Tuesday, September 06, 2005

H-3: Briefing Terakhir

Hari ini ke NEC buat ambil tiket, Stuned Award Letter, Insurance, dan briefing terakhir. Setelah itu ke Kedubes Belanda untuk mengambil paspor dan visa. Di NEC sudah hadir Nurul (FK UNDIP), Benny (FK UNAIR), Elida (Farmasi UNAIR), Astri (FKM UI), semuanya merupakan kamerad satu almamater di Maastricht nanti. Kami semua sudah kenal dan bertemu di Pre Departure Briefing tanggal 23 Juli kemarin. Diantara mereka I am the youngest one loh --- dan yang belum nikah-- he he he, so what gitu loh ?!

Punya teman seperjalanan tentu saja menyenangkan. Tidak harus deg-degan sendirian. Karena jelas, yang paling diinginkan kehadirannya ketika kita terbang 16 jam (bukan 13) ke negeri asing yang bahasanya didominasi huruf konsonan dan serba main tenggorokan, naik kereta 3,5 jam sambil membawa koper besar seberat 30 kg dan tentengan 10 kg, harus ganti kereta dua kali, adalah TEMAN SEPERJALANAN.

Kami semua dijadwalkan berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan KLM pada pukul 18.55. Tapi sayangnya, ada miskomunikasi antara pihak NEC yang mengatur booking tiket kami dengan KLM. Ketika konfirmasi terakhir, ternyata status Nurul dan Elida adalah waiting list. Dan pihak NEC tidak mengkonfirmasi lebih lanjut status mereka. Baru setelah e-ticket dibagikan kepada kami, kami baru sadar bahwa tanggal yang tertera di e-ticket milik mereka tercantum tanggal 28 Agustus. Sehari lebih awal dari yang sudah direncanakan untuk kami. Karena tanggal 29 sudah tidak ada seat lagi yang tersedia. Mungkin karena ini bulan-bulan menjelang musim kuliah dimulai, sehingga penerbangan ke Belanda jadi padat.

Hal ini cukup membuat kami kaget. Maklumlah Elida dari Surabaya, hingga pihak keluarga yang akan mengantar sudah diatur sedemikian rupa untuk tiba di Jakarta hari Senin, packing juga belum selesai dan tentu aja soal housing yang baru bisa masuk tanggal 30 nanti. Sementara Nurul sudah membeli tiket KLM untuk anaknya agar bisa ikut berangkat tanggal 29 nanti. Nurul sendiri buat kami sangat vital, karena sebagai orang yang sudah satu tahun tinggal di Maastricht (suaminya lulusan Delft dan sekarang sedang mengambil Phd di Unimaas), dia yang kami andalkan sebagai “ibunya anak-anak” yang memandu perjalanan kami dari Amsterdam ke Maastricht.

Elida sempat menangis dan Nurul segera sibuk mengurus kembali tiket anaknya dengan pihak KLM. Mba Siska yang bertanggung jawab sebagai staf senior yang mengatur ini semua, sanpai berkali-kali meminta maaf. Saya rasa memang bukan tugas yang mudah mengatur ijin tinggal, booking tiket, uang kuliah dll untuk 140-an orang. Maka hal seperti ini merupakan sebuah keniscayaan untuk terjadi.

Jadi tinggal saya, Astri dan Benny plus Hani, seorang teman yang akan ke Saxion. Tidak seperti yang direncanakan dan mungkin kesenangannya akan berkurang. Tapi mau bagaimana lagi. Setelah menandatangani kontrak beasiswa, menerima kontrak asuransi, dll-nya, ada pengarahan terakhir dari Ibu Monique Soesman. Intinya pengingatan tentang motivasi, harapan dari beasiswa ini, hak dan kewajiban dan … terakhir soal fase-fase culture shock yang bisa jadi akan kami alami (nanti deh cerita-cerita soal ini-nya).

Dari situ ramai-ramai ke Kedubes Belanda ambil paspor. Saling tukar informasi kelengkapan barang bawaan, dan akhirnya berpisah. Sampai ketemu Senin di Bandara. Have a safe journey!

2 comments:

Anonymous said...

Very cool design! Useful information. Go on! » »

Anonymous said...

Wonderful and informative web site. I used information from that site its great. » » »