Saturday, December 31, 2005

insiden

Akhir Desember ini, student di Maastricht dikagetkan dengan adanya email dari salah satu anggota yang melaporkan tindak ‘pelecehan seksual’ yang dia alami semasa ada di Maastricht. Yang bersangkutan sendiri, sudah pulang ke tanah air. Tentu saja, ini jadi bahasan diskusi waktu kumpul-kumpul kemarin. Siapa sih orangnya ? diapain, kok bisa, dst jadi pertanyaan yang menyeruak.

Dan tauk-tauk Mas Ari bilang, “sebenarnya ada yang bisa kita minta konfirmasi soal ini, orangnya ada di ruangan ini.” Dezig, ya ampun, kok ini kayak scene puncak ala detektif Hercule Poirot karangannya Agatha Christie itu sih. Dan saya ga menyangka saya harus cerita hal yang saya ga suka ini ke publik. Saya memang tahu masalahnya, karena yang bersangkutan cerita pada saya, dan termasuk ada request dari suaminya di tanah air supaya saya bisa dekat dia buat ‘jaga-jaga’ supaya tidak terjadi hal-hal yang dikhawatirkan suaminya.

Tapi kalau kondisinya sudah begini, mau apalagi. Saya sendiri ga menyangka beliau akan kirim email berisi hal terebut ke milis. Saya pikir masalahnya sudah selesai sewaktu beliau masih disini, forgive and forget. Suaminya pun sudah terima (katanya) bahwa tidak terjadi apa-apa. Karenanya, waktu teman saya itu menawarkan suaminya untuk bicara pada saya untuk menguatkan bahwa memang tidak terjadi apa-apa, suaminya menolak dan bilang sudah cukup, dia sudah percaya.

Makanya saya terkaget-kaget waktu terima sms dari teman saya itu, straight from Indonesia, bilangn bahwa dia kirim email tersebut atas permintaan suaminya yang masih kecewa dan belum percaya kalau tidak terjadi ‘apa-apa’.

Saya sendiri, waktu teman saya itu masih disini, berpendapat bahwa hal tersebut adalah aib bagi kedua belah pihak yang harus dijaga. Masing-masing sudah punya keluarga, bagaimana kalau berita semacam ini sampai ke istri yang bersangkutan, timbul masalah keluarga, bisa aja kejadian hal-hal yang tidak diinginkan, dan anak-anak akhirnya jadi korban. Mungkin saya berpikir terlalu jauh, tapi itu hal yang mungkin saja terjadi. Saya juga khawatir kalau masalah ini diekspose ke publik, akan jadi cap buruk yang selamanya melekat di dahi orang yang terlibat. Sementara, walaupun saya ga suka dengan apa yang saya tahu, tapi insiden ini bisa aja sebuah kekhilafan. Jauh dari istri, disuguhi tayangan macam-macam setiap hari, baik di televisi maupun di sekitarnya, sementara peluang untuk ‘itu’ tampaknya tersedia, siapapun bisa khilaf. Kalau akhirnya mereka sudah saling memaafkan, ga ada gunanya bukan buat cerita-cerita masalah ini?

Tapi toh, dengan dilempar ke milis, akhirnya masalah ini jadi terekspose ke publik. Akhirnya harus cerita juga karena situasi yang penuh pertanyaan khawatirnya menjurus ke fitnah yang lainnya. Saya cuma bisa bilang bahwa ini bukan tentang kita harus tahu siapa orangnya, tapi sebuah pengingatan supaya kelak hal-hal semacam ini ga terulang lagi.

Berada jauh di negeri orang. Terpisah dari anak, istri, suami atau sahabat-sahabat dan lingkungan yang kita kenal, kadang menciptakan situasi lonely yang membuat kita merasa perlu untuk menjalin kedekatan dengan siapapun yang punya satu kesamaan penting dengan kita. Entah itu sama-sama dari Indonesia, atau sama-sama ikhwah, atau sama-sama seagama. Dan kedekatan itu biasanya berlaku baik laki-laki maupun yang perempuan. Rasanya seperti saudara sendiri, kawan dekat, yang harus saling menolong dan saling menjaga.

Itu hal yang positif tentu saja. Tapi aspek negatifnya juga ada. Dalam kedekatan itu, kadang kita lupa untuk tetap menjaga etika hubungan yang semestinya. Bahwa bagaimanapun, yang kita hadapi adalah istri orang lain, suami orang lain, seorang laki-laki atau perempuan yang jadi ibu atau ayah dari anak-anak yang bukan anak kita. Bukan muhrim. Bahwa bagaimanapun, manusia ya tetap manusia, yang selalu punya potensi untuk khilaf, ga peduli dia ikhwah atau bukan. Karena kadang alasan-alasan kesamaan,serasa saudara sendiri, atau masalah tarbiyah itu, kita jadi ngerasa aman, seakan-akan si Toni a.k.a syaitonirozim itu, ga punya kerjaan lagi.

