Thursday, August 25, 2005

The Prep (3) Dari Manggarai …

Menunggu kereta di stasiun Manggarai sepulang dari penerjemah di Saharjo 39. Sebelumnya ke Kedubes Belanda di Kuningan. Penat, pegal, kepanasan dan belum makan siang. Ternyata jarak dari Saharjo 39 itu lumayan juga. Sebenarnya walaupun harus menunggu agak lama, ada bis yang langsung ke Kampung Rambutan. Tapi ini jam dua siang. Dan percaya deh, walau cerita KRL kita penuh cerita muram, termasuk anak Fasilkom UI yang meninggal dunia karena berusaha melawan pencopet di stasiun kereta Manggarai, naik KRL di jam-jam seperti ini lebih nikmat dibandingkan duduk di bis dengan jok kulit yang sudah rusak dan berbau logam. Jam-jam seperti ini kereta lebih lapang, suara rel yang beradu dengan besi menderu ditelinga, sementara angin yang bertiup kencang mengusir kepenatan dan kesumpekan hawa siang. Pluuuuss… jika sedang beruntung seperti saya hari ini, ada pengamen yang menghibur. Jangan salah, pengamen di kereta itu pengamen yang serius. Lebih sophisticated. Tidak sekedar bermodal ukulele yang bunyinya kencrung-kencrung seperti pengamen di angkot. Tapi biasanya mereka akan tampil dengan performa lengkap mulai dari gitar, bass, drum, ketimpung, alat-alat perkusi dan dalam cerita saya siang ini, mereka juga membawa cello dan (ini favorit saya) biola!

Dan tidak seperti pengamen di angkot yang koleksi albumnya terbatas (pernah waktu itu saya tiga kali ganti angkot dan tiga kali pula saya harus mendengarkan lagu-nya Peter Pan sampai sakit telinga), pengamen di kereta punya koleksi lagu yang lebih lengkap. Siang itu grup pengamen digerbong saya memainkan lagu mendayu Gerangan Cinta-nya Java Jive. Sudah cukup pamer kepiawan bermain biola, mereka menghentak dengan lagu Chrisye yang populer di tahun 80-an yah, jaman-jamannya Chrisye masih pakai dasi kupu-kupu gitu deh

Kamu masih anak sekolah, satu SMA
Belum boleh berbuat begitu begini
Anak sekolah datang kembali
Dua atau tiga tahun lagi …

Saya memejamkan mata. Laghwi, kesia-siaan, selalu punya tempat di kehidupan manusia. Bisa jadi sekedar pelepas lelah, namun kadang bisa jadi rekaman nilai-nilai sosial yang berlaku pada sebuah zaman, pada sebuah keadaan.

Hmmm… after the entire thing is done, I promise to treat myself a big cup of ice cream.

No comments: