Thursday, September 23, 2004

September Setahun Lewat ...

Hari ini satu tahun Bapak meninggal. hiks, ga kerasa dah satu tahun ayahanda bokap pergi melanjutkan perjalanannya. tadi malam, sebelum tidur, sempet kepikiran dan akhirnya bertanya retoris sama mama. "Mah, Bapak lagi ngapain yah sekarang ?" aneh kan ?actually, pertanyaan itu juga kedengeran aneh buat kuping saya sendiri. pertanyaan itu biasanya muncul kalau kakak saya lagi 'ngilang' ke hutan buat penelitian, atau ketika kakak saya yang perempuan pindah ke tempat suaminya, menambahkan satu lagi aura sepi di rumah. Tapi buat orang yang sudah meninggal ? lagi ngapain disana ? sedang ongkang-ongkang kaki menikmati segala amalan baiknya selama dunia ? God, please, say yes.

Sudah hampir tidak pernah bermimpi bertemu Bapak lagi. Dulu, waktu Bapak baru 'pulang', beberapa kali saya bermimpi tentang dia. Tidak bicara, tidak mengatakan sesuatu. hanya diam dan kadang-kadang tersenyum. Wajahnya bersinar kuning langsat, sama seperti dulu ketika meninggal. Pak Taufik, staff IT disini, yang tujuh turunan betawi asli itu bilang"Katanye, kalo kagak ngomong berarti emang bener didatengin, tapi kalau gimane-gimane itu biasanye, jinnye," wuaks!

kalo begitu ? alhamdulillah...

anyhow ...
berpisah, dipisahkan dari orang-orang yang kita sayang lewat kematian, perpisahan atau (ehem) kasih yang tak sampai, ternyata tidaklah seburuk yang dibayangkan. Dulu saya mengira bahwa kematian bapak atau mamah saya, akan jadi sebuah kepedihan yang tak tertahankan. membayangkannya saja sudah bisa membuat saya tersedu, menggigil karena sedih. Saya ingat, waktu kecil dulu saya tidak akan bisa tidur sebelum bapak pulang. Atau ketika bapak tertidur pada saat mengeloni saya, saya akan diam-diam mengintip memandang perutnya yang naik turun. bersiaga, jangan-jangan tidur akan mencuri kehidupannya.

Dan ternyata Bapak saya meninggal.
kepedihannya memang tidak tertahankan. Tapi jauh-jauh hari kami sudah dipersiapkan. Bapak waktu itu banyak mengingatkan bahwa tiap yang berjiwa pasti akan mati. Bahwa tidak ada yang perlu disesalkan, tidak ada yang perlu ditakuti "Bapak, sudah titipkan mamah dan kalian semua sama Allah," dan siapakah sebaik-baik penjaga selain Allah ? sementara itu, Mamah, membantu kami dalam menjalani proses kepulangan itu. Ketika saya menangis karena tidak tahan melihat begitu banyak selang di setiap lubang tubuhnya, Mamah mengingatkan "jangan begitu, kita orang beriman, kita tidak seperti itu kalau diberi ujian ..."

Dan akhirnya Bapak saya meninggal.
tapi ternyata selalu ada kata usai.Tidak hanya untuk pesta, tapi juga untuk sebuah kesedihan. Dan saya yakin, kalau Bapak melihat ini, dia pun tidak akan senang melihat anaknya bermellow-mellow ria dalam sesuatu yang memang sudah jadi kepastian dari Allah. Bapak seorang yang romantis yang dengan lancar bisa menceritakan dari awal hingga akhir cerita pertemuannya dengan mamah saya. Tapi seingat saya, dia tapi tidak pernah terjebak pada kenangan yang melankolik.

well, moral lesson yang diperoleh tahun kemarin, jelas sangat sangat banyak. dari berbagai kehilangan yang saya alami, dari berbagai macam perpisahan yang terjadi, akhirnya Allah mengajarkan saya banyak hal. bahwa kadang pelajaran terbaik tentang kehidupan, justru kita dapat ketika Allah memasukan kedukaan dalam kehidupan kita. Bahwa seberat apapun ujian, Allah tidak akan pernah memberikan ujian yang tidak sanggup kita atasi, bahwa segala kepedihan yang menimpa, bisa jadi adalah bukti kasih sayang-Nya. untuk menghapus dosa, untuk meningkatkan derajat kita dengan pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang Ia berikan untuk kita. Belajar tentang apa arti optimisme yang mestinya terpatri di dada setiap orang beriman. belajar percaya pada janji Allah bahwa setelah kesulitan ada dua kemudahan. Ada rahmat bagi orang-orang yang sabar. Dan berkali-kali Allah mengingatkan mereka yang goyah dengan kalimat "dan sungguh, janji Allah itu benar" (inna wa'dallahi haqqu). Dan yang tak kalah penting, pelajaran dari September tahun kemarin adalah ... bahwa kadang kita menderita bukan karena kita mencintai, tapi kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita (quote from anis matta)



"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mngucapkan 'Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk" (2:154-157)

“(Allah) Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Al Mulk: 2)

No comments: