jelas Torey itu diluar hitungan. Vita bilang, membosankan, terlalu naratif. well, sometimes real life, indeed not too full of suspense. tapi dalam torey hayden ada kegigihan sekaligus kejujuran akan keterbatasan. pengakuan akan adanya keputusasaan yang secara manusiawi bisa menyergap kapan saja. Justru 'pengakuan' akan keterbatasan diri, penerimaan itu yang justru jadi kekuatan setiap orang untuk terus bertahan menjalani apa yang dicita-citakan. dan waktu saya ketemu orangnya langsung, apa yang saya persepsikan didepan mata, tidak terlalu berbeda dengan apa yang saya persepsikan dari bukunya. Tampil jauh dari kategori modis, Torey tampak seperti ibu-ibu yang biasa ditemui di mall. matanya biru, kecil, namun hangat. Senyumnya tulus. rambutnya tidak berglombang lembut seperti di bukunya, tapi lurus (thanks God, bukan direbonding!) yang semakin menambah kesan bahwa Torey bukan tipikal orang yang mengikuti perkembangan di majalah mode. sama sekali tidak tampil dengan aura intelek, Torey lebih sering membuat kami tertawa dengan bahasa tubuhnya yang lepas dan santai. mereka yang hadir, yang kebanyakan mahasiswa psikologi, psikolog atau mereka yang berkecimpung di pendidikan anak dengan kebutuhan khusus (walaupun yang datang dengan motivasi yang lebih ngepop, minta tanda tangan, seperti saya contohnya, juga banyak) tentu saja antusias bertanya soal teori dan metodologi. Torey dengan rendah hati mengatakan bahwa 'im not part of ur history, ur society, im not even ur religion, i dont even understand ur language. it would be very arrogant for me to come here n said to u; thisthe best way, my way is the best way for u..." intinya dia ngebalikin lagi, bahwa masalah orang indonesia, orang indonesia sendiri yang punya solusinya. apa yang dia terapkan, mungkin berhasil disana, tapi tidak menjamin akan berlaku sama disini. (hah! so listen about that
mr.Bush!) padahal biasanya, bule, entah karena superioritas identitas sebagai negara maju, entah karena self konsep bangsa kita yang begitu jongkok sehingga mendewakan segala yang datang dari mulut bule, selalu tampil penuh teori, cerita yang menyiratkan yang sebaliknya dari apa yang dikatakan Torey.

menatap dia, kemudian mengingat kelakuan presidennya dan geng presidennya, saya jadi teringat pada salah satu bagian dibukunya. "mereka yang berkuasa berpikiran sempit, bodoh, dan kekanak-kanakan." keluhnya pada Dr. Rosenthal. "karena orang yang berpikiran luas, cerdas dan dewasa, terlalu sibuk bekerja" jawabnya. salut for Torey ...

Wednesday, September 08, 2004

JOMBLO

sepi itu
tak pernahkah ia datang diam-diam menyergap hatimu
mengiris kehangatan dan mencelupkannya ke dalam beku ?
aku sedang
dan pedihnya menggoyahkan bulir kesabaranku satu demi satu

-----------------------

beberapa hari ini topik ym ama vita ga jauh dari topik kegemaran para jomblo. soal jodoh. lucu juga kalau mencoba menganalisa fenomena kecocokan 'chemistry', aura and etc dari yang sebuah ikatan yang namanya jodoh. subhanallah

jadi inget ama omongan seorang temen "kalau aja jodohku pake alarm yang langsung bunyi kalau dia mendekat, pasti urusannya jadi gampang"

he he he
Allah pasti tersenyum denger itu semua ...

*buat yang sedang dalam penantian. semoga bisa bersikap iffah untuk sebuah izzah