Monday, June 05, 2006

mengekspresikan perasaan

Lieve Mama

In mijn hart boem-boem
Groeit een reuzenbloem

ze is so groot!
ze is so mooi!

Wie maak ik reuzeblij?
dat ben jij!

-----------
Mama sayang,

Dalam debar hatiku
tumbuh sekuntum bunga mawar

ia sangat besar!
ia sangat indah!

Siapa yang membuat hatiku begitu berbunga?
Engkaulah dia!

----------------
Itu salah stau puisi yang dibacakan anak-anak waktu Moeder Dag (Hari Ibu) bulan Mei kemarin, manis yah? katanya, salah satu cara mengajarkan kecerdasan emosional pada anak adalah belajar menamai perasaan dan juga belajar mengkomunikasikannya. Kalau matamu berbinar dan senyummu melebar, nak.. itu artinya bahagia. Kalau ada air mata menetes dan dadamu serasa sesak, itu namanya sedih.

Mungkin disini ada perbedaan dengan kultur orang Timur yang biasanya diajarkan untuk memendam perasaan (benar ga?). Yah, kalau tidak suka dengan istilah memendam ya katakanlah tidak mengekspresikannya dengan berlebihan. Naah, term berlebihan sendiri sudah relatif sekali sifatnya. Yang berlebihan itu yang mana ? Kalau ibunda Khadijah dulu suka pada pemuda jujur dan baik bernama Muhammad dan kemudian mengekspresikannya dengan meminta pemuda baik itu menikah dengannya, berlebihan kah ? ataukah itu justru sikap ksatria yang tentu sah-sah saja jadi milik laki-laki dan juga perempuan ? *eh, kok ini yah contohnya?*

Yang jelas *maksa* saya setuju kalau kita diajarkan untuk mengekspresikan perasaan secara tepat, cermat dan bersahaja sejak dini. Nabi SAW sendiri mencontohkan demikian. Contohnya tentu doa yang senantiasa kita hapal sebagai anak untuk orang tua

ampuni kami
juga ayah bunda kami

sayangi mereka
bagai mereka sayang kami

Belajar mengekspresikan kasih sayang itu saya pikir perlu karena kalau tidak, jatuhnya akan berujung pada sifat overacting yang sangat-sangat tidak nyaman untuk orang lain, maupun memendam dalam-dalam yang jatuhnya pada penyesalan. Saya ingat waktu almarhum Bapak saya meninggal, diam-diam saya bertanya dalam hati, bahwa kalaupun belum sempat membalas segala kebaikan dan pelajaran yang beliau berikan, adakah saya sudah memberikan kesempatan pada dirinya untuk tahu betapa besar rasa cinta saya untuknya ? juga untuk mamah saya ? karena saya tidak sempat menulis puisi kemudian memandang matanya sambil berkata

wie maak ik reuzeblij?
dat ben je!

1 comment:

Anonymous said...

Looking for information and found it at this great site... Divorce law in ct sony vaio laptops for sale Adware utility Hand crafted toys Canadian broadband fixed wireless isp