Tuesday, September 06, 2005

Teman Sekamar

Jam di meja Irene, anak Spanyol itu, sudah menunjukkan jam sembilan malam. Kalau di rumah, saya pasti sudah rapi, sudah mandi, makan, pake baju tidur dan leyeh-leyeh didepan televisi menunggu tidur. Disini ? kebiasaan saya itu tetap berlanjut dong. Mungkin aneh buat kebanyakan bule disini. Buat mereka jam sembilan malam itu seperti maghrib, baru warming up buat nite live. Sementara si Irene jam segini sudah wangi, cantik dan siap-siap buat keluar malam. Irene itu, seperti biasa akan pulang jam dua atau jam tiga malam dan baru bangun mungkin pukul sepuluh hingga sebelas siang. Sementara saya sudah keluyuran sejak jam lima pagi bulak-balik ke kamar mandi untuk shalat, mandi, rapi-rapi, bikin sarapan dan bekal makan siang. Semua tentu saja dilakukan dengan pelaaaaaaan banget, takut ni anak bakal bangun.

Bahasa Inggrisnya nge-pas sekali. Sehingga kami tidak banyak bertukar cerita. Usianya baru 21 tahun (duh, jadi inget ama si Mira, adik kecil di kantor), tinggal di Madrid dan akan ada di Maastricht hanya selama empat bulan. Mungkin shortcourse, saya tidak tahu. Dan dia juga kehabisan akal buat menerangkannya. Jadi ya sudah. Hari pertama bertemu, kami coba saling menginformasikan kebiasaan-kebiasaan kami masing-masing. Dia bilang di Spanyol orang baru bangun jam sepuluh siang, terus siesta jam dua atau jam tiga, lalu enjoy the day sampai jam dua malam. Baik, di Indonesia saya bangun jam empat, siesta juga kalau tidak ada kesibukan, sekitar jam 11 atau jam 1 siang. Terus kalau sudah jam sembilan malam, tidur deh. Sayang juga, entah karena keterbatasan bahasa entah memang ni anak tipikal anak muda di negara Barat yang tidak terlalu banyak tahu masalah budanya sendiri, usaha saya untuk tanya-tanya masalah budayanya selalu berujung pada jawaban “enggg.. I dunno…”. Berani taruhan, saya tahu lebih banyak soal Spanyol dibanding dia sendiri.

Tapi so far ya tidak pernah saling ganggu lah. Pernah suatu kali dia tanya apa saya mau ikut ke pesta, kumpul-kumpul dan Cuma minum bir aja kok, kata dia. Wuaduh, ni anak ga pernah baca atau ga pernah dengar kali yak kalau orang muslim itu nggak minum alkohol (kata Dani, wartawan dari Warta Kota yang mengambil Master Art and Heritage, “Ntu anak bego kali yak, nggak liat elu jilbaban gitu”) Akhirnya saya bilang bahwa karena saya muslim saya tidak minum bir, tidak minum alkohol. Dan kalau party, anak Indonesia udah punya party sendiri, which is kumpul-kumpul kayak di rumah Bang Hasanul, makan kacang, makan rendang, terus pulang. Atau paling banter seperti di tempat salah satu teman yang farewell party karena sudah merampungkan S2-nya dan mau pulang ke Jakarta. Partynya adalah makan es krim dan minum jus dan makan coklat. Segitu udah pesta namanya.

Soal kebersihan, Irene lumayan rajin bersih-bersih. Tadinya sedikit khawatir sama image tentang bule yang biasanya suka jorok. Tapi saya berusaha percaya kalau dimana-mana, terutama perempuan (huik, gender bias gini yah ?), pasti senang yang rapi-rapi. Jadi kalau disini ada kamar yang terbuka dan terlihat seperti habis kena badai, biasanya isinya memang bule brewok yang mungkin mandinya Cuma seminggu sekali.

Menghadapi situasi seperti ini, saya pikir siapapun memang harus punya self concepts yang kuat. Kalau nggak, maka ada dikamar sendirian sambil nonton televisi sementara tetangga kiri kanan pada pergi ke bar dan kafe di Centruum (pusat kota), bisa bikin siapapun merasa jadi phaetetic looser. Ical cerita bahwa dia punya roomate anak Mozambique yang punya kebiasaan pulang jam dua, jam tiga dalam keadaan mabuk. Padahal Mozambique gitu loh, kalau dia anak Amerika atau Italia yang memang biasa dugem, bisa ngerti lah (walaupun ga semuanya kayak gitu) Tapi ini Mozambique! Hoalah, kasihan banget kamu, Le… orang jauh-jauh di kirim dari negara berkembang buat belajar, supaya rakyatmu nggak sengsara terus-terusan, la disini kok malah gegar budaya, ikut-ikutanan coro Londo…

Empat bulan. saya sendiri punya rencana kalau bisa menemukan tempat yang sama nyamannya, mungkin saya akan pindah ke tempat yang lebih dekat dengan kampus. Kalau tidak, mudah-mudahan saya bisa atur supaya Dani bisa sekamar dengan saya.

2 comments:

Anonymous said...

What a great site » »

Anonymous said...

Cool blog, interesting information... Keep it UP blood pressure reading systolic Cellulite po Waterbed den haag Bathroom lavoratory faucets