Wednesday, January 11, 2006

never on (in) netherlands

Jadi impulsif di negara kayak gini, jarang-jarang berakhir dengan sesuatu yang indah. Gini loh, saya selalu suka sesuatu yang jelas dan terencana, tapi bukan berarti saya ga punya kesadaran bahwa hal-hal yang diluar rencana bisa aja terjadi. juga bukan berarti saya ga punya ruang buat yang spontan dan impulsif punya (ini mah sering malah) dan sering juga saya mengagumi diri saya akan kemampuan merekayasa kondisi itu jadi petualangan yang lucu-lucu kalau diingat. rekayasa itu maksudnya, dalam situasi-situasi yang bikin bete, otak saya biasanya akan bekerja memanipulasi kenyataan pahit itu jadi sebuah pengalaman yang bernilai adventureous. Tapi satu hal yang jadi prinsip saya, impulsif dan asumtif itu boleh-boleh aja kalau hanya melibatkan diri sendiri, tapi kalau sudah berhubungan dengan orang lain, ya liat-liat dulu.

Tapi disini ...
saya males buat berimpulsif ria karena beberapa pengalaman menunjukkan betapa bikin bete bin nyiksa diri sendiri juga kalau mengikuti keputusan semacam itu, misal:

-waktu kepikiran mau beli sepeda baru buat gantiin si traxxy, saya janjian sama anak Portugal buat ketemu di bike sheed guesthouse pagi-pagi buat nego harga. besoknya, dengan mengesampingkan 'keharusan normatif musim dingin' karena berpikir yah paling cuma sepuluh menit diluar, instead of berpakaian lengkap, kucluk-kucluk saya datang dengan pake training,bersendal jepit, dan jaket tipis. Dan sialnya ditengah transaksi, turun salju! seetelah bikin keputusan kilat (sorry, it's a good bike, but i think we dont have chemistry...=b) saya langsung lari terbirit-birit balik ke kamar*untung jempol gw ga kena frosbite*--moral lesson: jangan sekali-kali berpikir untuk men-dua-kan sepedamu, kualat (oh, maaf ya traxxy-ku)

-waktu mau berangkat ngaji ke tempat Bang Hasanul. instead of ngecek jadwal jam berapa bisnya nyampe di halte, dengan pedenya melenggang sambil berasumsi, yah, kalau ga salah dulu menit ke lima belas setelah jam enam ada bis. hasilnya: setengah jam nahan dingin di tengah udara 2 derajat nungguin bis. moral lesson: jangan bikin pengajian malam-malam di musim dingin dong, bang!*he he he*

-waktu berpikir tentang 'mau ngapain yah sebelum kuliah' dan kemudian muncul ide spontan, ke centrum aja yuk, pagi-pagi, gerimis, kehujanan, ke centrum jam sepuluh pagi... loh kok sepi? lupa, ini hari Senin, toko-toko disini baru buka jam satu, jam sebelas-lah itu yang paling top. hasilnya ngedumel sendirian tentang betapa ajaibnya orang-orang pemalas ini pernah ngejajah bangsa kita yang rajin-rajin itu, begitu lama

-Waktu bersemangat sekali mau kuliah sampai melupakan jadwal kuliah dan berasumsi paling sama kayak kemarin, saya datang ke kampus jam sembilan pagi, pas datang ke ruangannya baru lihat jadwal, ternyata: kuliahnya jam setengah tiga sore *huaa!!!aaaaarrrrrrggh!*

betenya, kalau di Indonesia, ga ada persiapan outfit yang makan waktu untuk sekedar keluar rumah. ga ada udara dingin yang harus dihadapi. Jadi bersikap implusif bin asumtif itu kadang-kadang ga bikin kita segondok ini. Mau naik angkot, tinggal nongkrong di pinggir jalan, mau naik KRL, tinggal beli tiket. toch, kalau melihat jadwalnya juga percuma karena tidak bisa diandalkan.

Makanya, disini perencanaan itu jadi bagian penting kalau ga mau rugi waktu dan nyiksa fisik. aktivitas diluaran itu harus benar-benar optimal dan menghasilkan. Ini yang membuat mereka jadi orang-orang yang efektif dan efisien dalam melakukan segala hal. Saya mulai sadar betapa saya mulai tidak familiar dengan sikap impulsif ini waktu seorang teman memberi kabar, besok dia mau datang ke Maastricht, minta petunjuk naik apa dari mana, dan mengingat keharusan menghormati tamu, tentu saja saya sudah menyiapkan dan mengatur semua perencanaan hari itu according to my friend yang akan datang ini. Termasuk rencana menjemputnya di suatu tempat dan mengecek jadwal bis. lewat satu jam dari yang dia janjikan akan datang, ada telepon datang;"maaf, kita ga jadi datang yah, langsung jalan2 ke centrum niy ..."waduh, memang rencananya gimana sih?

huhuhu ....
kalau di Indonesia yang ga harus keluar dingin-dingin sih ga bete-bete banget...
tapi ....
ini Belanda geto loch