Thursday, October 06, 2005

Pindah,Nggak,Pindah ...

Waktu saya pertama sampai di Browerswerg (nama guesthouse saya), pikiran pertama yang terlintas adalah, “Pokoknya kudu musti wajib hukumnya, pindah!”. Alasannya antara lain, saya sebenarnya mau yang single room, eh dikasih yang double room. Saya mau yang dekat kampus (Heugemerwerg) eh dikirimnya ke sini sehingga harus mendaki jembatan menuruni lembah cuma buat ke kampus. Dan juga kebanyakan teman saya yang dari Indonesia, tidak tinggal disini, tapi jauh diseberang jembatan, dekat-dekat kampus dan heugemerwerg.

Tapi sudah hampir satu bulan dan kayaknya saya harus mengevaluasi lagi, mikir masak-masak dan sungguh-sungguh apakah pindah itu menjamin kebahagiaan saya lahir batin ? apalagi menjelang winter begini. Ini beberapa hal yang disusun dari hasil mikir masak-masak dan sungguh-sungguh itu.

Browerswerg

Positif
--Jauh dari kampus.
Nilai positifnya ? banyak. Badan jadi sehat. Karena dengan udara dingin kayak gini, saya jadi lebih banyak makan, lebih banyak ngemil. Kalau nggak diimbangi dengan aktivitas fisik,seperti sepedaan bisa-bisa balik ke Indonesia saya jadi Winnie The Pooh. Ditambah lagi, sebenarnya perjalanan pulang balik ke kampus itu menyenangkan, karena Maastricht—seperti yang sudah saya bilang—itu indah dan punya banyak beautiful scenery. Ada taman, ada sungai, bunga, pohon, ya banyak dah!
--Ada koneksi internet.
Bisa online kapan aja, silaturahim ama warga Jakarta, chatting ama yang dikangenin (sapa tuuh ? temen2 daku lah...), Browse bahan kuliah or isi perpustakaan dengan mudah, tanpa harus pergi ke kampus
--Berdua alias double room
Belajar sabar, ikhlas, tenggang rasa ama kebiasaan roommate yang ga lazim menurut ukuran orang Indonesia. Belajar kultur orang yang beda bangsa, beda agama, sekaligus jadi duta bangsa, duta pariwisata (u know, Indonesia has 17.000 islands and we have cendol ice, bandrek and bajigur n bla,bla,bla…), duta umat islam (kebanyakan teman-teman saya bilang kalau mereka ga pernah kenal sama orang islam sebelumnya. Saya adalah muslim pertama yang mereka kenal. Hope I could make right impression about Islam). Lagipula ini kan latihan sebelum nanti akhirnya Allah pertemukan dengan ‘teman sekamar’ beneran *wink2. idih,ganjen!*
--Tempat Belanja
Ada Brusselsport (pertokoan yang isinya Albert Heijn, C1000 (tutup jam delapan),C&A, etc.) Aldi, Centrum dan toko Turki. Ini penting karena bahan makanan disini cepet banget rusak. Jadi ga bisa belanja banyak-banyak. Sementara supermarket dan toko umumnya tutup jam lima. Jam segitu saya baru pulang dari kampus
--Pemandangan
Kalau mau belanja saya bisa lewat ‘hutan’ kecil di belakang guesthouse tempat saya ngeliat tupai, burung yang ndut2 --yang sama Xiu Jing, teman saya dari China, sama2 kepikiran buat kapan2 ditangkap dan dibikin sate—dan keanekaragaman hayati lainnya (ini kata guru biologi saya di smu dulu)
--Kopi
Ada jatah kopi dan kue gratis yang disediakan oleh pihak guesthouse di Koffiecorner (yang juga bisa jadi tempat alternatif tempat belajar kalau terkantuk2 baca dikamar) tiap pagi dan sore. Buat yang coffe addict, ini tentu aja fasilitas yang harus diperhitungkan dengan serius.
--Fasilitas
Kalau mau bersih2 tinggal pinjam vacuum cleaner, mau nyetrika pinjam setrikaan sama guesthouse. Mesin cuci bayar—tapi toh, bisa nyuci di wastafel—tapi mesin pengering (yang bisa mengeringkan sekaligus bikin baju licin kayak disetrika) itu gratis, mau telepon ke Indonesia juga ada telepon umumnya.
--Teman
Ada Dani, Ayako, Karen, Mei Ting,Xiu Jing, Khadi. Go dan Oey juga bisa diitung walaupun beda tempat. Segitu udah lumayan. Dan koridor saya cukup tenang, di tempat lain, suka pada ngeluh karena kebiasaan anak-anak Spanyol dan Itali yang suka ngumpul dan ngobrol2 ampe pagi itu.kalau pindah, u never know …
--Murah
Ini penting jadinya bisa nabung. Buat beli buku, beli baju, beli mobil, beli rumah, beli helikopter atau buat kuliah lagi *gubrak. Pingsan*
--Dapur sendiri Bisa masak kapan saja, apa saja sesuka saya. Mereka yang dapurnya komunal selalu punya resiko kehilangan bahan makananlah, dapurnya joroklah karena ga ada yang mau bersihin seperti ditempat Xiu Jing.

