Saturday, September 24, 2005

Weekend Dinner

Jumat malam ini ada makan malam bareng lagi. Minggu kemarin di kamar Ayako yang tinggal satu blok sama saya di P-Building, cuma beda beberapa kamar. Makan kari ala jepang, nasi, jus yang dibawa Astri, dan bakwan jagung bikinan saya.

Jadi minggu ini, giliran Astri yang kebagian tempat. Dia tinggal di guesthouse, masih satu kompleks, tapi beda gedung. Dan lebih menyenangkan karena ada communal kitchen dimana setiap penghuni harus masak disatu tempat dan mereka bisa ketemu. Tidak seperti ditempat saya yang semua punya dapur masing-masing. Jadinya lebih individualis dan sendiri-sendiri (apa bedanya yah ?)

Malam ini menu utamanya-- untuk bikin kesan yang unik buat Ayako-- adalah tumis kangkung. yeap, barang murah yang kadang dipandang ga elit sama sebagian besar kita di Indonesia, kini adalah bagian dari klan hidangan mewah yang kehadirannya mengobati rindu pada kampung halaman (jieee..., iyalah seikatnya 0,95 sen euro! hampir sepuluh ribu!).

Buat beli semua keperluan itu, saya, Dani dan Ayako ke toko cina San Wah. Itu toko yang pokoknya surga banget deh (hihihi hiperbolik banget yah) karena mulai dari lada, lengkoas, kecap-sambal abc, indomie sampai kacang garuda, semua ada disini. Dani, yang saya yakin seumur-umur ga pernah masak, sampe semangat ngeborong indomie, saya cuma ngewanti-wanti seperti nenek-nenek cerewet, dont take it everyday, it's not good for ur health.

Pulang, lihat kulkas. Hmm, masih ada wortel sama kentang dan krab stik. Alhamdulillah, untung tadi ingat buat beli kulit lumpia. Jadi deh, bikin lumpia sayuran. Ada bawang bombay, ada bawang putih, merica, daun bawang, garam, gula.. that would be just perfect.

Menjelang jam tujuh Ayako mampir buat sedikit bantu-bantu. Dan akhirnya selesai masak, langsung ketempat Astri. Wiih, ternyata si ibu bikin balado telur juga, we're gonna have a big dinner tonight. kebetulan ada si Goe, anak Prancis keturunan Cina yang tinggal di blok yang sama dengan astri. Kami sering ketemu sama anak itu di communal kitchen biasanya sambil nongkrongin mangkuk besar berisi salad. Oke, diundang juga deh, buat makan bareng. Karena Goe itu lucu dan asyik, tipikal cowok yang kayaknya bisa makan apa aja yang disodorin (ntar saya mau coba sendal, ah. dia mau ga yah ha ha ha) dan selalu curious dengan apapun yang berbau makanan Asia. Astri pernah ngajarin beberapa kata Indonesia ke dia, seperti "saya suka...", "ayam", "sapi", tapi favoritnya justru kalimat "Saya suka babi ...," dasar!

So, it happens to be a wonderful dinner. we start from rice and how it influence indonesian people life greatly. we even have philosophical notion that came from rice. semakin berisi, semakin rendah hati. dari situ omongan berlanjut ke masalah agama, terorisme, Bush, hubungan islam-kristen, ngrasani dan ngedumel-ngedumel tentang George Bush, jilbab, fundamentalisme, ngerasani Bush lagi dan sebangsanya.

Goe tanya bagaimana sebenarnya orang Kristen memandang orang Islam di Indonesia. Sebelumnya, saya cerita soal kenyataan pahit kejadian di Maluku, dimana orang sesuku saling bantai hanya karena beda agama. Dani, yang kristen katolik, bilang masalah itu rumit dan tidak murni soal agama, ada latar belakang ekonomi dan politik dibelakangnya. Saya kemudian kasih gambaran tentang relasi Kristen dan Islam dengan cerita bahwa Nabi SAW memerintahkan sahabat-sahabatnya hijrah ke Ethiopia yang saat itu merupakan negara Kristen untuk menghindari tekanan kaum pagan di Mekkah. Raja Habsyi di Ethiopia kemudian bertanya tentang islam dan para sahabat (ja'far bin abdul muthalib ?) membacakan ayat Al Quran tentang Nabi Isa AS, Ibu Maryam. Raja dan para pendeta Kristen itu menangis, dan Sang Raja, bangkit dan menggambar sebuah garis tipis di atas lantai dengan tongkatnya, sambil berkata "Perbedaan antara agama kalian dengan agama kami, hanyalah sebatas garis tipis ini." Dia juga tanya masalah jilbab, terus berlanjut ke self killing bombing di Palestina dan banyak lagi.

Senang, kesempatan semacam ini, berhadapan langsung dengan mereka yang mungkin sudah punya stigma tertentu terhadap orang muslim dan berusaha memberikan informasi sebenarnya, adalah kesempatan yang langka. Ayako bilang, di Jepang dia tidak melihat ada orang islam. Dengan demikian, Islam adalah apa yang mereka tahu dari berita dan tentu saja, kebanyakan orang awam berpikiran bahwa Islam adalah sesuatu yang berbahaya.

Saya, dan saya pikir Astri juga punya harapan yang sama, bahwa ngobrol-ngobrol dan sharing seperti ini, setidaknya membantu meletakkan persepsi mereka tentang Islam pada tempat yang tepat.

Dan yang menyenangkan lagi adalah waktu datang Oey, anak Thailand itu datang dan kami minta untuk mencicipi lumpia buatan saya, eh dia bilang enak lho! karena yang bicara anak Thailand, A Nation Master of Asian Culinery, hidung saya langsung mekar. Eh, datang Tessa anak Jerman n she make a same comment, trus temennya lagi n komennya juga sama."I have already taste Vietnamese lumpia, buat i think i dont like it, but this one is delicious." he he.. itulah gunanya makan bareng, berbagi informasi, berbagi nasi, sedikit-sedikit kan bisa memuaskan narsisisme dalam diri sendiri.

Minggu depan masak apa lagi yah ?