Thursday, March 02, 2006

Vasteloavend

Itu artinya 'carnival' dalam dialeg Maastricht. Jadi menurut mereka yang mengerti bahasa Belanda, orang-orang Maastricht atau bisa juga dibilang provinsi Limburg ini punya dialeg yang berbeda dengan orang Belanda secara umum. Jadi jangankan kita yang tidak mengerti atau cuma mengerti sepatah dua patah kata dalam bahasa Belanda, bahkan orang Belanda totok sendiri mengaku kesulitan menangkap arti bahasa Belanda yang diucapkan dalam dialek Maastricht ini.

Saya yang mendengar cuma bisa bilang bahwa cara bicara orang Maastricht itu terdengar lebih melodius dan lembut aja dibandingkan dengan umumnya orang Belanda yang bicara dalam intonasi 'bergemuru' (biasanya yang cowo atau bapak2). Intonasi yang melodius ini kadang diiringi ayunan kepala mengikuti intonasi kalimat. Jadi kalau orang Belanda biasa bilang "doei!" (baca: duy) kalau pisah sama orang, maka kalau orang Maastricht yang bicara akan terdengar "duuuu--uy"

Saya sudah pernah cerita bahwa walaupun secara umum Belanda penganut protestan, khusus untuk Maastricht, masyarakat disini umumnya tercatat sebagai orang katolik. Walaupun tentu seperti umumnya masyarakat Barat, agama cuma tempelan status aja.

Berkaitan dengan agama katolik, setahun sekali di Maastricht diselenggarakan karnaval (vastenavend) menjelang Paskah. Walaupun tidak seheboh carnaval serupa di Venice atau Brazil, karnaval di Maastricht ini jadi atraksi menarik juga. Banyak warga kota lain di Belanda yang sengaja datang ke Maastricht untuk melihat karnaval. Karnaval dimulai sejak hari Jumat hingga Selasa malam (berakhir tepat sebelum Rabu Abu). Saat-saat itu katanya adalah saatnya bagi warga Maastricht untuk bersenang-senang sebelum mereka puasa (waktu itu saya tanya sama Arno Van Raak, "mereka akan puasa, gitu ?" dia bilang "Yaaah, they used to" he he). Jadi kalau di Indonesia mungkin semacam acara 'boboran shiyam' di jawa barat, atau parade kecil-kecilan dalam menyambut bulan Ramadhan.

Dari jendela rumah, sejak jumat saya sudah melihat orang hilir mudik ke arah Centrum dengan kostum aneh-aneh. Umumnya didominasi warna hijau, kuning, oranye yang merupakan warna bendera provinsi Limburg. Selama karnaval, hampir semua fasilitas umum di Maastricht (mungkin juga sleuruh Limburg) di liburkan. Lalu pada hari rabu yang merupakan Rabu Abu ada tradisi harring happen, itu acara makan ikan harring ramai-ramai di Markt. Tapi di Maastricht yang ikut cuma civil servant aja. Ga ngerti juga kenapa cuma pegawai negeri yang makan harring ramai-ramai.

Aneh juga karakter orang Maastricht ini kalau dibandingkan dengan orang Belanda secara umum yang katanya kaku dan kurang menikmati hidup. Katanya sih karakter orang-orang yang hidup ditepian sungai atau pantai itu memang cenderung lebih santai dan merdeka. Yah bandingkan aja antara orang Surabaya atau Betawi yang easy going, blak-blakan dibandingkan dengan orang Yogya atau orang Sunda yang cenderung jaga image bin unggah-ungguh.

Begitu juga dengan orang Maastricht ini. Dibandingkan dengan orang Belanda umumnya, mereka dinilai lebih santai dan menikmati hidup. Tutor statistik saya pernah cerita joke tentang orang-orang Limburg (Maastricht) ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara meningkatkan rata-rata IQ orang Belanda dan orang Belgia secara bersamaan ? jawabannya adalah dengan memindahkan orang Limburg ke Belgia. Garing kan ? ga ngerti ? pikir sendiri yah he he

Kembali lagi ke soal karnaval, karena sejak dulu sudah diwanti-wanti untuk tidak melewatkan karnaval, maka pada hari minggu (bukan ku turut ayah ke kota) saya dan beberapa kawan berencana pergi ke Centruum untuk melihat karnaval. Sepeda di parkir di Heugemerweg, tempat Astri dan Elida. Kami sudah dianjurkan untuk berjalan kaki karena jalan akan padat sekali. Walaupun ada saran untuk memakai setidaknya pernik-pernik karnaval, kami memutuskan untuk menikmatinya sebagai turis saja. Lagi pula saya pikir akan jadi penghinaan buat diri saya sendiri maupun buat agama itu sendiri kalau kita berpartisipasi dalam sesuatu yang tidak kita yakini.

Walaupun suhu saat itu minus dua ditambah lagi kadang ada hujan salju, jalan sudah penuh sejak dari arah stasiun kereta api. Kami berpapasan mulai dari nenek sihir, marie antoinette, orang purba, orang scotland, wanita bunga, bayi ungu sampai yang ga tahu lagi itu manusia atau alien yang juga sengaja turun mau nonton karnaval. Beneran deh, serius banget orang Maastricht untuk urusan karnaval ini. Kata Arno, bahkan banyak yang menyiapkan kostum untuk karnaval ini hingga setahun sebelumnya. Jadi seriuz abeeeezz-lah.

Asyik juga kalau sekali-kali dalam hidup kita bisa jadi siapapun yang kita inginkan.
hmm... kalau saya mau milih saya akan jadi siapa yah ?
Mungkin jadi orang India, jadi dandannya seperti Aishwarya Rai ha ha ha ha

Secara keseluruhan, kesannya: sangat menarik =) (iyalah, saya sampai rela naik-naik jembatan buat ambil foto), tapi berhubung yang nge-blog sudah ngantuk, cari sendiri aja yah informasi terkait lainnya. Mardi gras, juga serupa dengan even ini.

No comments: