Thursday, October 21, 2004

"... agar kamu bertakwa"

Hari ini ada Bu herlini di acara ifthar jama'i akhwat kantor. Beliau bicara masalah amaliyah Ramadhan. Ternyata dari penjelasan Bu Herlini kemarin, baru tahu kalau perintah berpuasa dalam Albaqarah 183 itu tidak berdiri sendirian. Ada perintah-perintah lain yang redaksi penekanannya kurang lebih sama. Satu di ayat 178, tentang Allah mewajibkan qishsash dan tujuannya sama, agar kita bertakwa. Ini adalah sebuah upaya perbaikan di level sosial. karena hikmah dari qishash adalah memelihara kehidupan. Lho ?kok gitu ? lha iyah, dari situ kita tahu betapa Islam sangat menghargai kehidupan. Maka ketika seseorang mengambil kehidupan orang lain tanpa hak, berarti dia telah melakukan kerusakan.

Trus, yang kedua diayat 180. Allah mewajibkan pada orang-orang yang sudah didatangi tanda2 kematian untuk berwasiat kepada kerabat secara ma'ruf. Itu adalah kewajiban bagi orang yang bertakwa, begitu ujungnya. Ini adalah upaya di level keluarga. Jangan sampai kematian seseorang menimbulkan permusuhan dan kerusakan dikeluarganya.

Dan akhirnya tiba lah diayat 183 itu. Allah mewajibkan kita untuk berpuasa sebagai sarana tercepat bagi orang beriman untuk sampai ke derajat takwa. Sebuah upaya perbaikan di level individu.

Subhanallah, sekali lagi lewat Alquran , Allah menunjukkan sebuah petunjuk kehidupan yang seitematis dalam kehidupan manusia. Bahwa upaya perbaikan di tingkat sosial harus diiringi upaya yang sama ditingkat keluarga dan pribadi. Gimana mungkin mau punya masyarakat yang islami kalau keluarga-keluarga yang membentuk masyarakat itu tidak hidup dalam nilai-nilai islam, gimana mau membentuk keluarga islam kalau individu-individu didalamnya tidak kommit pada nilai-nilai islam. Gimana mau punya suami (uhuk,uhuk,uhuk, ehem .. *keselek MODE*) yang soleh kalau diri sendiri masih jauh ?

Dari pembuka itu terus si ibu (Herlini, maksudnya) menguraikan hikmah khutbah Rasulullah tiap kali menjelang bulan ramadhan. Ternyata kalau au diselami ternyata penekanannya justru banyak pada aspek hubungan antara sesama. Adalah mudah mencapai target-target ibadah pribadi; mo khatam Alquran berapa kali, bangun malam, shalat sunat dan eksetra-eksetra, Namun yang paling sulit adalah melaksanakan amaliah sosial yang menyangkut hubungan sesama manusia. Dari sini sebenernya cerminan seberapa efektif amaliah pribadi itu bagi diri kita.

Contohnya soal ghibah (wah, buat negeri seribu gosip gini, pasti seru nih). Yang jelas sore itu banyak diingetin bahwa jangankan kata-kata, bahasa tubuh saja sudah cukup membuat kita jadi pemakan bangkai saudara kita sendiri. Blum lagi transfer pahala dan dosa yang bener-bener bikin rugi. ada sebuah riwayat tentang seseorang di yaumil hisab yang terheran-heran dengan pahalanya yang menggunung yang seingat dia, tak pernah dilakukannya (dengan 'bagus' si Ibu kasih gambaran "berkontainer-kontainer ..."), dan ternyata itu pahala dari orang yang menggunjingnya. dan ketika pahala dari orang yang menggunjing itu sudah habis, maka yang ditarnsfer adalah keburukan-keburukan orang yang digunjingi.

Astaghfirullah! lumayan bikin shock lah, karena biasanya saya mengilustrasikannya dengan saldo tabungan yang menyusut (mungkin ga ngefek karena ada ingetan tiap bulan pasti ada gaji masuk he he). dan ilustrasi kontainer yang gedinya segana-gana itu, jadi kebayang banget ruginya.

Dan masih banyak lagi amaliah-amaliah dalam hubungan sosial lainnya. Taujih sore itu mengembalikan kesadaran bahwa kadang kita terlalu asyik mengejar target2 ibadah personal yang kita buat dan kita terlupa pada esensi yang ingin di capai dari puasa itu sendiri.

"... agar kalian bertakwa"

Pak Quraisy Shihab mengatakan bahwa takwa itu terambil dari kata waqa-yaqi yang artinya menjauh (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan*. Umar ra mengibaratkannya dengan seseorang yang berjalanan di jalanan penuh duri, maka ia akan berhati-hati untuk menghindarinya. itulah takwa.

Kata itu terulang sebanyak 15 kali dan ada puluha kata lain yang seakar dengannya. perintah untuk bertakwa dalam Alquran terulang sebanyak 69 kali, umumnya dengan redaksi ittaqullah, perintah bertakwa kepada Allah untuk berlindung dari siksa-Nya dan sanksi hukum-Nya.

Berpisah dengan Ramadhan nanti, mudah-mudahan Allah memberi kekuatan untuk masuk kedalam golongan orang yang berhati-hati melangkah di kehidupan. jadi mereka yang dapat menarik jarak dari keinginan nafsu untuk sejenak menilai, sudah benarkah keputusan saya ? apa manfaat yang saya peroleh untuk kehidupan dunia dan akhirat saya ?

Dan tiba-tiba jadi ingat, suatu subuh di bulan Ramadhan entah tahun kapan, waktu mo siap-siap ke masjid, almarhum Bapak berkata, "Denger,denger..." saat itu dari masjid suara kaset murrotal syekh Al Ghamidi mengalun merdu dari spiker masjid mengumandangkan surat Ali Imran ayat 133

"Bergegaslah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa ..."

(duh ...*hiks, kok mata ini jadi basah ?*

*Quraisy Shihab, Secercah Cahaya Illahi, Penerbit Mizan; 2001 (? lupa)

1 comment:

Anonymous said...

dari vita:

salam 'alaikum, sayangku...
subhanallah...seneng deh baca tulisan kamu ini. semoga aku juga bisa seperti kamu ya,...yang selalu bisa menyerap apa yang didengar, dan menarik hikmah besar di dalamnya, serta mampu meneteskan air mata tanda tak kesat hati ini kala mendengar ayat-ayat-Nya disebutkan.