Waktu saya pertama sampai di Browerswerg (nama guesthouse saya), pikiran pertama yang terlintas adalah, “Pokoknya kudu musti wajib hukumnya, pindah!”. Alasannya antara lain, saya sebenarnya mau yang single room, eh dikasih yang double room. Saya mau yang dekat kampus (Heugemerwerg) eh dikirimnya ke sini sehingga harus mendaki jembatan menuruni lembah cuma buat ke kampus. Dan juga kebanyakan teman saya yang dari Indonesia, tidak tinggal disini, tapi jauh diseberang jembatan, dekat-dekat kampus dan heugemerwerg. Tapi sudah hampir satu bulan dan kayaknya saya harus mengevaluasi lagi, mikir masak-masak dan sungguh-sungguh apakah pindah itu menjamin kebahagiaan saya lahir batin ? apalagi menjelang winter begini. Ini beberapa hal yang disusun dari hasil mikir masak-masak dan sungguh-sungguh itu. Browerswerg Positif Negatif |
Heugemerwerg (kalau dapat) atau tempat lainnya
Positif
--Dekat dari kampus.
Sebenarnya kenapa yah saya butuh yang ke kampus dekat ? kamu bakal butuh tempat yang dekat dari kampus kalau dikamar ga ada koneksi internet. Kayak Elida yang tiap hari kudu bawa laptop ke kampus karena janjian chatting sama suaminya *ga ada yang diajak janjian kan ?*
--Dapur Komunal
Karena dapur bareng, aspek positifnya adalah penghuni guesthouse jadi saling kenal karena sering ketemu di dapur. Interaksi antar budaya lebih mungkin.But then again, from scale 1-10, how important is that ?
--Single
Ini kalau dapet. Ya jelas jadi lebih tenang soal ibadah. Bisa lebih serius. Tapi … aspek syiarnya ya ga ada. Cuma buat kenyamanan saya seorang. Mungkin saya bakal asyik di kamar dan orang-orang pikir saya lagi ngerakit bom atau apa. Hua! Kagak lucu! dengan image umat Islam yang babak belur seperti ini, saya ga bisa melakukan banyak hal kecuali dengan menunjukkan bahwa orang Islam baik hati dan tidak sombong adanya, seperti saya! *qe qe qe...*
--Dekat dari perpustakaan kota
Yup, ini yang agak berat karena dah denger banyak cerita ‘indah’ soal perpustakaan kota yang isinya .... novel dan buku cerita!!!!
Negatif
--Scenery
Ga tahu. Tapi seandainya dapat tempat seperti Heugemerwerg itu di daerah pemukiman kota. Yang pemandangannya bangunan semua. Dibanding browerswerg? Naaateeeng! *ngikutin MTV Bujang*
--Mahal
Sekarang saya cuma bayar 11,5 euro per nite. Ditempat lain bisa murah tapi harus dipertimbangkan juga fasilitasnya. Kalau harus mikirin tissue toilet atau beli setrikaan ya sama aja dodol. Di Heugemerwerg mereka bayar 13 euro pernite
--Ga ada koneksi internet
Udah mahal, ga ada koneksi internet pula. Elida bisa pakai Wi-Fi tapi karena ga langganan dan Cuma nangkep sinyal yang betebaran diudara jadinya …Elida Zairina online –sepuluh detik kemudian—Elida Zairina ofline… dan begitu seterusnya…itu pun sambil nongkrong di jendela. Bisa masuk angin sementara disini ga ada yang bisa ngerokin. Nope.
--Dapur Komunal
Ini bisa berarti kehilangan bahan makanan atau dapur berantakan (Astri pernah kehilangan selusin telur, Elida pernah kehilangan Indomie walaupun dua hari kemudian balik lagi dengan merek yang beda).
--Tempat Belanja
Kalau di Heugemerwerg adanya Lidl. Kalau mau ke Centrum mereka harus nyebrang jembatan. Nope.
--Dekat dari kampus
Negatifnya bisa jadi berarti terancam ndut, kolesterol naik, darah tinggi, diabetes, osteoporosis, operasi jantung *exxagerate mode ON* ga sehat, karena makan banyak tapi sepedaannya ya Cuma gitu2 aja.
Jadi, dengan sekian banyak pertimbangan itu ...Bisa nebak kan saya ambil keputusan yang mana ? Bismillah ...
1 comment:
This is very interesting site...
»
Post a Comment