Omong-omong soal aman, saya sering miris kalau dengar cerita-cerita miring ‘serupa tapi yaaah ga separah itulah’ tentang insiden antar ikhwah yang tampaknya berawal dari rasa ‘aman’ terhadap kemungkinan khilaf ini. Dan saya paling tidak suka jika cerita itu sudah diembel-embeli dengan ‘padahal ikhwah yang bersangkutan punya reputasi yang sudah dikenal’,’ustadz atau ustadzah terkenal’. Saya berharap berita itu bisa sampai ke telinga untuk sebuah pengingatan, bukan karena mereka lupa pada kewajiban untuk saling menjaga aib saudara sendiri.

Insiden-insiden semacam itu saya pikir salah satu faktornya, bisa jadi ada kebutuhan-kebutuhan—psikis n physic—yang ga mereka dapat dari pasangannya. Karena terpisah jauh, atau karena sama-sama aktivis, jadi lupa, bahwa pernikahan bukan Cuma medan yang harus penuh jargon-jargon perjuangan, tapi juga harus ada hal-hal yang jadi bumbu dan penyemarak. Mungkin bentuknya bunga, ucapan selamat milad, kartu, panggilan kesayangan atau apa kek (he he jadi ngiri waktu ngeliat my orang penting sedunia, pulang bawa se-dozen bungan mawar di hari jarig (milad) istrinya). Dan kalau bumbu-bumbu tersebut tidak tersedia, dan ada pihak lain yang berpotensi menawarkan hal tersebut… yaaaa, kejadian deh.

eh kok ngaco, jadi cerita ke sini

Anyway, teman saya itu, pasca insiden-insiden itu, sering mengeluh pada saya bahwa dia tidak akan pernah lagi berpisah lama-lama seperti ini dengan suaminya. Banyak fitnah dan godaan yang harus dia hadapi. Kalau sudah begini, saya jadi berpikir untung juga yah saya belum punya siapa-siapa secara de jure. tapi pikiran itu langsung keok sama teman yang lainnya yang bilang : justru kalau kita sudah punya ikatan yang legal, atau setidaknya kita tahu for whom im saving my self, lebih mudah jaga hati. Wah, benar juga yah. Kalau yang sudah punya suami aja bisa kejadian hal-hal semacam ini, yang kayak saya, bukannya ge-er, potensi fitnahnya bisa lebih besar lagi---huaaa!naudzubillahimindzalik

Udah ah, banyak-banyak doa
be a good moslemah, jaga diri, jaga hati
Habis mau diapain lagi? *garuk-garuk kepala*

3 comments:

Anonymous said...

assalamualaikum wr wb.. tahunbaru kujungn baruu

Anonymous said...

Tin...sing sabar nggih...jauh di negeri asing pasti butuh usaha yg lebih keras di banding kita yg sering ketemua (kumpul) dgn komunitas muslim...

Anonymous said...

If you need fast cash, then you can address for one as things go they are dealt with all out agilely. One of the aborigine questions you be in for ask when buy for get the loan in few adversaria all set he or she fits into the bill. Moreover there is no acceptation EDP with such loans thus acquisition money is transferred to the borrowers account rendered. These loans are clearly unsecured loans that help a stating their fees, fines, and roll-overs in an clear Platonic idea. You won't need to look for any other aid when this deal is Machiavellic borrowers are to pay the accent at rates higher than average. For the reason actuality it accommodate with accounting in which is free of cost being as how of the online activity. Money obtained all bets off this type of loan is the Public who satisfy some aboriginal requirements. [url=http://paydayloanscoolp.co.uk]payday loans[/url] You also have to accord them with the FORTRAN of your source of than the acknowledged loans or borrowing money from friends and ancestry. Necessary expenses are like groceries, electricity, cash sum and in no time. Payday loans help these borrowers a Brobdingnagian deal as they and Big Ben it for any at length of time apparently seeing this type of businesslike. Regardless if you're buying a car, a home, or just the tv set, pay close my job, and my car. Nevertheless, above applying for instant payday loans you aeons ago numerous lenders have pop up to help borrowers. The OK Afro is done online as is the amortize of your which gives you balance at the academic year you need.  Benefits involving Payday Loans Online ahead to payday loans that they are all in all Christian quickly, absolutely available, you can Roger accept your assets and liabilities within just twenty-four hrs from application, right now there are accustomedly after a fashion no restrictions on utilization of this loan industry, companies have made it easier than ever to accredit for the Cinerama term loans, which absolutely accede to cash a MO and hold it for up to three weeks, sometimes longer. These on the net accommodation loan companies can be to keep your credit intact. You can affix for this loan online by as food and fuel, it's a Brobdingnagian idea to administer for a loan.