Friday, October 01, 2004

Surat dari Seorang Kakak untuk Adiknya

Assalamu'alaikum sayaaaaaangg.....
semoga jawaban ini belum terlambat.....cause i really love and care about you and always hope
that what's happens to you is always the great and the best one. Okay...
So, baca baek-baek dengan jiwa tenang dan open mind.
Oke...
sayang...
waktu seusia kamu, setiap kali aku ngobrol ama temen-temen, entah itu temen kuliah, temen liqo, temen SMU, temen senat....ujung-ujungnya selalu ngomongin soal walimah en kehidupan rumah tangga. Baik yang konsep (seperti suami seperti apa yang kita idamkan, keluarga seperti apa yang akan dibangun) sampe yang teknis macam berapa standar penghasilan (calon) suami
en barang-barang apa yang mau diminta sebagai mahar dan seserahan (waktu itu kita sempat bikin target: mahar kudu ada emasnya, en seserahan kudu ada mesin cucinya. (hehehehe....saking takutnya disuru nyuci!)
Toh, ternyata tidak sesederhana (dan juga tidak sesulit) itu kehidupan berumah tangga pada akhirnya.

Sayang,
Menikah bukan cuma mencari pasangan hidup, tempat kita berbagi rasa dan asa. Berbagi canda dan tawa. Berbagi duit (nah, ini baru asyik), berbagi rumah dan kamar...tetapi menikah itu(ehhmmmm....mikir dulu, biar gak kelihatan sok mau nasehat) adalah juga berarti upaya mencari (calon) ayah dari anak-anak kita, generasi penerus yang akan meninggalkan jejak-jejak kesalehan kita di atas muka bumi, di atas ladang amal saleh kita yang berupa hamparan dunia...

Juga berarti mencari seorang sahabat, teman curhat, tempat berbagi beban (baik beban kehidupan maupun beban dakwah).... Mencari seorang penegak di saat kita rapuh,mencari
pembimbing di saat kita menyimpang, mencari penyejuk di kala kita murka, mencari penegur di kala kita salah, dan mencari penuntun agar kebersamaan hidup berumah tangga itu dapat kekal sampai di surgaNya kelak...

Lalu, menikah juga berarti mencari titik batas dan kemampuan untuk bersabar, berkorban, tenggang rasa, simpati, empati, mengalah, bersyukur.

Menikah adalah sebuah proses panjang hidup dalam negosiasi, kompromi hingga adaptasi.
Lalu, siapa yang layak menanggung derita bersama kita? ceria bersama kita?
Bukan soal anak siapa, jebolan mana, penghasilannyaberapa, sekeren apa, atau canggihnya gimana....

Tapi
Apakah dia dan kita bisa mewujudkan rumah tangga, kelak,menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah dan penuh istiqomah

Memimpin dengan santun. Menegur dengan sabar. Mengayomi dengan ikhlas. Mendengar dengan rendah hati. Memaafkan dengan hati terbuka. Meminta maaf dengan lapang dada
Karena tidak ada artinya semua harta, jabatan, titel, suku, kebangsaan, ketampanan, kecerdasan...

Kalau tidak ada kesabaran,tidak ada tanggungjawab, tidak ada lapang dada, tidak ada komunikasi ,tidak ada canda tawa , tidak ada pengorbanan, tidak ada kepercayaan,
tidak ada prasangka baik

dan
Tidak ada keridhoan Ilahi yang utama

Mampukah kamu merajut cinta dalam cinta padaNya,dalam tilawah bersama ,dalam tahajjud berdua, dalam muhasabah sebelum tidur, dalam menghidupkan sunnah-sunnah manusia tercinta, Rasulullah SAW....

Benar, bahwa kita perlu teman hidup. Benar bahwa kita perlu penghasilan cukup bagaimana bisa hidup sakinah...kalau tidak punya duit-dan tidak tahu darimana akan dapat duit...). Benar bahwa kita merencanakan pernikahan dengan matang. Benar bahwa kita perlu mahar dan tetek bengek lainnya

Tetapi benarkah kita sudah memikirkan calon suami mana yang akan menjadi pelengkap hidup kita? Mengisi kekurangan kita, sekaligus kita isi kekurangannya? Menambah kelebihan kita, sekaligus kita tambah kelebihannya....
Agar hidup kita bahagia, sejahtera, di dunia dan semoga begitu juga kelak di akhirat

Dan ingat...

Begitu pernikahan dimulai
Argonya jalan...
Tiada lagi wali
Tiada lagi pemimpin
Tiada lagi 'penguasa'
Tiada lagi sahabat
Tiada lagi teman
Tiada lagi rahasia

Kecuali
Pada dia, suami kita

Maka, Menikah bukan UMPTN, yang bisa dilakoni secara coba-coba. Diulang tahun depan bila
gagal....karenanya, mandilah, ambil air wudhu, sholat, tilawah, bersihkan hati kamu, bersihkan pikiran, lalu bermunajat kepada Allah, mohon ampun sekaligus mohon petunjuk....
Ambil kertas, tulis ulang semua apa yang ada dalam
hati dan dalam kepala....

Insya Allah
kamu bakalan nemuin jawabannya.

Oke. Love u so much.

Fe'

*Imel dari Jamil. Uni Fe, pinjem suratnya*

7 comments:

Anonymous said...

vita :
hiks...berkali2 baca tulisan itu, kayaknya 'nyeesss...' gitu deh...hehe.
wah,...makin seru aja ya tin...

solilokui said...

yup!
teori yang berkali-kali dah ditelen tapi masiy gemeter aje klo nanya lagi ama diri sendiri, sanggup ga dalm parakteknya ?

Anonymous said...

...hhh, speechless.
ada yang pengen netes nih, dari pangkal hidung.
*sounds ridiculous?*

^.^ bonangbarung.deviantart.com

solilokui said...

hmm.. 'deathline' ? itu cuma perkara jam sosial yang dipake masyarakat kok pit..pan sebelum dilahirin udah terdaftar duh di kapan jam dan harinya. jadinya kagak ada tuh yang namanya deathline, yang ada pegel nungguinnya he he he ...

Anonymous said...

hmm. bagus. bagus. atin udah siap deh. teorinya udah mantep. tinggal dilaksanain. tulisannya juga bagus. kena, dan pas.

--abi luthfi

solilokui said...

he he .. cuma teori. jadi malu. gimana si kecil pak, masih jalan ala moonwalknya jacko ?

jamil said...

hehehe...
tin,
(kata vita kalu ngga sala)
makanya jangan ama supir taksi
biar argonya ngga jalan terus
hahahaha

(*plakk!* apa siy ge'!)