Saturday, January 21, 2006

it's over ...

Pagi ini bangun dengan perasaan dan fisik yang lebih baik.
Perih dimata, pusing dan urat-urat punggung yang rasanya begitu tegang semalaman, sudah mengendur. Disebelah saya sudah ada makhluk berbulu. Ah, boneka gorila yang dikasih Vladimir dan Mariette tadi malam. Mereka beri ini karena tadi malam saya bilang "thank you for letting me hug the doll". Vladimir buru-buru bilang kamu boleh bawa kalau suka, supaya kamu merasa lebih baik, boleh dibalikin empat bulan lagi, kalau mau. Dan begitulah kenapa gorila bermata sayu ini sekarang ada dipelukan saya. I am a 25 years old young lady who slept with an ape doll. sounds cute ?

Kemarin sesudah Jan menyampaikan berita kematian Clara. Anya dan Mariette datang ke kelas untuk memberitahu secara resmi. Clara wafat hari kamis jam enam sore di ruang ICU sesudah sebelumnya dirawat di ruang rawat inap. Pihak rumah sakit tidak memberitahukan penyebab kematiannya, karena selain kami bukan keluarga, dalam akhir hayatnya Clara menekankan pada pihak rumah sakit untuk tidak menyampaikan keadaannya pada siapapun dari pihak fakultas.

Setelah Jan menyatakan bahwa ujian akan dikirim via email, Anya dan Mariette mengundang kami semua ke lantai enam untuk bicara secara pribadi. semua shock dan sedih. Beni dan Elida mengkritik sistem kesehatan yang tidak peka. kenapa dari awal membiarkan wanita tua dengan hb rendah tanpa tindakan medis berarti. saya cuma bisa bilang, Clara orang katolik yang taat, dia pemimpin misi Katolik di kampungnya, jadi tolong dipastikan aja dia mendapatkan perlakuan yang layak sesuai dengan apa yang dia yakini. Anya berjanji untuk menghubungi pendeta. Hari itu mereka mengatur semuanya. termasuk mengatur janji dengan rumah duka di Tongeren agar kami bisa melihat jenazahnya.

Berbaring tenang dengan sweater yang sama di hari terakhir saya melihatnya, dia kelihatan 'berisi' seperti pertama kali kami mengenalnya. Saya mengecup keningnya mengucapkan selamat jalan. Untuk ketiga kalinya saya melakukan ini. Pertama terhadap Bapak saya, kedua waktu saudara se halaqah saya meninggal karena leukimia, dan yang ini... untuk Clara. Orang yang warna kulitnya beda, meyakini hal yang berbeda, bicara dengan bahasa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, tapi kehilangannya ternyata sama. Isabelle pingsan karena shock dan menciptakan kepanikan lain. Elida dan Astri sibuk menjaga Valentina, bayi Isablle yang baru berumur satu tahun.

Dari rumah duka, Anya dan Mariette membawa kami ke rumah Mariette. Saya sebenarnya sudah begitu capek dan inginnya meminta diantar pulang. Entah apalagi yang harus dibicarakan di rumah Mariette, pikir saya.

Tapi ternyata kumpul2 seperti itu ada gunanya. Karena akhirnya dalam situasi yang privat, hanya kami anak-anak MPH, Anya, Mariette dan Vladimir, semua akhirnya bicara. saya sempat beradu mulut dengan Xu Jing, saling meyalahkan orang lain, lalu menyalahkan diri sendiri, lalu sama-sama menangis. Dia mengkritik bahwa jika saja ini dibicarakan terbuka mungkin ini tidak akan terjadi.

Tentu saja, secara logika saya mendukung semua pernyataan Xu Jing. Bahkan kenyataannya itulah yang saya pikirkan dan itulah yang saya dan teman-teman lakukan terhadap Clara. Berusaha membujuknya untuk bicara pada pihak fakultas, atau jika tidak mau maka ijinkan saya bicara untukmu pada Anya atau Ria, membujuknya untuk istirahat, membujuknya untuk mendiskusikan ini dengan teman-teman, meyakinkan bahwa tidak ada yang akan terjadi jika pihak fakultas tahu kalau kamu sakit. Tapi saya pikir Clara bukan anak sekolahan kemarin sore. Dia perawat senior berpengalaman, single mother dari empat orang anak yang berpendidikan tinggi, setidak rasional apapun keputusan yang dia buat, itu adalah keputusannya. Apa yang bisa kamu lakukan ketika kamu sudah memberikan berbagai macam tawaran pada seseorang dan orang itu memilih menolak semua tawaran itu ? Bahkan sebenarnya kami sudah ke kantor Anya untuk bicara soal kondisinya dengan kesimpulan, jika Clara marah, saya yang akan bicara kepadanya. Tapi waktu itu Anya tidak ada dan Clara benar-benar marah ketika tahu saya mendiskusikan kondisinya dengan teman-teman. "I dont want people walking around talking about me and my condition!"

Saya ingat pada keluhannya terhadap Xu Jing yang dianggapnya melanggar wilayah privacy-nya dan otoritasnya. "She dont think I can think for myself, Attin. eventhought I am poor, this mind is working." saat itulah saya tahu apa arti otoritas pribadi buat Clara. Dan yang saya lakukan adalah tetap menjaga kehormatannya sebagai individu. Seaneh apapun, sesulit apapun saya untuk mengerti keputusannya untuk tetap merahasiakan penyakit dan kondisinya.

Acara curhat di tempat Mariette itu jadi semacam 'echoing my heart'. Apa yang Xu Jing katakan adalah suara hati saya yang menggedor-gedor menyalahkan diri saya, dan apa yang saya katakan terhadap Xu Jing adalah kata-kata untuk diri saya sendiri. Dan itu membuat saya merasa lebih lega.

Kami sudah melakukan banyak. Kami tidak membiarkannya kedinginan, kami tidak membiarkannya kebingungan, kami carikan dia rumah, kami carikan dia barang, kami berikan dia baju, kami bantu dia bertahan di negeri ini. kami tidak membiarkannya sendirian.

dan itu
sudah cukup.

itu yang terbaik yang bisa kami lakukan.

dan akhirnya segalanya hanyalah milik Allah
dan akan kembali pada Allah.

1 comment:

Anonymous said...

Nice Blog :)



www.FriendsterForum.com