Thursday, September 08, 2005

Makan-makan ...

Ini terinspirasi dari pertanyaan Saras, teman saya, tentang makanan disini. Waktu pertama briefing, kami sudah diwanti-wanti untuk tidak membawa hal-hal yang tidak 'perlu' seperti beras, mie, bumbu dan bahkan sambal. "please, we have some people who just can not live without sambal in Netherland," kata Ibu Monique. Tapi, namanya juga student of Indonesia, siapa juga yang berani menyerahkan lambung Indonesia-nya mentah-mentah kedalam jebakan roti,keju, susu dan yoghurt itu ? maka mie, tiga-lima bungkus akhirnya bawa, beras seliter dua liter sih ada, rendang serantang sih harus punya, bumbu-bumbu instan lima sepuluh jenis sih bawa ...

Sejarah yang panjang antara Indonesia dan Belanda pastinya meninggalkan jejak pada warisan kulinari dua negara ini. Walaupun pasti sudah menemukan bentuknya sendiri yang disesuaikan dengan selera lokal. Bami goreng dan nasi goreng pun, masuk dalam daftar menu favorit orang Belanda. Saya geli sendiri waktu belanja dan menemukan makanan kemasan dalam judul "babi pangang" --ini beneran cuma memakai satu 'g', lalu ada "sambal oeleg" selain "bami goreng". suatu kali waktu makan siang di kampus, saya dengan antusias mencomot beberapa sachet saus yang bertuliskan "sambal". wah, ada sambal!, begitu pikir saya. tapi begitu dibuka trus dicicipi, wuaduh!!! apaan ini ?! kok yang serba cuwer ga jelas asin manisnya, berani-beraninya mereka sebut sambal!

Di akhir minggu pertama, kami mahasiswa MPH ditraktir makan oleh Ria dan Marijet di Cafe Sjiek, buat mencoba sesuatu yang typically Maastricht di kawasan Vrijthof.Itu kawasan antik yang termasuk bagian tertua di maastricht. Tentu saja walaupun sangat ingin mencoba sesuatu yang khas, kami tidak punya banyak pilihan selain ikan dan minuman standar tanpa alkohol (mineral water and lemon tea,please). Teman-teman memilih untuk memesan kroket udang (ini khas Maastricht) sementara saya dengan 'gagah berani' mencoba ikan trout (sambil berdoa, mudah-mudahan ikannya matang). di Cafe yang remang-remang itu (awas, jangan mikir yang horor lho!) kami saling tukar banyak cerita. Ternyata seru buat tahu bahwa perkedel itu ternyata makanan Jerman (Belgia?) yang sampai juga ke Indonesia. kroket, tentu saja warisan asli orang Belanda. Dan ternyata mereka sangat fascinating dengan kue-kue seperti onde-onde, lemper, lontong dsb. Marijet bahkan bertanya sama kami, apa kah jika dia belikan semua ingredients untuk membuat onde-onde, kami bisa buatkan untuk dia ? kami anak Indonesia langsung pasang tampang seakan-akan membuat onde-onde sama gampangnya seperti membuat telur ceplok ("Well, ok, that's easy we'll cook it for u someday""--maksudnya: not right here, right now, or in my another life he he he, jahat)

Sejam kemudian pesanan kami datang. Dan saya sempat bergidik melihat ikan trout saya yang putih polos tanpa bumbu kecuali secuil mayonaise pake peterseli (?) sebagai sausnya. Marijet yang melihat ekspresi saya langsung bertanya "r u okay with ur fish?" saya menelan ludah, "I'll try ..." dan satu cuil dua cuil,... hmm lumayan juga. Tak terasa habis juga itu Trout di cuil-cuil. Bersandar kekenyangan karena sebelumnya kami juga sudah disuguhi baquet dengan mentega yang legit dan kentang goreng, saya pikir acara makan-makan itu sudah selesai, sampai Nurul berbisik "Itu tadi baru hidangan pembukanya loh?!" say what ? wuaduh, masa sih mereka makan sebanyak itu ? dan benar saja, tidak lama kemudian muncul lagi piring-piring putih berisi ikan (kali ini karper atau salmon, saya tidak ingat) dihadapan kami. Kami yang perempuan, putri-putri tanah jawa yang makannya memang secuil-secuil (tapi sering =b) saling berpandangan. wah, gimana menghabiskannya ? lambung saya sendiri tinggal sepertiga untuk udara. Waktu kami bilang kami ga sanggup lagi, Ria dan Marijet bilang cicipin aja, kalau ga abis ga akan dianggap ga sopan kok.

Akhirnya dicoba juga itu ikan. Dalam suapan pertama saya langsung meringis, Ya ampun, ni orang-orang lidahnya dibikin dari apa yah ? pokoknya pecel lele is the best deh compare to the ikan goreng yang nama resepnya di menu keren banget itu. Tapi selain rasanya yang menyedihkan, kami memang sudah betul-betul kenyang dengan suguhan pembuka tadi. Cuma Astri yang sukses membersihkan ikan itu dari permukaan piringnya.

Itu pengalaman saya mencoba sesuatu yang typically Dutch disini. Minggu ini semua ransum saya yang "typicall Indonesia" sudah habis. Beras bagus tentu saja lebih mahal dibanding roti. Ada yang murah seperti beras suriname, tapi itu cuma bagus untuk nasi goreng. Lagipula dengan padatnya waktu buat bulak-balik ke kampus, memasak hal yang praktis dan tidak buang-buang waktu jadi pilihan yang ideal.

Satu hal lagi, daging halal cuma ada di toko Turki yang katanya dekat guesthouse saya. Sebelum tahu toko Turki itu maka ikan, telur dan sayuran adalah makanan sehari-hari.

Selamat menikmati menu yang sehat!
btw, pasti ada yang bertanya2 kapan yah ni anak belajar ? wuah, tunggu yah, nanti tak ceritain soal sistem belajar disini yang .... seru!

No comments: