Wednesday, August 18, 2004

Mas Piet

19 November

Selamat Datang Mas Piet!

Senin itu agak sedikit lemas sebenarnya buat saya yang baru seminggu sebelumnya kena typhus. Namun hari itu ada yang membuat hati saya terlonjak dari tempatnya dan mempush semangat saya, ketika dari balik rimbunnya pagar wareng mushalla, saya mengenali sosok wajah yang sudah lama saya kangeni keberadaanya di Mushalla.

Mungkin untuk anak FISIP angkatan 2000 dan 2001 Mas Piet tidak terlalu banyak berarti. Mas Piet mungkin cuma sekedar laki-laki yang hampir setengah baya, tugasnya ngurus mushalla, ada sandal hilang, tas hilang datang ke Mas Piet, Mas Piet ngedumel ngalor-ngidul sebentar, maki-maki maling sialan yang nggak pernah tobat itu dan setelah itu ya … nasib anda sendiri dong, Alhamdulillah kalau barangnya bisa ketemu, kalau nggak ya mudah-mudahan cukup berharga untuk dikonversi dengan dosa-dosa yang juga tak kalah banyaknya.

Namun buat saya Mas Piet sedikit (jangan banyak-banyak nanti ge-er) lebih dari itu. Kalau ada yang bilang bahwa semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru, maka Mas Piet, kalaupun dia guru … adalah guru yang sanggup membuat otak sederhana anda (dan saya) ngacir karena “aduh Mas Piet nggak ngerti, nggak nyampe…!”


Belum mengalami ? berarti interaksi anda dengan Mas Piet belum cukup dalam. Kalau Albus Dumbledore-nya Harry Potter kata-katanya perlu direnungi sekerut dua kerut lipatan dahi, baru bisa dimengerti, maka kata-kata Mas Piet …untuk saya mungkin musuh kecantikan kulit wajah yang ketiga setelah matahari dan debu.

Dan ketika Mas Piet pergi, tiap kali saya melangkah kedalam mushalla terasa ada yang sesuatu kosong. Bukan mushalla itu sendiri. Mushalla tetap kokoh, tetap bersih, rumputnya masih hijau, bunga sepatunya masih sama, dan burung-burung pipit masih tetap ramai. Tapi keapikannya, kebersihannya tidak lagi sama dan yang lebih tidak tergantikan saya rasa, ‘jiwa dari mushalla’ itu yang hilang. Dan selama berminggu-minggu saya rindu salamnya Mas Piet, gerundelannya Mas Piet terhadap para pengguna lantai atas yang tidak pernah sadar kebersihan, cita-cita islam rahmatan lil alaminnya Mas Piet, epistemologi dan aksiologi kain pelnya Mas Piet …

***ini sebuah gerundelan hati tentang seorang marbot mushalla Al Hikmah FISIP UI bernama mas Pitoyo. Salah satu orang yang dulu, waktu jaman-jamannya kuliah, tak henti-hentinya membuat saya pusing karena ocehan filosofis tingkat tingginya berkelindan diantara seliweran kain gombal yang dengan berseliweran membersihkan mushalla. Ketika saya menginjak semester lima, Mas Piet mulai hijrah, rupanya idealisme menjaga dan membersihkan mushalla, bagaimanapun harus mengalah. Piramida Abraham Maslownya, belum lagi sempurna mencapai segitiga. Seingat saya, seorang pemuda pendiam jangkung menggantikannya.

16 comments:

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...
This comment has been removed by a blog administrator.
jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

jamil said...

jadi kangen mas piet =(

(siapa bilang cerdas itu di dapat dari sekolah tinggi? cerdas ada dimana mana. bersumber dari sebuah kebodohan yang merindukan pengetahuan)

*salam kangen buat mas piet dimana aja beliau berada*

-ge' jamil-

Irfan Toni H said...

jadi kangen sama mas piet juga. huhuhuhuhu.

abi luthfi -- aka irfan

Anonymous said...

Excellent, love it! » » »

Anonymous said...

Excellent, love it! » »

Anonymous said...

best regards, nice info » » »

Anonymous said...

Salam buat temen2 yang selalu juga saya rindui...
Sekarang pun, ketika pada suatu kesempatan saya bisa maen ke FISIP UI, sulit juga ketemu dengan orang2 yang selama ini bisa menjadi karib. Mungkin saya ga' bisa menghubungi kalian satu per satu. Untuk itu, jika masih ada yang merindukanku sebagaimana aku merindukan kalian tekan nomer ini +6285640601765 atau +628882418875

Thanks all
- Maspiet -