Negatif
--Jauh dari kampus
Capek. Kalau berangkat Cuma lima belas menitan—or lebih singkat sebenarnya kalau punya nyali buat ngebut—tapi pulang ? huhu bisa ampir satu jam karena nanjak. But then again, emangnya kita sapa? Ari Wibowo, ga boleh capek ?
--Berdua
Ga private soal ibadah. Walaupun my roomate itu anak yang baik dan manis dan bisa dikasih pengertian soal beginian (dia bakal matiin teve, atau matiin musik atau ga bicara keras2 kalau saya lagi shalat) tetap aja ga terlalu nyaman. Tapi kan, dia jadi tahu keseharian orang Islam yang sebenernya ya gitu2 aja. Kita berdua bisa nonton Harry Potter bareng, atau dengerin Counting Crows abis itu dia bisa aja pergi party dan saya bisa ngaji. Biasa aja.
--Jauh dari teman2 sebangsa dan setanah air Tapi ... so what gitu loh ? karena kalau dekat pun toh kalau ngerjain tugas, baca buku ya sendiri2. semua punya hobi dan kesukaan masing2. ga akan mungkin kemana2 bergerombol seperti anak2 Thailand itu.

Heugemerwerg (kalau dapat) atau tempat lainnya

Positif
--Dekat dari kampus.

Sebenarnya kenapa yah saya butuh yang ke kampus dekat ? kamu bakal butuh tempat yang dekat dari kampus kalau dikamar ga ada koneksi internet. Kayak Elida yang tiap hari kudu bawa laptop ke kampus karena janjian chatting sama suaminya *ga ada yang diajak janjian kan ?*
--Dapur Komunal
Karena dapur bareng, aspek positifnya adalah penghuni guesthouse jadi saling kenal karena sering ketemu di dapur. Interaksi antar budaya lebih mungkin.But then again, from scale 1-10, how important is that ?
--Single
Ini kalau dapet. Ya jelas jadi lebih tenang soal ibadah. Bisa lebih serius. Tapi … aspek syiarnya ya ga ada. Cuma buat kenyamanan saya seorang. Mungkin saya bakal asyik di kamar dan orang-orang pikir saya lagi ngerakit bom atau apa. Hua! Kagak lucu! dengan image umat Islam yang babak belur seperti ini, saya ga bisa melakukan banyak hal kecuali dengan menunjukkan bahwa orang Islam baik hati dan tidak sombong adanya, seperti saya! *qe qe qe...*
--Dekat dari perpustakaan kota
Yup, ini yang agak berat karena dah denger banyak cerita ‘indah’ soal perpustakaan kota yang isinya .... novel dan buku cerita!!!!

Negatif
--Scenery
Ga tahu. Tapi seandainya dapat tempat seperti Heugemerwerg itu di daerah pemukiman kota. Yang pemandangannya bangunan semua. Dibanding browerswerg? Naaateeeng! *ngikutin MTV Bujang*
--Mahal
Sekarang saya cuma bayar 11,5 euro per nite. Ditempat lain bisa murah tapi harus dipertimbangkan juga fasilitasnya. Kalau harus mikirin tissue toilet atau beli setrikaan ya sama aja dodol. Di Heugemerwerg mereka bayar 13 euro pernite
--Ga ada koneksi internet
Udah mahal, ga ada koneksi internet pula. Elida bisa pakai Wi-Fi tapi karena ga langganan dan Cuma nangkep sinyal yang betebaran diudara jadinya …Elida Zairina online –sepuluh detik kemudian—Elida Zairina ofline… dan begitu seterusnya…itu pun sambil nongkrong di jendela. Bisa masuk angin sementara disini ga ada yang bisa ngerokin. Nope.
--Dapur Komunal
Ini bisa berarti kehilangan bahan makanan atau dapur berantakan (Astri pernah kehilangan selusin telur, Elida pernah kehilangan Indomie walaupun dua hari kemudian balik lagi dengan merek yang beda).
--Tempat Belanja
Kalau di Heugemerwerg adanya Lidl. Kalau mau ke Centrum mereka harus nyebrang jembatan. Nope.
--Dekat dari kampus
Negatifnya bisa jadi berarti terancam ndut, kolesterol naik, darah tinggi, diabetes, osteoporosis, operasi jantung *exxagerate mode ON* ga sehat, karena makan banyak tapi sepedaannya ya Cuma gitu2 aja.

Jadi, dengan sekian banyak pertimbangan itu ...Bisa nebak kan saya ambil keputusan yang mana ? Bismillah ...

1 comment:

Anonymous said...

This is very interesting site...
»